Bu Fatmah melototkan matanya ke arah anak sulungnya itu, "Salim!! Masukkan semua pakaiannya kedalam tas, kamu antar ia ke terminal, aku tidak ingin melihat wajahnya lagi berada di sini untuk selamanya!" geram Bu Fatmawati dengan tatapan mencemooh dan amarahnya sudah tak tertahankan.
Bu Fatmah menatap jengah ke arah anak sambungnya itu dengan penuh kebencian, "Stop!! berhenti untuk berbicara sepatah katapun, karena semua yang kamu lakukan percuma saja, Ibu sama sekali tidak akan pernah memaafkan kesalahn terbesar yang kamu lakukan ini, Salim!! apa lagi yang kamu tunggu antar dia segera ke terminal sebelum tetangga kita semakin banyak yang mengetahui perbuatan bejaknya gadis sialan ini!" bentaknya Bu Fatmah.
"Ibu!! Kasihanilah Fatimah Bu, kalau Fatimah pergi dari sini ia harus tinggal di mana? kasihanilah untuk malam ini saja kasihan di luar sedang hujan lebat, Fatimah mau pergi ke mana dalam keadaan hujan seperti ini juga?" Tanyanya Salim yang berusaha untuk menahan ibunya untuk mengusir adik sambungnya itu.
Salim sedih dan juga kecewa sekaligus dengan kenyataan yang ada, tapi ia yakini jika semua ini terjadi bukan dasar karena ia sengaja melakukannya.
Sarah yang baru saja datang cukup bahagia dan tersenyum penuh kemenangan melihat kakak sambungnya itu harus diusir dan didepak dari dalam rumahnya.
"Aku sangat bahagia melihatnya diusir oleh Ibu, untung aku diam-diam mengambil alat tes kehamilannya lalu memperlihatkan kepada Ibu jadi yah seperti sekarang gini jadinya, aku harus segera menelpon Tio jika apa yang kita lakukan dua bulan lalu waktu menjebak Fatimah dengan pria yang tidak tahu asal usulnya itu hingga mereka tidur dan hasilnya Fatimah akan pergi dan angkat kaki dari tempat ini untuk selamanya," Sarah bergumam dalam hatinya dengan penuh kegembiraan.
Fathimah terus mengemis belas kasihan dari ibunya tapi, hal itu sia-sia saja dan sama sekali tidak merubah keputusan dan pendirian dari ibunya Bu Fatimah.
"Ibu, aku sangat malu teman-temanku sudah mengetahui semua rahasia besar ini, mereka bahkan menghinaku dan mengolok-olokku gara-gara kelakuannya anak haaa Raam itu!" ucapnya Sarah yang berpura-pura menangis tersedu-sedu meratapi hal tersebut agar Fathimah semakin terpojok sehingga tidak ada lagi alasan untuk mencegah kepergiannya malam ini.
Fatimah segera merangkak ke arah ibunya Bu Fatmah untuk memohon sekali lagi agar Bu Fatmah berbaik hati untuk mengijinkannya untuk tinggal semalam saja.
"Ibu untuk malam ini saja aku mohon kasihanilah aku, aku tidak punya jas hujan apa lagi hujan semakin deras Ibu, aku mohon ampunilah aku dan kasihanilah aku," ratapnya Fatimah seraya meraih kedua tangannya Bu Fatmah.
Bu Fatmah segera menepis tangannya Fatimah dengan kasar agar tidak saling bersentuhan.
"Ingat hanya pakaian yang boleh kamu bawa dari sini, hp yang pernah aku belikan padamu harus kamu simpan karena Ibu membelinya memakai uangku!" Gerutu Bu Salma.
Sarah semakin mengeraskan suara tangisannya agar ibunya tidak tersentuh dari bujukan dan rayuan dari kakaknya dan juga Fathimah.
"Aku akan melakukan apapun agar kamu pergi dari sini karena sejak kamu datang dibawah oleh bapak ke dalam rumahku ini aku sudah tidak setuju dengan hal itu dan hari ini adalah kamu harus cabut dan angkat kaki!' ketusnya Sarah yang menatap tajam ke arah Fatimah yang masih dalam keadaan terduduk.
"Aku sebaiknya pergi dari sini saja, karena Ibu juga bukanlah ibu kandungku, aku hanya sebatang kara di dunia ini jadi pergi jauh dari sini adalah jalan keluar yang paling terbaik," cicitnya Fatimah yang sedikit meringis menahan pusing kepalanya.
"Fatimah ayok adek kita pergi dari sini, Abang akan antar kamu pergi," ajaknya Salim.
