Bab 3. Lembah Dosa

Selama ini Alea sudah biasa mendapat cibiran dari teman - teman di sekolah. Akan tetapi sekarang mendengar dirinya dihina Alea merasa sakit hati, dia jadi ingin menunjukkan suara terbaiknya agar tidak mempermalukan ibunya.

Dengan langkah yang pasti Alea maju ke depan dan mengambil mikrofon. Musik mulai mengalun indah, meskipun masih sedikit malu - malu tapi suara Alea sangat merdu dan bisa mencapai nada tinggi dengan mulus.

Semua terpana, sehingga orang - orang yang tadi sempat mengejek menjadi malu dan iri.

"Bagus.. Bagus... memang tidak salah kalau kamu ini adalah anaknya Arum. Setelah ini kamu harus lebih percaya diri dan bergoyang ya kalau tampil di panggung! Mulai sekarang nama panggung kamu adalah Safira," kata mang Jeki sambil bertepuk tangan disusul siulan dari para pemain musik yang merasa puas dengan suara Alea.

Sorenya Arum dengan semangat membawa Alea kesuatu tempat yang lumayan jauh, rumahnya dari kayu dan terasing dari kota.

"Kenapa kita datang ke sini, Bu?" tanya Alea heran, dia sendiri juga merasa merinding karena tempatnya remang - remang dan terlihat menyeramkan.

"Tadi Ibu dikasih tahu mang Jeki, kalau mau penampilanmu bagus disuruh menemui simbah di rumah itu," bisik Arum.

"Astagfirullah, ke dukun ya? Jangan, Bu! nanti kita dosa," sergah Alea menasihati.

"Soal dosa biar ibu yang tanggung, saat ini yang lebih penting kita bisa dapat uang untuk biaya hidup," jawab Arum tegas.

Alea tak berani melawan ibunya dan mengikutinya dari belakang.

Di dalam rumah mereka bertemu seorang kakek tua, tanpa diberitahu kakek tersebut sudah mengerti maksud kedatangan tamu dan langsung memberi kalung bermata hijau pada Alea.

Setelah memberi upah, Alea dan ibunya segera pamit pulang.

"Jangan lupa, nanti malam saat manggung dipakai ya?" pesan Ibunya Alea.

"Iya, Bu!" hanya itu yang bisa diucapkan Alea.

Namun semakin lama dia merasa senang juga dengan kalung tersebut, karena terlihat indah, selama ini Alea tidak pernah memiliki aksesoris apapun seperti teman - temannya.

"Pokoknya kamu jangan takut lagi! Kemanapun kamu manggung ibu akan selalu menemanimu. Semoga dengan ini kehidupan kita bisa berubah. Ibu sudah capek hidup miskin dan di hina orang terus," tutur Arum penuh harap.

"Iya, Bu. Tetapi tadi buat membayar kalung ibu dapat uang dari mana?" tanya Alea penasaran.

"Dipinjami mang Jeki dua juta, katanya bisa dicicil empat kali dari memotong bayaran kamu. Makanya kamu harus pintar - pintar mengambil hati para penonton! Supaya mereka menyawer banyak," jawab Ibunya Alea.

Saat malam tiba, Alea berangkat ke lokasi orkes. Di sana dia sudah disiapkan baju dan make up.

Tukang make up melihat penampilan Alea yang kuno itu begitu gemes ingin segera menyihir menjadi Dia menjadi ratu.

"Kesinilah, sayang. Akan aku tunjukkan bagaimana ajaibnya jemariku ini," ucap orang itu antusias.

Seperti dugaan ibunya, Alea sangat cantik dan menawan. Bahkan terlihat lebih cantik dari biduan senior yang lain.

Semua biduan juga kaget melihat perubahan Alea yang drastis, kecantikan Alea terlihat paling mencolok.

Satu persatu biduan mulai bergantian naik turun panggung. Ketika nama Safira dipanggil, Alea langsung naik ke atas panggung penuh percaya diri.

Seperti dihipnotis, Alea bisa menyanyi lantang dan goyang erotis membuat semua penonton heboh. Para penyawer juga memberikan semua uangnya dan menari bersama Alea.

