Bab. 5. Persiapan Pernikahan

"Tapi, pak aku sedang hamil anak dari pria lain yang sama sekali tidak jelas asal-usulnya dan juga Anda sudah menikah, apa itu tidak terlalu terburu-buru lagian aku tidak ingin menjadi perusak rumah tangga orang lain, aku juga seorang perempuan Pak, aku masih punya hati nurani," pungkas Fatimah yang menolak keinginan dari Riyad.

Riyad menghembuskan nafasnya dengan cukup keras," saya tahu tapi, pikirkan baik-baik masa depan calon bayimu itu, apa kamu siap menerima segala hujatan, hinaan dari semua orang jika mereka tahu anakmu terlahir tanpa suami dan sama sekali belum pernah menikah, kamu tidak perlu khawatir untuk menjadi pelakor karena hubunganku dengan istriku sudah tidak sehat dan kabarnya ia akan menggugat cerai aku, kamu juga hanya sebagai istri saja tidak lebih hanya status hitam diatas putih saja, karena cintaku tidak mungkin aku berikan padamu juga aku hanya kasihan melihat anakmu kelak dan hanya kita berdua saja yang mengetahui jika kita menikah nantinya," ungkap Riyad panjang lebar.

Fatimah terdiam sejenak untuk mencerna baik dan memikirkan dengan seksama perkataan dari Riyad. Fatimah pun menyetujui hal tersebut. Karena ia juga tidak punya tujuan akan ke mana dalam keadaan hamil dan juga sebagai anak yatim-piatu juga.

"Baiklah, aku setuju untuk menikah dengan Anda, tapi aku ingin masuk ke e dalam rumahnya Anda sebagai asisten rumah tangga saja supaya tidak ada yang mengetahui hubungan kita ini dan aku tidak menimbulkan masalah untuk kehidupan Anda jadi hubungan kita di depan orang-orang hanya sekedar asisten rumah tangga saja dengan majikannya," jelasnya Fatimah yang sudah memutuskan untuk kehidupannya dan ia berharap semoga apa yang sudah ia pilih dan putuskan menjadi jalan keluar dari permasalahannya.

Riyad tersenyum bahagia," baiklah kalau begitu hari ini juga kita akan menikah dan tunggu aku di sini karena aku akan mengurus segala sesuatu keperluan pernikahan kita, aku permisi dulu, assalamualaikum," imbuhnya Riyad lalu berpamitan kepada Fatimah calon istrinya sekaligus calon ibu dari anaknya.

Fathimah sudah dinyatakan sembuh total setelah diperiksa oleh beberapa dokter. Tapi, karena Riyad belum pulang sehingga ia harus menunggunya sampai pulang.

"Ya Allah… maafkanlah aku yang akan menikah dengan pria yang sudah beristri, demi masa depan anakku kelak aku terpaksa menikahi pria beristri, walaupun hanya sekedar status pernikahan saja dan siri pula," gumamnya Fatimah yang duduk di salah satu kursi yang ada di taman rumah sakit seraya memandangi beberapa orang yang berlalu lalang.

Tatapannya tertuju pada seorang wanita yang mendorong stroller bayi dan juga seorang perempuan yang bertubuh buncit karena sudah mengandung. Ia menyunggingkan senyumnya yang manis dan indah sehingga senyuman itu mampu membuat seseorang klepek-klepek melihatnya.

"Ya Allah… apa yang terjadi padaku sudah dua kali aku melihat senyumannya hingga mampu membuat hatiku tenang dan nyaman dan jantungku berdebar kencang,hal seperti ini terjadi padaku seperti ketika aku pertama kali jadian dengannya," cicitnya Riyad yang baru saja datang dengan beberapa paper bag yang berada di dalam genggamannya itu.

Riyad berjalan ke arah Fatimah yang tertawa terbahak-bahak melihat tingkah lucu seorang anak kecil yang memakai pakaian seragam pasien rumah sakit.

"Fathimah, apa kamu sudah siap pulang bersamaku?" Tanyanya Riyad sambil duduk di sebelah kanannya Fatimah.

Fatimah hanya menganggukkan kepalanya tanda setuju dengan perkataan dari Riyad. Mereka kemudian meninggalkan rumah sakit menuju salon terlebih dahulu. Mereka berdua berjalan beriringan tapi, saling menjaga jarak masing-masing hingga ke tempat parkiran.

"Pasang sabuk pengamanmu, kita akan ke salon terlebih dahulu lalu ke rumah salah satu Pria yang akan menikahkan kita berdua," imbuhnya Riyad sambil memakai sendiri seatbelt nya di tubuhnya.

Riyad yang melihat Fatimah hanya terdiam memsyjng seperti orang yang linglung dan kebingungan membuatnya tersenyum tipis.

"Fatimah apa yang terjadi padamu?" Tanyanya Riyad dengan penuh selidik.

"Maaf Pak, saya tidak mengerti cara memasangkan sabuk pengaman ini," ucapnya Fatimah yang langsung menundukkan kepalanya tanda dia sangat malu karena sejujurnya ini adalah pengalaman pertamanya naik mobil pribadi apalagi langsung duduk di kursi jok depan.

Riyad tanpa banyak pikir langsung memasangkan sabuk pengaman tersebut, Fatimah hanya terdiam mematung dan arah pandangannya tertuju pada gerakan tangannya Riyad yang telaten memasangkan sabuk tersebut ke tubuhnya sehingga mereka harus bersentuhan langsung.

Wajah keduanya saling berhadapan langsung satu sama lain hingga hanya terpisah beberapa jarak dari wajahnya mereka.

"Dilihat dekat seperti ini wajahnya jelas terlihat kecantikannya yang tertutupi dengan gayanya yang sederhana dan polos itu," bathin Riyad.

Fatimah merasakan geli dan tidak enak hati karena seumur hidupnya dia tidak akan bersentuhan langsung dengan seorang pria dengan sengaja jika tidak penting. Riyad menjelaskan dengan rinci tata cara memakai sabuk pengamannya agar kedepannya Fatimah bisa sendiri memakainya tanpa merepotkan atau pun bantuan orang lain.

"Sudah terpasang, jadi kamu sudah paham kan?" Riyad segera menyalakan mesin mobilnya agar perhatiannya tidak selalu tertuju pada bibir seksinya Fatimah yang mampu membuatnya sesuatu yang aneh dalam dirinya itu.

Kehidupan in bukan untuk menemukan cinta, tapi untuk membangun cinta. Cinta yang indah tidak mungkin hanya ditemukan. Cinta yang indah menuntut pengorbanan yang tidak sederhana.

Hanya dibutuhkan beberapa detik untuk jatuh cinta, tapi seumur hidup untuk membuktikannya.

"Menunggumu dalam kesabaran lebih indah bagiku dari pada mengungkapkannya. Menantimu dalam doa lebih bermakna dari pada menjelaskannya."

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***