Mendengar penjelasan dari Hanna, Bara yakin jika yang melakukan itu adalah Leona, ia tak habis pikir mengapa Leona bisa berbuat seperti itu, sedangkan yang ia tahu dari sifat Leona adalah wanita lembut dan tidak banyak perhitungan dalam segala hal.
Bara pun berpamitan pada Hanna untuk pergi mencari makan, Hanna pun mengizinkannya dan menunggu Bara kembali.
Saat di perjalanan Bara menelfon Leona, mereka pun bertemu di salah satu cafe, Bara menanyakan soal kejadian yang di alami oleh Hanna.
Leona membantah semua tuduhan Bara terhadap nya, Bara yang masih yakin jika itu adalah perbuatan Leona, ia membawa Leona pergi ke restoran tempat Hanna tenggelam tadi.
saat tiba di sana, Bara mencari penanggung jawab restoran itu dan meminta agar dapat membuka rekaman CCTV yang mengarah ke kolam renang, mereka pun beralasan jika CCTV sedang rusak dan masih dalam masa perbaikan, jadi saat kejadian Hanna tenggelam CCTV masih dalam keadaan mati.
Leona diam diam tersenyum saat pengurus restoran berpihak pada nya, Bara pun akhirnya pergi meninggalkan restoran itu, ia pun memesan makanan take away untuk di bawa ke rumah sakit, Bara meninggalkan Leona begitu saja tanpa mengantarnya kembali ke rumah nya.
"Sialan, kenapa sih Bara jadi seperti ini, apa jangan jangan dia sudah mulai suka sama si buta itu" Batin Leona kesal karena di tinggal oleh Bara.
Saat bara tiba di rumah sakit ia pun segera pergi ke ruangan Hanna, ia langsung memberikan makanan itu pada Hanna, melihat kondisinya yang masih lemah Bara pun terpaksa harus menyuapi Hanna.
"Hanna ayo makan dulu"
Hanna pun terbangun, Bara membantunya untuk duduk, saat mereka saling bersentuhan tiba tiba perasaan aneh datang kembali ke tubuh Bara, jantung ya berdetak lebih cepat Bara pun menatap Hanna tapi Hanna tidak menyadarinya.
Setelah bara selesai menyuapi Hanna, ia pun pergi ke toilet untuk mengganti pakaiannya yang sudah hampir kering itu, Hanna masih dalam posisi duduk karena Bara melarang nya untuk berbaring karena baru saja selesai makan.
Beberapa saat kemudian Bara pun membaringkan tubuhnya di atas sofa, kemudian ia mengubah posisi tidurnya menjadi miring menghadap ke Hanna, melihat Hanna yang masih duduk Bara pun ingat jika dirinya yang sudah melarang Hanna untuk tidur, sudah hampir satu jam Hanna duduk, Bara kembali bangun dan membaringkan tubuh Hanna seperti semula.
"Memangnya sudah boleh tidur" Tanya Hanna polos.
"Kamu udah hampir satu jam duduk, aku kan cuma bilang tunggu sampai setengah jam" sahut Bara.
Hanna malah tersenyum karena ia merasa bodoh saat itu, Bara kembali ke sofa karena ia sangat lelah dan mengantuk, merasakan suasana sunyi Hanna menebak jika Bara sudah tertidur, ia pun memejamkan mata nya dan berusaha untuk tidur, tapi setelah mencoba untuk memejamkan mata Hanna tetap tidak bisa tidur, akhirnya ia pun memilih untuk duduk kembali.
"Bara kenapa kamu sekarang berubah, andaikan dulu kamu tidak mengarahkan kembang api nya ke wajah aku, mungkin sekarang aku bisa melihat wajah tampan kamu yang sudah dewasa" ucap Hanna.
Bara langsung terkejut saat mendengar Hanna mengatakan hal itu, ternyata Bara masih belum tertidur ia hanya tidur miring menghadap ke arah Hanna dan memperhatikannya, ingin rasanya ia bertanya pada Hanna, tapi kelihatannya Hanna masih belum menyelesaikan pembicaraannya, Bara pun menahan diri dan tetap setia mendengarkan Hanna yang berbicara sendirian.
