3

Kedua mata Dara menatap lekat ke arah Kairo yang mengungkapkan ingin menikahinya.

"Kenapa, Ra? Ada yang salah dengan ucapan gue?" tanya Kairo pelan.

Dara menggelengkan kepalanya pelan.

"Gak ada. Gue ucapin terima kasih atas semua keinginan loe ke gue. Tapi gue tahu, semua itu gak akan mungkin bisa terwujud, Kai. Gue gak mau melempar kesalahan orang pada orang lain, apalagi sama loe yang jelas -jelas kita sahabatan dari dulu dan loe selalu ada dan baik, sama gue," ucap Dara pelan.

"Terserah loe, tapi memang ini yang bisa gue lakukan buat loe dan keluarga loe," ucap Kairo pelan.

Semenjak kejadian itu, sikap Dara kepada Kairo agak berubah. Dara tahu, Kairo tidak pernah main -main dengan ucapannya, tapi Dara juga tidak mau kedua orang tua Kairo marah terhadap anak semata wayangnya.

"Loe kenapa sih, Ra? Mau ngejauh dari gue?" teriak Kairo yang berlari memasuki halamn sekolah mengejar Dara yang lebih dulu masuk ke arah gerbang sekolah. Tangan Kairo menggapai tangan Dara hingga Dara berbalik paksa tubuhnya dan kini mereka berdiri saling berhadapan.

"Gue gak ngejauh dari loe. Gue mual doang, gak enak badan," ucap Dara berkilah. Dara sengaja beralasan agar bisa menjauhi Kairo.

Dara melepaskan tangannya yang di genggam oleh Kairo dan msuk lebih dulu ke kelasnya. Kairo berjalan tepat di belakangnya.

Baru juga duduk di kelas dan membuka buku dan alat tulisnya. rasa mual itu melanda pagi pada Dara. Hampir setiap pagi, Dara akan mengalami hal ynag sama. Ia berlari ke ketoilet sekolah dan masuk ke dalam salah satu bilik kamar mandi dan memuntahkan semua isi perutnya.

Suaranya sengaja di tahan agak tidak keluar menggema di seluruh kamar mandi. Dara menahan suara muntahan di kamar mandi hingga wajahnya memerah, agar teman -temannya yang berada di kamar mandi itu tidak curiga dengan apa yang di alami Dara.

Kairo sudah menunggu di depan kamar mandi perempuan. Tubuhnya bersadar di dinding menunggu Dara keluar dari sana.

"Ini tisunya, sudah muntahnya?" ucap Kairo pelan.

Dara sedikit terkejut dengan perlakuan Kairo yang begitu perhatina kepada dirinya. Ia menerima tisu itu dan mengelap bibirnya yang basah.

"Makasih," jawab Dara pelan sambil berlalu dari hadapan Kairo dan berjalan menuju kelasnya.

Kairo hanya membuntuti Dara. Ia tak tega melihat sahabatnya seperti ini. Mungkin bulan ini ia aman di rumah dan di sekolah. tapi, bulan -bulan berikutnya? Apa mungkin Dara bisa menutupi kehamilannya pada kedua orang tuanya dan guru -guru di sekolah, sedangkan perutnya tentu akan membsar seiring pertumbuhan janin di perutnya.

Dara suda duduk di kelas dan bel masuk sudah berbunyi. Dirinya harus fokus pada pendidikannya, sebelum semuanya terlambat. nanti siang, rencana Dara aan mencari tahu, cara menggugurkan kandungannya.

Sempat browsing di internet, kehamilan yang masih berusia satu bulan bisa di gugurkan dengan makan nanas muda atau makanan lainnya yang asam. Bisa juga, dengan obat khusus untuk menggugurkan kandungan, atau juga bisa dengan minum jamu untuk datang bulan. Tapi, kembali lagi, semuanya itu tergantung kekuasaan Tuhan.

Kairo sendiri yang duduk tepat di belakang Dara juga sedang berpikir keras untuk bicara baik -baik pada kedua orang tuanya. Ia akan menikahi Dara dalam waktu dekat. Keputusan ini sudah bulat, dan tak mungkin lagi di ganggu gugat.

Skip ...

