Alea sebenarnya sangat cantik, perawakannya juga tinggi bagus. Hanya saja dia selalu memakai pakaian lusuh dan culun karena memang tidak punya uang untuk membeli.
Dulu sewaktu Alea masih kecil kehidupannya lumayan enak, sebab ibunya yang masih muda mendapat banyak saweran.
Sedangkan kini usia ibunya sudah mencapai 45 tahun, tidak ada lagi lelaki yang tertarik menyawer karena banyak biduan baru yang masih muda.
Tiba-tiba dari luar terdengar suara seseorang yang mengetok pintu dengan kasar, Alea buru - buru membuka pintu tersebut sebelum pintunya jebol.
Kemudian masuklah seorang ibu berbadan gemuk dengan muka garang.
" Tiga bulan belum membayar kontrakan dan sekarang nggak mau bayar lagi?" umpat ibu gendut itu yang ternyata adalah pemilik kontrakan.
"Maaf, Bu. Sekarang masih belum ada uang, saya mohon beri waktu sedikit lagi," pinta Ibunya Alea memohon.
"Tiga hari, kalau tidak bisa membayar keluar dari rumah ini!" bentak ibu kontrakan langsung pergi meninggalkan Alea dan Ibunya tanpa permisi.
Arum terisak menangis di depan Alea.
"Dari mana lagi kita bisa dapat uang dalam waktu tiga hari? Tetangga saja penghasilannya juga pas - pasan, pasti menolak kalau kita mau pinjam uang. Alea, jadilah biduan untuk sementara! Kamu Masih muda dan cantik, pasti bisa dapat uang banyak." bujuk Arum sambil menangis.
Alea terenyuh juga melihat ibunya yang seperti ini. Dia hanya mengangguk pelan tanda setuju untuk menenangkan ibunya.
"Terpaksa aku harus mencoba menjadi biduan," batin Alea memberanikan diri.
Pagi harinya Alea hanya memasak nasi goreng, memanfaatkan sisa nasi dan bumbu semalam.
Selesai memasak Alea langsung mandi dan memakai seragam, sebab urusan rumah sudah selalu dibereskan ibunya.
Pagi ini Alea bisa naik angkot dengan ongkos Tiga ribu sampai sekolah, biasanya kalau tidak punya uang Alea jalan kaki sekitar dua puluh menit.
"Tumben sudah sampai di sekolah ?" tanya Hana yang baru saja memarkirkan motornya.
"Uang dari kamu masih ada sisa, lumayan masih bisa buat bayar angkot. Terimakasih banyak ya, Hana," ucap Alea tersenyum tulus.
"Iya, sama-sama. Aku juga punya kabar gembira lo," kata Hana riang, membuat Alea penasaran.
"Teman ibuku membuka warung makan, katanya butuh pegawai untuk bekerja dari sore sampai malam," jawab Hana gembira.
"Aku tidak jadi kerja, ibuku memaksa aku menggantikan dia jadi biduan," tolak Alea sedih.
"Kamu jadi biduan? Hem... sebenarnya kalau di poles make up dan memakai baju bagus kamu cantik. Suara kamu juga bagus, karena ikut paduan suara. Tetapi apakah kamu yakin menyanyi di panggung dan di kelilingi para lelaki?" tanya Hana memastikan.
"Aku juga merasa cemas begitu, tapi bagaimana lagi? Dalam waktu tiga hari ini harus bisa membayar tunggakan kontrakan selama tiga bulan. Kalau kerja di warung makan gajinya bulanan itupun juga kecil," jawab Alea putus asa.
"Maaf ya, kalau untuk membayar kontrakan aku juga tidak tidak bisa membantu," ucap Hana ikut sedih.
"Iya tidak apa - apa, selama ini kamu sering membantuku. Itu saja aku sudah merasa sangat bersyukur dan berterimakasih," jawab Alea mulai tersenyum riang.
"Kalau kamu sudah yakin, semangatlah! Semoga saja dengan kamu menjadi biduan bisa merubah nasibmu," bujuk Hana menyemangati temannya.
"Kita masuk ke kelas yuk, sepertinya aku ada jadwal piket," ajak Alea.
"Kamu duluan ya! aku mau nyamperin ke kelas Zaky dulu," jawab Hana berlalu pergi.
