Bara pun hanya terdiam tak menjawab pertanyaan Hanna, beberapa saat kemudian asisten rumah tangga nya pun datang memberitahu jika makan malam sudah siap, Bara pun segera keluar mendahului Hanna, asisten rumah tangga itu pun menunggu Hanna yang sedang merapikan alat solat nya, kemudian ia pun menuntun Hana agar dapat berjalan dengan mudah.
Melihat Bara yang berjalan sendirian, tuan Herwin pun menanyakan keberadaan Hanna pada Bara, seperti biasa Bara hanya menjawab ala kadar nya
"Bara, Lain kali jika mau keluar kamu ajak Hanna dan gandeng dia, jangan seperti ini terus, ingat kamu sekarang sudah punya istri, dan kewajiban kamu adalah menjaga istri kamu dengan baik" Ucap tuan Herwin sambil menatap Bara.
Bara hanya menganggukkan kepala nya kemudian duduk di kursi tempat biasanya ia duduki saat mau makan, Hanna pun datang dan tuan menyuruhnya untuk duduk di sebelah Bara, Hanna hanya menuruti ayah mertuanya dan duduk di sebelah Bara, tanpa berdebat apapun mereka mulai menikmati sarapan pagi nya.
Saat Bara mau berangkat ke kantornya, tiba tiba tuan Herwin memanggil Bara, ia pun segera menghampiri ayah nya.
Bara mengerutkan dahi nya saat melihat tuan Herwin sudah berpakaian rapih, biasanya setiap pagi tuan Herwin hanya mengenakan kaos oblong dan celana sepanjang lutut, tapi hari itu dia mengenakan pakaian formal.
"Bara, hari ini kamu jangan ke perusahaan dulu" Titah tuan Herwin.
"Kenapa ayah" Bara pun penasaran mengapa ayah nya menyuruh dia agar tidak pergi ke perusahaan.
"Karena hari ini kita mau meresmikan rumah yang sudah ayah beli untuk kamu dan Hanna"
Mendengar hal itu bara pun langsung kaget, ia tak menyangka jika ayah nya akan mencarikan tempat tinggal secepat itu, ia pun membayangkan betapa merepotkan jika ia hanya tinggal berdua satu rumah dengan Hanna.
"Ayah, kenapa secepat ini?" protes Bara.
"Terus mau kamu kapan? atau jangan jangan kamu gak pernah terpikirkan untuk tinggal berdua dengan istri kamu" tuduh Tuan Herwin.
Bara pun terdiam dan hanya menuruti apa kata ayah nya, beberapa detik kemudian nyonya Nadia dan Hanna pun datang, Bara menatap Hanna yang berpenampilan berbeda dari biasanya, Nyonya Nadia sengaja merias wajah Hanna dengan sedikit makeup agar terlihat lebih fresh.
"Ayo kita berangkat" ajak nyonya Nadia kemudian memberikan tangan Hanna pada Bara agar di gandeng oleh nya, Bara sempat menolak tapi ibu nya langsung melototi nya, Bara pun akhirnya menuruti perintah orang tua nya.
Saat Bara menyentuh tangan Hanna yang halus, jantung nya berdetak lebih cepat, padahal itu belum seberapa dari apa yang sudah ia lakukan pada Hanna kemarin malam, Hanna pun merasakan debaran di hati nya, ia merasa canggung saat Bara menyentuh tangannya, nyonya Nadia dan suami nya pun saling menatap dan menahan senyuman karena melihat tingkah anak dan menantunya yang malu malu tapi mau.
Setelah tiba di rumah baru mereka, tuan Herwin bertemu dengan pemilik rumah itu, dan langsung melakukan transaksi, Bara melihat lihat sekitaran rumah, terlihat suasana yang menyejukkan dan ada kolam renang di bagian belakang rumah, sebenarnya bukannya Bara tidak sanggup membeli sebuah rumah, tapi ia masih belum terpikirkan untuk tinggal berdua saja dengan Hanna.
"apakah kamu suka dengan rumah ini Bara?" Tanya tuan Herwin sambil menghampiri Bara yang sedang duduk di kursi dekat kolam renang.