Salim tidak lupa diam-diam mengambil uang tabungannya yang sebenarnya rencananya akan ia pakai untuk bayar uang kuliahnya untuk semester depan.
Salim segera melajukan motornya menuju terminal bis. Petir dan halilintar menyambar. Maklumlah sudah masuk musim hujan. Hingga malam itu turun hujan gerimis.
Salim memakaikan jas hujan ketubuh adik sebapaknya itu. Salim ingin bertanya kepada adiknya tentang kehamilannya itu, tapi ia mengurungkan niatnya saja karena tidak ingin menambah beban berat pikiran untuk adiknya.
Hanya butuh waktu kurang lebih 25 menit saja, hingga mereka sampai dengan selamat di terminal. Walaupun dalam keadaan yang sedikit basah terguyur hujan rintik-rintik, tapi mereka tetap melanjutkan perjalanan mereka menuju terminal bus.
"Tunggu Abang di sini, Abang akan beliin kamu tiket untuk berangkat ke Jakarta, ini ada sedikit uang untuk bekal kamu, maafkan Abang hanya bisa memberikan uang sedikit saja," tuturnya Salim dengan memaksa Fathimah untuk mengambil uang itu.
"Abang, maafkan Fatimah yah! sudah buat Abang kesusahan," imbuhnya Fatimah dengan air matanya semakin menetes membasahi pipinya bercampur dengan air tetesan hujan malam itu.
Suara petir dan halilintar saling bersahutan malam itu, angin kencang pun semakin menambah suasana mencekam dan menakutkan malam itu.
Salim tersenyum tulus dan penuh kelembutan kearah adik kesayangannya itu. Fatimah hanya tersenyum tipis seraya menganggukkan kepalanya tanda setuju dengan perkataan dari kakak sulungnya.
Salim mengelus puncak hijab adiknya," kamu harus kuat apa pun yang terjadi, Ingat kamu tidak boleh menggugurkan calon ponakan Abang, aku pamit dulu belikan kamu tiket, kamu duduk di sini tungguin Abang," pintanya Salim lalu berlari kecil ke arah tempat pembelian tiket bus.
Fatimah menengadahkan kepalanya ke arah atas langit dan memperhatikan dengan seksama langit yang menurunkan berkahnya untuk bumi dan seluruh alam semesta.
"Ya Allah... maafkanlah hambaMu ini yang sudah berlumuran dosa dan salahku emang tidak pantas untuk dimaafkan lagi oleh siapa pun," Lirihnya Fathimah.
Fatimah segera memasukkan uangnya kedalam tas selempangnya yang sudah nampak lusuh. Entah kenapa malam itu ia ingin bermain hujan gerimis seolah ia tidak akan melihat hujan lagi. Langkah kakinya menuju ke jalan raya untuk menikmati guyuran hujan malam.
Fatimah melupakan sejenak kegelisahan hatinya dan bermain air malam itu, tapi tanpa ia sadari jika ada mobil yang melaju ke arahnya dengan kecepatan sedang saja. Fatimah melirik ke arah mobil itu dengan berteriak kencang.
"Aahhhh!! tidak!!!" jeritnya Fatimah dengan tangannya berusaha melindungi bagian perutnya.
Ciitt!!!
Suara decitan ban mobil bersahutan dan bergesekan dengan aspal.
Keikhlasan mengantarkan kamu ke pintu yang dinamakan kesuksesan.
Bukan karena dia kuat, tapi karena Tuhan yang maha kuat bersama dengan langkahnya.
Kebahagiaan tidak selamanya dilihat dari segi banyaknya materi dan harta yang Kamu miliki, tapi bagaimana Kamu bisa membuat dan melihat senyuman yang tercipta dari orang-orang yang Kamu sayangi.
Kamu tidak akan menemukan kebahagiaan jika terus menuntut kesempurnaan. Syukuri apa yang kamu miliki, maka di sana akan kau temukan kebahagiaan.
Kebahagiaan tidak menghampiri mereka yang memiliki segalanya, namun kebahagiaan akan menghampiri mereka yang berterus bersyukur atas nikmatnya.
Terkadang cobaan menghampiri hidup kita, agar kita menjadi orang yang lebih sabar dan ikhlas untuk menghadapi segalanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 37 Episodes
Comments
Nur Lizza
hukum karma berjalan bu fatma smg ank kandung mu sendiri bt malu diri mu
2023-09-08
1
Mirna
gaskeun
2023-01-29
1
Juwita @ppa
semoga selamat
2023-01-06
0