4

Malam ini, saat makan malam, suasana di ruang makan mulai terasa tak nyaman.

Kairo masih sama seperti biasanya. Ia tenang, santai dan tidak banyak bicara. Ia menikmati semua makanan yang di masak oleh Bunda Risa yanag tersaji di meja makan.

"Dara apa kabar, Kai?" tanya BUnda Risa plan sambil mengunyah makanannya.

Ayah Deki yang biasanya lembutr juga pulang lebih awal malam ini.

kairo langsung mendongak dan menatap Bunda Risa dan tersenyum.

"Baik Bun. Pas Bunda ke Bandung, Dara main kesini sampai sore," ucap Kairo dengan santai.

"Ohh ... Habis mainya kalau Bunda gak ada. Bunda jadi gak tahu," ucap Bunda Risa pelan sambil tertawa.

"Ya kan waktu itu sekalian mau kerjain tugas kelompok, Bun. Dara sama Kai sudah mulai sibuk persiapan untuk ujian," ucap Kairo pelan dengan jujur.

Semenjak naik ke kelas tiga. Keduanya memang jarang healing bersama seperti dulu. hampir setiap weekend Dara dan Kairo jalan bersama seperti sepasang kekasih, entah makan bersama, atau nonton, atau sekadar mencari baju couple saja. Sesekali, Dara ikut keluarga kairo berlibur ke Bandung. Begitu juga dengan Kairo yang pernah di ajak Dara dan keluarga Dara mudik ke Yogyakarta.

"Gak ada kabar lain gitu?" tanya Bunda Risa memancing kairo untuk jujur.

"Kabar yang lain? Kabar apa? Gak ada tuh," jawab Kairo pelan.

Kairo malah melanjutkan makan malamnya dan mengambil nasi putih lagi dan beberapa lauk. Malam ini, Bunda Risa masak banayk sekai makanan kesukaan Kairo. Beberapa hari Kairo hanya makan masakan Mbok Jum yang biasa saja, berbeda denagn masakan Bunda Risa yang sudah ter -cap halal di lidah Kairo.

Bunda Risa dan Ayah Deki hanya saling berpandangan dan menatap Kairo yang seeprti orang kalap. Hal itu membuat kedua orang tuanya semakin yakin kalau Kairo seperti orang mengidam.

"Gak ada yang mau di bicarakan sama Bunda dan Ayah? Masalah apa kek? Sekolah atau setelah lulus jadinya mau kuliah kemana?" tanya Bunda Risa yang bingung bagaiman alagi harus memancing pembicaraan pada Kairo yang sikapnya dingin.

"Bicara apa Bunda? Kan kalau maslaah kuliah, sudah jelas, Kairo akan kuliah di luar negeri kan? Kairo tunggu beasiswa dulu, kalau memang gak dapat, Kairo akan biaya mandiri di san," ucap Kairo yang terlihat bijak.

"Pilihlah tempat kuliah yang baik dan bagus akreditasinya. Karena universitas juga akan menentukan gelar kedokteran kamu, Kai. Kamu harus fokus," ucap Ayah Deki pelan.

"Saingan Kai itu Dara. Bunda tahu kan, Dara itu pinter banget. Sedangkan beasiswa itu hanay di berikan pada satu siswa saja," ucap kairo pelan.

"Jadi, kamu dan Dara sedang memperbutkan beasiswa itu?'" tanya Bunda Risa pelan.

"Iya Bun," jawab kairo yang tak terlihat bahagia.

"Kok malah mukanya sedih? Kamu harsu berjuang lagi biar bisa ngalahin Dara di ujian akhir nanti," ucap Bunda Risa memotivasi Kairo.

Terdengar napas panjang terhirup dari hidup Kairo. Kehamilan Dara tentu akan mengahiri semua masa depan Dara. Tentu jelas, beasiswa itu akan di dapatkan dengan mudah oleh Kairo. Tapi, bagaimana nasib sahabatnya itu?

"Ekhemmm ... Kairo boleh minta sesuatu? Kairo janji, setelah Bunda dan Ayah mengabulkan keinginan Kairo, Kairo juga akan menuruti apapun yang Ayah dan Bunda minta," ucap Kairo pelan.

Deg ...

Jantung Bunda Risa seoalh akan berhenti. Permintaan Kairo ini terliht sangat serius sekali. Bunda Risa pun menyenggol lengan Ayah Deki yang juga mengangguk pasrah terhadap keinginan Kairo, putra semata wayangnya.

"Ayah ... Bunda ... Sebelumnya, Kairo mau minta maaf," ucap kairo pelan.

"MAaf untuk Kai? kai gak punya salah kok," ucap Bunda Risa pelan mencoba tenang dan mengontrol napas serta emosinya agar apapun yang di ucapkan Kairo nanti kepalanya tetap dingin dan tidak murka.