Bara hanya menganggukkan kepala nya, tuan Herwin pun ikut duduk santai di tepi kolam, tak lama kemudian nyonya Nadia pun datang bersama Hanna, Bara langsung mengubah ekspresi nya saat melihat Hanna, ada rasa benci dan penasaran terhadap Hanna, ia masih bingung harus bersikap seperti apa pada Hanna.
"Bara mulai besok kalian akan tinggal disini, dan kamu harus menjaga Hanna dengan baik" ucap nyonya Nadia memperingati Bara.
mendengar ibu nya mengatakan hal seperti itu bara pun seperti ingin menolak namun tidak bisa.
Akhirnya ia hanya bisa pasrah dan mengikuti alur kehidupannya.
Nyonya Nadia mengajak suami nya untuk makan di sebuah restoran, mereka pun pergi ke restoran itu untuk menikmati makan siang.
setelah tiba di restoran, Bara melihat Leona, dan ia pun mencoba untuk menghindar dari Leona untuk sementara waktu.
tak di sangka Leona melihat Bara dan langsung menghampiri nya.
"Bara" panggil Leona sambil berjalan ke arah Bara.
Nyonya Nadia mengerutkan kening nya kemudian menatap sinis pada Leona, ia tak menyangka jika Leona masih berani mendekati Bara, padahal sehari sebelum bara menikah nyonya Nadia sudah menemui Leona agar menjauhi Bara, tak lupa juga ia memberikan sejumlah uang yang sangat banyak, dan Leona pun menerima nya.
"Bara aku telfon kamu dari kemarin kenapa gak di jawab, kamu kenapa?" tanya Leona seolah ia tak melihat siapapun di sekitarannya.
Bara hanya diam saja, ia pun meraih tangan Hanna agar Leona dapat melihatnya kemudian cemburu pada Bara, tapi sayang nya Leona tidak cemburu, dan dia malah melepaskan tangan Bara yang sedang menggandeng Hanna.
"Jadi ini istri buta kamu itu, jauh banget perbandingannya" cibir Leona sambil menyunggingkan senyum nya.
Mendengar cibiran dari Leona, Hanna hanya menundukkan kepala nya kemudian ia menggeser jaraknya agar sedikit lebih jauh dari Bara.
"Leona jaga ucapan kamu ya" pekik nyonya Nadia sambil melotot ke arah Leona.
"Eh ada Tante, oh ia mumpung bertemu Tante di sini, Leona mau mengembalikan uang yang sudah Tante berikan pada Leona, maaf ya Tante Leona gak bisa melepaskan Bara begitu saja" Leona pun memberikan sebuah amplop berwarna coklat pada nyonya Nadia.
Mendengar percakapan Leona pada ibu nya, Bara pun langsung mengerutkan dahi nya, ia belum mengerti apa yang sedang di maksud oleh Leona.
"Maksud kamu apa" Ucap Bara pada Leona yang penuh tanda tanya.
"Jadi gini, beberapa hari yang lalu Tante Nadia datang menemui aku di kampus, dan dia memberikan aku sejumlah uang yang lumayan banyak, dengan syarat aku harus ninggalin kamu, awalnya aku tergiur dengan uang itu, tapi setelah di pikir pikir ternyata kamu lebih berharga dari sejumlah uang yang tak seberapa itu" jelas Leona sambil tersenyum sinis pada nyonya Nadia.
Bara pun langsung menoleh ke arah ibu nya seolah sedang meminta konfirmasi dengan apa yang dikatakan oleh Leona.
Nyonya Nadia pun terlihat sedikit panik karena Leona memberitahu Bara hal yang sebenarnya, beruntung tuan Herwin menyadari bahwa istri nya sedang gugup.
"Bara, ayah yang sudah menyuruh ibu kamu untuk menemui Leona, kamu jangan salah paham dulu, semua ini kami lakukan demi kebaikan kamu dan Hanna"
Bara pun hanya terdiam dan sesekali melirik Hanna dan Leona, ia bingung sekarang harus berbuat apa, jika ia menentang orang tua nya takutnya penyakit jantung tuan Herwin akan kambuh, tapi jika ia hanya diam saja maka dia akan kehilangan Leona.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 26 Episodes
Comments