Bab 3

"Cepat buatkan aku sarapan yang berat. Terserah entah itu nasi goreng ataupun sayuran!" titah Fitri.

Nana berusaha untuk menebalkan kupingnya dan berkata, "Aku lelah, jika kau mau buat sendiri."

Tiba-tiba, Aidan menggebrak meja. Dia tidak suka Nana membantah perintahnya ataupun Fitri, sehingga sekarang dia murka.

Sementara Nana sendiri sudah terlalu lelah. Tubuhnya benar-benar kehilangan tenaga. Dia juga bahkan merasa pening.

Pada akhirnya, Nana berbalik. Dia tak memperdulikan lagi apa yang suami dan kakaknya lakukan.

"Tetap di tempatmu atau aku akan mengganggumu, Nana," ucap Aidan.

Aidan tidak berteriak, tetapi jelas tersirat kemarahan dalam nada suaranya. Nana tetap kukuh untuk tidak memperdulikan perintah dan terus melanjutkan langkahnya membuat Aidan semakin murka.

Seketika, Aidan mengejar Nana. Lelaki itu langsung menarik baju sang istri hingga robek. "Apa kau tidak ...."

Secara tiba-tiba, Aidan menghentikan ucapannya saat melihat tubuh Nana yang memar akibat ulahnya. Dia juga melihat ke wajah Nana yang sudah basah oleh air mata.

Sejenak, dia terpaku. Namun, tak lama kesadarannya kembali saat Nana tiba-tiba dia bergerak. "Lakukan apapun yang kau mau, Aidan. Aku tak akan melarangmu jika kau memang menginginkannya."

Aidan yang masih dikuasai emosi, langsung menyeret Nana ke dalam kamar dengan menarik tangannya penuh emosi. "Beraninya kau!"

Aidan mendorong tubuh Nana hingga tersungkur ke lantai. Setelah itu, dia kembali memulai melakukan hal yang menyakitkan kepada Nana yang sama sekali tidak bereaksi entah itu memberontak atau sekadar meringis. Dia seolah pasrah dengan nasib, hingga pada akhirnya Aidan sendiri menghentikan apa yang dia lakukan.

"Kenapa kau tidak berteriak dan terlihat kesakitan?" tanya Aidan ketika melihat ekspresi Nana yang di matanya terkesan aneh.

Nana tidak menjawab, tetapi sorot matanya yang kosong dengan air mata berlinang telah cukup menjelaskan apa yang dia rasa.

"Kau ini tuli, ya?!" teriak Aidan.

Lagi-Lagi, Nana tidak bereaksi saat Aidan akan mengayunkan tangannya. Secara tiba-tiba, pria itu menghentikan gerakannya saat melihat Nana yang kini mengubah posisi berbaring ke samping.

"Ibu ...," sebut Nana lirih pada mendiang ibunya dengan air mata yang berderai. Ditambah lagi dengan rasa perih dan sakit yang luar biasa di tubuhnya.

Sejenak, Aidan terpaku melihat tubuh Nana. Dia lalu menggeleng kemudian berbalik pergi keluar dari kamar meninggalkan Nana yang sedang merasakan sakit seorang diri.

***

"Sayang, kau sudah selesai dengannya?" tanya Fitri. Tidak ada raut cemburu di wajah wanita itu, walaupun kekasihnya sudah meniduri Nana yang jelas memang tidak mencintai Aidan.

"Aku sudah memberi pelajaran untuknya. Ayo kita sarapan di luar saja."

Aidan si pengusaha tampan itu memilih untuk membawa Fitri keluar dari rumah megahnya tanpa memperdulikan kondisi Nana yang mengkhawatirkan.

***

Jam dinding menunjukkan pukul sepuluh malam saat Aidan masuk ke dalam kamar. Dia mengerutkan kening saat melihat keadaan yang gelap karena lampu tak menyala.

Seharian ini, Aidan menghabiskan waktunya dengan Fitri. Menemani wanita itu berbelanja dan melakukan kegiatan lainnya yang umum dilakukan perempuan saat keluar rumah. Lalu pada jam sepuluh malam, dia baru saja tiba ke rumah dan langsung pergi ke kamar istrinya.

Setibanya di sana, ternyata lampu kamar Nana pun mati membuat Aidan langsung berjalan ke arah saklar. Ruangan seketika berubah terang membuat dia membulatkan mata saat melihat kondisi Nana.

Terpopuler

Comments

Triiyyaazz Ajuach

Triiyyaazz Ajuach

jgn nyesel kamu Aidan

2023-04-20

1

marisa yohana

marisa yohana

tapi lebih sadis gabriel pas nyiksa amelia

2023-01-11

0

Herlan

Herlan

Gabriel sakit jiwa kayaknya

2022-12-28

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!