5. Pujaan Rahasia

Paginya Alea sudah memakai seragam barunya, dia juga memoles wajahnya dengan make up. Akan tetapi walaupun riasannya tipis-tipis sudah membuat Alea sangat cantik dan mamukau.

"Kamu cantik sekali!" pekik Arum

"Terima kasih, aku berangkat dulu, Bu," pamit Alea sambil mencium punggung tangan Ibunya.

Saat melewati jalanan gang, semua orang yang melihat Alea menjadi kaget.

"Eh, penampilan Alea sekarang berubah."

"Katanya dia ngikutin jejak Ibunya menjadi biduan."

"Bu Arum kemarin bilang mau pindah kontrakan."

"Mungkin hasil sawerannya banyak kali."

Mereka para ibu-ibu yang sedang bergerombol di samping becak tukang sayur asyik ngerumpi.

Alea sebenarnya mendengar, tapi dia tidak peduli. Karena saat dia kelaparan juga bukan tetangganya yang memberi makan.

Sesampainya di sekolah mendadak Alea jadi pusat perhatian, terlebih para cowok yang matanya langsung membulat melihat cewek cantik.

"Murid baru ya?" bisik mereka satu sama lain pada teman-temannya.

Alea hanya tertawa mendengar mereka yang saling berbisik.

"Alea" teriak Hana memanggil namanya.

Semua kaget, di sekolah ini hanya ada satu nama Alea. Si gadis culun tapi terkenal dengan kecerdasannya.

Mereka semua tak menyangka jika Alea sudah berubah menjadi sangat cantik.

"Hana, kamu pagi sekali datangnya, pasti ada sesuatu nih?" sindir Alea.

"Tau aja, aku semalam nggak bisa ngerjain PR nya. Aku ngintip punya kamu ya?" rayu Hana.

"Ah kamu ini, sudah aku ajari caranya masih nyontek," cetus Alea mengerjai temannya.

"Alea cantik dan baik hati, nanti aku traktir ya?" balas Hana.

Hana memang gadis cantik dan keren, tapi sayangnya dia dalam pelajaran Matematika sangat lamban. Berbeda dengan Alea yang sering mendapat nilai sembilan ke atas.

"Iya, yuk masuk kelas dulu," ajak Alea tersenyum geli.

Hana dengan cekatan menyalin jawaban dari buku Alea, tapi dia hanya mencontoh 70 % saja. Karena kalau menyalin semua dia takut ketahuan gurunya.

"Alea, nanti sore kita jalan yuk? Semalam Zaky ngajak jalan bersama," ajak Hana sambil fokus menulis.

"Mau mengolok-olok aku ya? Kamu sendiri kan tahu jika aku ini jomlo," jawab Alea setengah kesal.

"Mana tega aku jadiin kamu obat nyamuk. Zaky bilang katanya mau ngenalin kamu sama temannya, tapi bukan dari sekolah kita," jawab Hana santai.

"Maaf Hana, aku tidak bisa. Nanti sepulang sekolah aku mau pindahan kontrakan," tolak Alea halus.

"Benarkah? Wah syukurlah, kadang aku merasa tempat itu tidak layak untuk ditinggali. Maaf ya bukan maksud aku menghina," ucap Hana jujur.

"Iya, memang gang kumuh. Maklumlah, di sana biayanya sangat murah dan kebanyakan yang tinggal di sana menjadi pemulung, jadi banyak rongsokan yang ditimbun," jawab Alea sama sekali tak tersinggung.

Bel tanda mulai pelajaran masih setengah jam lagi. Alea memang sering masuk pagi karena dia gunakan untuk menghafal pelajaran.

Di rumah dia tak bisa konsentrasi dalam hafalan karena terlalu bising.

Alea jadi teringat tadi pagi belum sempat sarapan, perutnya mulai protes minta diisi.

"Hana, kamu sudah selesai belum?" tanya Alea.

"Belum, baru setengah. Kenapa?" Hana balik bertanya.

"Aku belum sarapan tadi, rasanya lemas sekali," jawab Alea cengengesan.

"Sana makanlah dulu, nggak masalahkan sendirian? Dari pada nanti pingsan," sindir Hana.

Mengingatkan awal pertemuan mereka.

