Bab 4

Aidan membulatkan matanya melihat kondisi Nana yang masih sama, tak berubah seperti terakhir kali dia melihatnya sebelum pergi.

Aidan berjalan ke arah Nana. Dia melakukan itu bukan karena benar-benar khawatir terjadi sesuatu dengan istrinya, melainkan khawatir dia akan terkena masalah jika ada apa-apa dengan Nana.

"Hei bangun kau," ucap Aidan.

Walaupun terlihat terkejut, tapi Aidan sama sekali tidak berniat untuk memperlakukan Nana dengan baik. Kali ini, dia bahkan mengangkat kakinya untuk menggoyang-goyangkan tubuh wanita itu.

Namun, Nana tidak bereaksi. Wanita itu memang sudah tidak sadarkan diri sejak tadi Aidan pergi. Dia benar-benar tidak makan ataupun minum, dan saat pukul enam sore dengan keadaan perut yang kosong dan tubuh yang terasa remuk, akhirnya Nana memejamkan mata dan tidak sadarkan diri.

Nana sepertinya mengalami dehidrasi ringan. Saat menyadari Nana pingsan, dia merogoh saku kemudian menelepon seseorang yang tak lain adalah dokter pribadinya. Dia menyuruh dokter tersebut untuk kembali datang meskipun hari sudah larut malam.

Ini bukan pertama kalinya Nana seperti ini. Setiap Aidan melakukan hal tadi, wanita itu pasti akan berakhir dengan selang infus yang menancap di tangannya.

Dua puluh menit kemudian, terdengar suara mobil datang hingga Aidan yang sedari tadi sudah keluar dari kamar dan duduk di sofa sambil merokok, menoleh.

Saat dokter kini masuk ke dalam rumahnya, pria itu tiba-tiba berkata, "Seperti biasa."

Dokter itu menoleh, dia mengangguk. "Baik, Pak."

Setelahnya, dokter muda itu langsung berjalan ke arah kamar tanpa terlihat ragu karena sudah tahu apa yang harus dia lakukan.

***

Waktu menunjukkan pukul empat pagi, dan di saat itu Nana nampak membuka mata. Dia terbangun dari tidurnya. Tiba-tiba, dia merasakan nyeri di kepala membuat dia memejamkan mata untuk menetralkan rasa pusing yang juga mendera.

Tidak lama, dia membuka mata kemudian menoleh ke kanan ketika merasakan ada yang aneh. Dia menghela napas melihat selang dan jarum infus yang menancap di punggung tangannya.

"Ternyata seperti ini lagi," lirih Nana.

Setelah cukup lama, tiba-tiba perutnya berbunyi tapi sekarang tidak ada siapapun di kamarnya. Bagaimana mungkin dia mendapatkan makanan, sedangkan untuk pergi ke dapur saja rasanya dia begitu kesusahan?

Oleh karena rasa lapar sudah tidak bisa dikendalikan, Nana nekad mencabut selang infusnya. Perlahan, wanita itu turun dari ranjang lalu dengan tertatih berjalan keluar dari kamar.

Nana memegang dinding karena merasa kepalanya semakin berputar. Dia kembali melanjutkan langkahnya dan secara tiba-tiba dia berhenti ketika melihat suaminya sedang menonton bola di sofa.

Nana memejamkan matanya merasa bingung yang luar biasa. Jika dia muncul di hadapan Aidan, maka Aidan akan memerintahkannya lagi.

Sebab setiap malam jika Aidan begadang, dia akan terus memerintahkannya untuk membuat makanan seperti kopi dan lain-lain. Suaminya itu seolah tidak membiarkan dia tidur nyenyak. Lalu sekarang, dia bingung bagaimana caranya pergi ke dapur tanpa diketahui Aidan?

Hal yang membuat Nana bingung adalah, akses menuju ke dapur melewati ruang tv hingga dia pasti akan tertangkap basah oleh suaminya. Pada akhirnya, Nana mundur. Wanita cantik bernasib malang itu tidak mau fisiknya semakin rapuh.

Nana yang tetap ingin memulihkan tenaganya, memutuskan untuk meminum air keran hingga kenyang.

***

Aidan yang sedang fokus menonton bola, mendongak saat mendengar suara pintu tertutup.

Terpopuler

Comments

Triiyyaazz Ajuach

Triiyyaazz Ajuach

bener" nggak pnya hati

2023-04-20

1

marisa yohana

marisa yohana

hampir sama kaya cerita si gabriel

2023-01-11

0

Pipit Sabela

Pipit Sabela

sadis

2023-01-06

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!