"Bara apakah kamu ingat saat aku di kejar oleh anjing liar, kamu berusaha menolong aku, dan melemparkan pot bunga milik tetangga ke arah anjing itu, alhasil kita selamat dari anjing itu tapi kena marah oleh tetangga pemilik pot bunga nya" Hanna pun mengeluarkan air mata nya sesekali ia membayangkan sosok kedua orang tuanya.
"Bara apakah kamu tau, saat ayah dan ibu ku meninggal, aku hanya punya kamu, nenek kakek, dan ibu Nadia juga ayah Herwin, tapi saat itu kamu ngotot ingin sekolah ke luar negri, akhirnya aku di tinggal bersama dengan kakek dan nenek di desa, setiap hari aku selalu menunggu kedatangan kamu dan menjemput aku, tapi hingga aku lulus sekolah kamu masih belum kembali, dan setelah kembali malah bersikap seperti ini sama aku, memang nya aku salah apa Bar" Hanna pun berlinang air mata.
Bara sama sekali tidak mengingat masa kecil nya, saat di luar negri Bara pernah mengalami sakit yang parah, sehingga mengakibatkan separuh ingatannya hilang, jadi wajar jika ia lupa dengan kenangan masa kecil nya.
"Maaf Hanna, aku benar benar tidak mengingat masa itu, beri aku waktu untuk dapat menerima kamu sepenuh hati" ucap Bara sontak membuat Hanna terkejut.
"Bara kamu belum tidur" tanya Hanna gugup.
"Belum"
"Jadi kamu mendengar semua yang aku katakan" tanya Hanna memastikan, ia berharap jika Bara tidak mendengar nya.
"Ya"
Hanna pun menutup wajahnya dengan selimut ia malu pada Bara karena ucapannya, secara tak sadar Bara tersenyum melihat tingkah Hanna yang sedang malu.
"Kamu jangan anggap serius perkataan aku tadi ya" Pinta Hanna, ia takut jika Bara akan marah pada nya lagi.
"Kamu jangan khawatir" Bara memejamkan mata nya kemudian mereka pun tertidur.
Keesokan pagi nya saat Bara mau pergi ke kantor tiba tiba Leona datang ke rumah sakit, Bara pun langsung menarik nya keluar dari ruangan itu.
ia takut jika Leona membuat keributan dan membuat Hanna tidak nyaman.
"Kamu ngapain kesini"
"Aku mau memastikan jika kamu tidak dekat dekat dengan si buta itu" ketus Leona.
"Dia Hanna, jangan lagi kamu memanggil nya si buta, mengerti" Bara tak suka jika Leona memanggil Hanna dengan sebutan si buta.
"Kamu kenapa sih sekarang malah membela dia terus, apa kamu udah mulai suka ya" Tuduh Leona, Bara langsung memalingkan wajah nya, tak lama kemudian nyonya Nadia datang ingin menggantikan Bara untuk menjaga Hanna di rumah sakit.
"Hey ngapain kamu kesini lagi" pekik Nyonya Nadia kemudian menarik tangan Bara yang sedang di pegang oleh Leona.
Hanna yang mendengar keributan di luar segera berjalan ke arah pintu dengan menggunakan tongkat nya agar mempermudah mencari jalan.
saat menemukan pintunya Hanna pun berdiri dan mendengarkan apa yang sedang di bicarakan oleh orang di luar ruangan itu.
"Tante apa salah Leona sama Tante, kenapa seperti sangat membenci aku, aku dan Bara saling mencintai dan tolong Tante jangan menghalangi hubungan kami, memangnya kenapa jika Bara sudah beristri, lagi pula Bara akan malu jika mengakui wanita buta itu sebagai istri nya di depan umum, jadi biar kan aku yang menjadi wanita pendamping nya di hadapan umum"
Sontak nyonya Nadia langsung menampar Leona, ia semakin tak suka padanya karena mulut nya yang pandai memaki orang, Bara pun membentak Leona agar tidak meneruskan perkataannya.
Hanna yang mendengar di balik pintu pun hanya menahan rasa sedihnya karena fisik nya yang selalu di jadikan tolak ukur antara hubungannya dengan Bara.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 26 Episodes
Comments