Saat itu Alea tak punya uang sama sekali, berangkat sekolah jalan kaki dan belum makan karena memang tidak ada yang dimakan. Akhirnya saat upacara penerimaan siswa baru Alea pingsan di lapangan, karena Hana satu kelas dengannya jadi gadis itulah yang menjaga Alea di UKS.

Alea hanya tertawa dan meninggalkan temannya sendirian di kelas, baginya semua kenangan itu sangat buruk sekaligus manis. Karena semenjak itu mereka berdua saling mengenal dan dekat sampai sekarang.

Sesampainya di kantin sekolah Alea memesan soto dan teh anget.

"Boleh aku duduk di sini?" tanya seorang cowok ganteng yang berdiri di samping Alea.

"Silahkan," jawab Alea malu-malu, hatinya mulai berdebar keras.

Dia tak menyangka jika ketua OSIS barusan menyapanya bahkan duduk di depannya.

Anggara juga memesan makanan yang sama dengan Alea, semua murid cewek yang melihat merasa iri.

Seperti Cinderella yang dari culun menjadi cantik dan makan berduaan dengan pangeran tampan. Alea merasa ini hanyalah mimpi.

"Alea besuk kamu ada acara enggak sepulang sekolah?" tanya Anggara tersenyum manis, membuat Alea semakin terpana.

"Belum tahu, memang kenapa?" tanya Alea menenangkan diri, jantungnya serasa mau meledak.

"Kalau kamu tidak ada acara, temani aku main basket ya?" pinta Anggara membuat wajah Alea semakin cerah.

"Benarkah?" tanya Alea tak percaya.

Selama dua tahun ini Alea hanya melihatnya saja sudah girang, apalagi barusan mendengar barusan cowok itu mengajak dia keluar. Alea merasa tubuhnya melayang tinggi ke awan karena terlalu bahagia.

"Iya benar, besok jam lima sore aku jemput di rumahmu ya?" Kata Anggara juga merasa senang, karena permintaannya di terima.

Setelah selesai makan mereka berdua berjalan beriringan, kemudian masuk ke dalam kelas masing-masing yang bersebelahan.

"Alea, kenapa wajahmu memerah seperti itu?" tanya Hana penasaran.

"Aku mau curhat, tapi kamu jangan jantungan ya?" canda Alea.

"Cepatlah, aku penasaran sekali," jawab Hana tak sabar.

"Tadi aku makan ditemani Anggara, dan besok sepulang sekolah dia ngajak aku nonton pertandingan basket," bisik Alea tak bisa menyembunyikan kebahagiannya.

"Apa? Kamu serius?" teriak Hana membuat seisi kelas yang sudah ramai menatap padanya. Hana kemudian menunduk malu dipandang semua orang.

"Masa aku bohong," timpal Alea pelan.

"Wah! Selamat ya, aku tahu diam-diam selama ini kamu menyukai dia kan?" goda Hana membuat Alea malu.

"Kok kamu bisa tahu?" tanya Alea penasaran.

"Iya, setiap kamu melihat Anggara matamu sampai mau copot keluar. Tetapi aku diam saja takut yang lainnya tahu dan akan membully kamu. Tapi sekarang dengan penampilanmu yang seperti ini aku yakin pasti Anggara tertarik padamu, buktinya dia ngajakin kamu nonton pertandingan basketnya," ucap Hana bersemangat.

"Semoga saja ya," harap Alea.

"Aku besok juga datang Lo, Zaky dan Anggara kan satu tim," kata Hana bersemangat.

Alea semakin senang karena saat nanti menonton ada Hana yang juga.

"Tapi sebaiknya kita besuk berangkatnya jangan bersama ya? Biar PDKT kalian lancar tanpa gangguan," timpal Hana menggoda Alea.

Alea hanya tersenyum bahagia, tak menyangka keputusan dia menjadi biduan merubah kehidupannya.

"Seandainya aku masih berpenampilan culun mana mungkin Anggara akan mendekatiku," batin Alea.

Bel tanda masuk sudah berbunyi. Alea menyiapkan buku mata pelajarannya. Dia selalu serius belajar, karena dia menyadari bukan dari keturunan orang kaya. Jika ingin sukses dia harus berjuang.

Sedangkan Hana merasa lega sebab kali ini bisa lolos dari hukuman karena lupa mengerjakan PR.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!