Alea yang semula pemalu, setelah memakai kalung dia bisa tampil percaya diri dan menggoda.

Semua penonton bertepuk tangan heboh disusul siulan dari para pemuda. Penampilan Alea sangat mengguncang panggung malam ini.

"Kenapa mendengar irama kendang tubuhku langsung reflek bergoyang?" batin Alea merasa aneh.

Biasanya Kesunyian adalah teman hidupnya, akan tetapi kini gemerlapnya malam beserta gemparnya suara para penonton seolah membangkitkan semangat hidup.

Alea merasa ini dunia barunya, di mana dia bisa mendapatkan uang dan pengakuan dari orang lain. Sebab selama ini menjadi seseorang yang selalu tak terlihat dan tak di anggap teramat sangat menyakitkan.

Padahal jatah menyanyinya hanya dua lagi, akan tetapi penonton terus minta lagi dan lagi.

Mang Jeki yang melihat uang bertebaran langsung memberikan tanda untuk Alea bernyanyi lagi.

Setelah selesai Alea turun dari panggung disambut Ibunya yang sudah menangis terharu.

"Ibu tahu kamu hebat, Ibu sangat bangga padamu, Nak," ucap Arum sambil memeluk erat putrinya.

"Mungkin ini memang jalan takdirku, walaupun awalnya aku tidak menyukainya tapi setidaknya aku bisa membuat ibu bahagia dan secara perlahan merubah nasib kami. karena hanya ibu satu - satunya yang aku miliki di dunia ini," batin Alea.

"Penampilan perdana kamu sangat spektakuler. Ini upahmu dipotong lima ratus ribu hutang ibumu ya?" kata mang Jeky sambil memberi uang dua juta.

"Iya terima kasih, Mang," jawab Alea senang.

Alea tak habis pikir hanya semalam bisa menghasilkan uang banyak. Karena jika kerja jadi buruh untuk mendapatkan uang segitu harus bekerja selama dua bulan.

Alea langsung memberikan semua uangnya kepada ibunya.

"Terima kasih sayang, penghasilanmu malam ini buat bayar kontrak saja masih ada sisa. Setelah ini kamu bisa membeli apapun yang kamu mau. Kamu bisa hidup layak seperti yang lainnya," tutur Arum memeluk Alea.

Alea merasa senang juga, dia dan ibunya kemudian pulang.

Sampai di rumah Alea langsung melepaskan kalung yang tadi di pakainya. Semakin di lihat bandul berwarna hijau tersebut semakin menyilaukan mata dan memikat seolah membuat dirinya tidak ingin berpaling.

"Aku merasa ada yang aneh dengan kalung ini. Sudahlah aku tak perlu banyak berpikir, sebaiknya aku segera membersihkan diri dan tidur," batin Alea bergegas ke kamar mandi dan tak lupa sholat terlebih dahulu.

Malam harinya Alea bermimpi, jika dia melihat dirinya sendiri sedang di ikat oleh rantai.

"Alea, tolong aku dari jerat ini. Aku tidak bisa bergerak bebas," teriak gadis yang mirip dengannya.

"Kamu siapa?" tanya Alea heran.

"Aku adalah kamu, tolong aku Alea… Tolong aku," teriak gadis itu.

Akan tetapi Alea justru ketakutan dan berlari pergi menjauh. Dia terus berputar - putar di tempat hampa yang tiada ujungnya.

"Aku ada di mana ini? Ibu… Ibu… Di mana kamu?" teriak Alea terperanjat kaget lalu terbangun dari tidurnya.

"Astaga… Mimpi apa aku?" batin Alea.

Saat melihat jam di dinding rupanya masih pukul sepertiga malam. Karena takut tidur sendiri Alea ke kamar ibunya.

"Ada apa, Alea?" tanya Arum dengan mata setengah terpejam.

"Aku tidur bersama ibu ya?" pinta Alea.

"Kemarilah," jawab Arum setengah sadar.

Alea tertidur lagi sambil memeluk Ibunya, ada perasaan nyaman yang mulai menjalar sehingga dia tidak bermimpi buruk lagi.

Pelukan seorang ibu memang selalu hangat dan membawa kedamaian. Alea tersenyum, menyambut esok hari yang lebih indah.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!