Di bagian bawah meja. Tangan Bunda Risa dan Ayah Deki salin bertautan dan saling menguatkan satu sama lain mendengar sesuatu yang buruk dari bibir Kairo.

kairo mneatap kedua mata oarang tuanya secara bergantian dengan lekat.

"Kairo ingin menikahi Dara," ucap Kairo pelan dan berhasil membuat kedua orang tuanya saling berpandangan. Ucapan Kairo sama sekali tidak berdasar dan tidak jelas, tapi, kedua orang tua Kairo sudah bingung tujuh keliling.

"Menikahi Dara? Sekarang?' tanya Bunda Risa yang malah terlihat gugup.

"Iya. Kalau bisa minggu ini. Dara hamil Bun, Yah," ucap Kairo pelan. Jelas terlihat wajah kecewa kedua orang tua Kairo kepada dirinya.

Kairo sudah siap untuk di marahai, di ceramahi, dan bahkan tidak di akui lagi sebagai anak. Ia hanya ingin menjaga aib sahabatnya itu. Apalagi, ia masih mencintai Dara, ia tak ingin melihat Dara sedih dan kesusahn dnegan masalahnya sendiri.

"Da - Dara hamil? Kamu apakan sahabatmu itu, Kai? kamu khilaf?" tanay Bunda Risa yang mulai meratapi kesedihannya.

Bukan tentang siapa yang akan di nikahi Kairo. Bunda Risa dan Ayah Deki sama sekali tak pernah melarang Kairo berteman, bersahabat atau berpacaran. tapi, jangan sampai berbuat hal bodoh yang malah membuatnya susah sendiri.

"Iya Bun. Hamil. Kairo ingin menikahi Dara. Jelas Dara akan di kelaurkan dari sekolah setelah ini," ucap Kairo pelan.

"Ayah kecewa sekali dengan kamu, kai. Tapi ... Jujur, Ayah bangga kamu mau mengakui kesalahan kamu dan mau bertanggung jawab dengan apa yang telah kamu laukan. Baiklah, kalian akan Ayah nikahnkan, tapi ingat, setelah bayi itu lahir, kalian harus bercerai, dan kamu harus fokus pada kuliah kamu. Ingat, beasiswa itu adalah paten, dan jika Dara keluar dari sekolah, maka kamu yang berhak menerimanya. Itu adalah rejeki kamu, Kai," ucap Ayah Deki lantang dan tegas.

Bagai tersambar petir rasanya apa yang baru saja di ucapkan oleh Ayah Deki kepada kairo. Belum juga menikahi Dara, Ayah Deki sudah berpikir agar Kairo meneceraikan Dara setelah melahirkan. Lalu, nasi Dara gimana?

"Ayah? Itu bukan solusi yang baik, kalau ujung -ujungnya Dara harus kai ceraikan. kai akan ajak Dara ke luar negeri, kami bisa membina keluarga kecil kami di sana," ucap Kairo lantang.

"Gak bisa. Selama kamu studi, kamu harus fokus, Kairo. Tidak adayang bis aganggu kamu. Kalau ada Dara dan bayinya, pikiranmu akan bercabang dan tidak terfokus sama sekali," ucap Ayah Deki keras.

"Untuk apa Dara, Kairo nikahi kalau hanya seumur jagung saja," ucap Kairo semakin geram tak terima dengansolusi Ayah Deki.

"Kamu lupa? Kamu yang bilang mau turuti apapun keinginan Ayah dan Bunda. Bayi itu bisa di rawat Bunda. Dara masih kecil, dia juga masih punay masa depan. Anggap saja, ap yang kalian lakukaa ini sebuah kesalahan kecil," ucap Ayah Deki dengan nada tinggi.

"Bunda bisa kan jelasin ke Ayah? Kairo sayang dan cinta sama Dara," ucap Kairo dengan nada suara memohon.

Bunda Risa mengegelengkan kepalanya pelan.

"Ini sudah keputusan bulat Ayah kamu, Kai. Kalau kamu mau lanjutkna pernikahan kamu dnegan Dara, silahkan, sesuai dengan perintah Ayah. Kalau kamu gak mau menikah, juga silahkan saja. Bunda kecewa sama kamu dan Dara. kalian sudah berhasil memecahkan harapan Bunda," ucap Bunda Risa pelan.

Bunda Risa langsung pergi ke kamar tidurnya. Ia tak sanggup lagi menahan air matanya. rasanya ingin memeluk kairo dan menguatkan anak lelakinya itu. tapi, ia juga tak mungkin membela kesalahan Kairo di depan suaminya. Ayah Deki memiliki kekuasaan dalam mengambil keputusan.

"Baik. Lusa Kairo menikahi Dara. Kairo harap, Ayah dan Bunda bisa memegang janji kalian," ucap kairo pelan.

Ayah Deki yang masih duduk di meja makan pun mengangguk tegas atas permintaan Kairo.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!