Di Rumah Kairo -

Bunda Risa sedang sibuk membuat kue bolu pelangi di dapur, di bantu oleh Mbok Jum, asisten rumah tangganya.

"Ada sesuatu kah, selama saya di Bandung?" tanya Bunda Risa mulai memotong kue bolu pelangi yang pertama kali matang hasil percobaannya.

Mbok Jum yang sedang mencuci piring langsung menyelesaikan dan berjalan menghampiri majikannya.

"Ada Bu," ucap Mbok Jum sedikit ragu.

Bunda Risa langsung menoleh ke arah Mbok Jum dan menatap lekat asistennya itu.

"Apa? Jujur saja," ucap Bunda Risa pelan.

"Soal Den Kai," ucap Mbok Jum masih ragu untuk menceritakan soal kejadian beberapa hari yang lalu.

"Kai? Ada apa?" tanya Bunda Risa pelan.

"Den Kai dan Mbak Dara," ucap Mbok Jum makin ragu dan bingung harus mulai dari mana menceritakannya.

"Kai dan Dara? Main di sini? Nginep? Kan sudah biasa Mbok. Kai dan dara memang sahabatan sejak lama. Kita juga sudah saling kenal dengan keluarganya," ucap Bunda Risa tenang tanpa ada kecemasan sedikit pun.

"Anu Bu ... Ekhemmm ... Itu, Mbak Dara tuh, anu," ucapan Mbok Jum terhenti. Dadanya seolah terhantam batu besar sehingga tak bisa bicara.

"Anu apa, sih, Mbok? Kalau ngomong itu yang jelas dan pelan -pelan saja, orang gak di kejar maling juga," ucap Bunda Risa tertawa menggoda asistennya yang nampak sekali gugup.

"Mbak Dara waktu itu pingsan di sini Bu," ucap asisten itu cepat.

"Terus? Di panggilin dokter kan? Sahabat Bapak? Biasanya kan begitu," ucap Bunda Risa merapikan potongan bolu pelangi itu di piring besar. Cantik sekali.

"Mbak Dara hamil, Bu," ucap Mbok Jum lantang. Bnda Risa pun langsung menjatuhkan pisau yang di pegangnya ke lantai tanpa sadar.

Dadanya bagai tertusuk mata pisau yang tajam dan begitu sakit seklai mendengar Dara hamil, yang tentu ... Kairo?

"Dara hamil? Beneran Mbok?" tany Bunda Risa menelan air liurnya dalam.

"Iya Bu. Coba langsung di tanyakan pada Den Kai, mungkin mau cerita," ucap Mbok Jum pelan.

"Coba nanti biar saya tanya," jawab Bunda Risa pelan.

Ia langsung pergi ke kamar dan menelepon suaminya, yang masih bertugas di rumah sakit.

"Ada apa Mah?" tanya suaminya kepada Sang Istri.

"Ayah kenal Dara kan? Sahabat Kai yang sering main kesini," ucap Bunda Risa lembut sekali.

"Iya. Kenapa? Sakit?" tanya Ayah Deki tanpa curiga.

"Dara hamil, Yah," ucap Bunda Risa pelan dan mampu membuat kepala Ayah Deki berputar dan menfokuskan pendengarannya lagi.

"Hamil? Sama Kai? Atau sama siapa?'" tanya Ayah Deki pelan mencari tahu kebenarannya.

Bunda Risa langsung mengerjap pelan kedua matanay. Ia tak tahu, Dara hamil dengan siapa. Informasi yang di berikan oleh Mbok Jum sama seklai tidak lengkap dan belum valid bukti kebenarannya.

"Bunda gak tahu, Yah. Nanti siang kalau Kai datang, Bunda tanya ya," ucap Bunda Risa dengan cepat.

"Iya Bun. Ayah tunggu informasinya," ucap Ayah Deki pelan.

Kedua orang tua Kairo langsung termenung bingung. Mereka menginginkan Kairo menjadi seorang yang sukses dan berhasil mengikuti jejak Sang Ayah untuk menjadi dokter. Lalu, jika pada kenyataannya Kairo salah pergaulan dan memang menghamili Dara, tentu masa depannya akan terhenti begitu saja.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!