Zaky adalah pacar Hana, pemuda itu sudah kelas tiga dan salah satu cowok populer di sekolah, karena selain tampan dia juga wakil ketua OSIS.
Sedangkan Alea sama sekali belum pernah pacaran, karena dia sama sekali tidak mempunyai teman dekat cowok.
Dengan penampilannya yang seperti itu mana ada yang cowok yang mendekati.
Tetapi Alea diam - diam selama dua tahun ini naksir sama cowok yang paling terkenal tampan di sekolahnya. Cowok itu selain menjadi ketua OSIS, juga menjadi ketua basket. Orangnya baik dan tidak sombong membuat siapapun langsung tertarik jika bertemu dengannya.
Saat mau memasuki kelas, Alea berpapasan dengan Ketua OSIS yang sedang dipikirkannya. Pemuda itu tersenyum ramah kepadanya dan masuk ke kelas yang berada tepat di sebelahnya.
Alea hanya bisa menatap kagum dalam hati.
"Hebat, walaupun baru kelas dua tapi prestasinya sangat banyak. Menjadi ketua OSIS, ketua basket dan bahkan menjadi rivalku dalam memperebutkan rangking juara umum," batin Alea.
Tetapi Alea segera menyadari siapa dirinya, sebab banyak gadis cantik dan populer yang ditolak pemuda tersebut. Bagaimana dengan dirinya yang culun dan miskin?.
Alea tak ingin larut dalam harapan semu, dia segera membersihkan kelas sebelum banyak murid lain yang datang.
Sepulang sekolah Alea naik angkot lagi, karena tadi Hana sudah pamit mau jalan - jalan sama Zaky.
"Bagaimana rasanya pacaran ya? Mungkin bahagia bisa menghabiskan waktu bersama seseorang yang disukai," batin Alea yang hanya bisa berandai.
Namun, begitu mengingat nasib hidupnya lagi - lagi Alea tidak berani bermimpi mengenai perasaan.
Sesaampainya di rumah, ibunya Alea sudah menunggunya.
"Ayo buruan ganti baju dan makan! Setelah itu kita segera ke markas mang Jeki," perintah Arum tampak terburu - buru.
Tanpa bertanya Alea langsung ganti baju, sholat dan makan. Dia tahu mang Jeki adalah Ketua grub orkes tempat ibunya dulu bekerja.
Sesampainya di sana ada banyak orang yang sedang latihan menyanyi diiringi musik kendang, semua biduan terlihat cantik dan memakai baju ****.
Alea semakin merasa minder dan malu dengan penampilannya sendiri yang polos dan bajunya jelek.
"Ini anakmu ya?" tanya mang Jeki sambil melihat Alea dari jempol kaki sampai kepalanya.
"Iya Mang, namanya Alea," jawab Arum Alea bersemangat.
"Kalau dirubah sih penampilannya pasti oke, tapi suaranya bagaimana?" tanya mang Jeki lagi untuk memastikan.
"Dijamin top deh! Dia disekolah ikut paduan suara," jawab Arum bangga.
"Jadi dia Masih sekolah? Tapi tubuhnya kelihatan dewasa ya?" balas mang Jeki senang.
Karena lelaki itu yakin pasti Alea bisa menghasilkan uang banyak.
Alea selain tinggi juga memiliki bukit kembar yang berisi, kalau memakai pakaian yang indah pasti dia akan terlihat sangat cantik dan mempesona.
"Baiklah, mari kita tes dulu suaranya," perintah mang Jeki.
Lengan Alea langsung ditarik ibunya menuju tempat latihan.
"Ingat, kamu jangan gugup ya! Anggap saja kamu sedang menyanyi seperti paduan suara di sekolah," tutur Arum menyemangati.
Sedangkan Alea hanya mengangguk saja, menenangkan dirinya sendiri yang gugup dan gelisah.
Ketika Alea mendapat giliran, semua biduan lainnya tersenyum mengejek dengan penampilan Alea yang memakai baju lusuh, sandal jepit dan tanpa make up.
"Dia mau nyanyi apa pengamen jalanan sih?" celetuk salah satu biduan yang langsung disusul tawa biduan lainnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 28 Episodes
Comments