Zevan menggandeng putranya memasuki rumah mewah itu, beberapa maid berjajar menyambung kedatangan tuan muda mereka.
Mereka semua cukup terkejut melihat tuan muda mereka pulang dengan membawa seorang anak kecil, yang lebih parahnya lagi, anak kecil itu sangat mirip dengan tuan muda mereka.
Bocah tampan itu memasang wajah datar, matanya menelisik setiap sudut bangunan mewah itu.
"Zevan, kamu sudah pulang sayang? Ayo kita makan malam. Tolong panggilkan kakak dan adik mu ya, mereka sepertinya masih di ruangan musik."
Suara seorang wanita yang terdengar dari dapur yang Kevan yakini sebagai suara neneknya, alias ibu dari ayahnya. Keana Lauren Algreat.
Kevan mungkin belum melihat sosok Keana karena wanita itu masih berada di dapur dan tidak menunjukkan dirinya, namun ia yakin jika neneknya pastilah wanita yang sangat cantik.
Tanpa banyak kata, Zevan langsung membawa putranya ke ruangan musik, dimana di sana sudah ada Zivanya dan Zero yang tengah berlatih musik bersama. Adik bungsunya itu akan menghadapi ujian musik beberapa hari lagi, maka jadilah Ziva sebagai guru les pribadi Zero.
Berdehem pelan, suara Zevan mengalihkan atensi keduanya. "Mommy meminta kita untuk makan malam."
Si sulung langsung berdiri menghampiri sang adik kembar. Tidak, lebih tepatnya ia menghampiriku Kevan, menatap bocah itu dengan mata berbinar. "Wah, dia tampan sekali. Siapa nama mu tampan?"
"Kevan Ziovanso."
"Nama yang sangat bagus, lebih bagus lagi jika tersemat marga Algreat di belakangnya. Kevan Ziovanso Algreat." Sebenarnya itu hanya sebuah candaan, namun Zevan malah menanggapi nya serius dengan mengatakan. "Memang dia adalah Algreat."
Kakak dan adik Zevan melongo, kemudian si bungsu tertawa garing. "Hahahaha, kakak, kau pasti bercanda kan?"
Namun raut wajah Zevan tidak menunjukkan tanda-tanda bahwa laki-laki itu sedang bercanda, ia bersungguh-sungguh mengatakan itu.
Berbeda dengan Zero yang nampak tak percaya, Ziva malah menatap adik kembarnya dengan tatapan penuh selidik. "Hasil kejadian waktu itu?"
Zevan mengangguk tanpa beban, ia sungguh tidak menyesal karena kejadian itu, karena bila boleh jujur, Zevan jatuh cinta pada Shasa dan Kevan pada pandangan pertama.
Jika Kevan mungkin Zevan bisa mengartikan nya sebagai hubungan batin anak dan ayah, namun Shasa? Oh, gadis itu dan pesonanya mampu membuat Zevan jatuh cinta dalam sekalipun lihat.
Dari seluruh keluarga Algreat, Gautama dan Zergan, hanya Ziva lah yang mengetahui tentang kejadian waktu itu. Jadi pantas saja jika gadis itu terlihat sama sekali tidak terkejut.
•
•
•
Leon mengerutkan kening melihat anggota makan malam mereka kali ini bertambah satu. "Siapa dia?"
Ziva gelagapan, ia tidak tahu harus mengatakan apa kepada sang Daddy tentang Kevan? Jika ia jujur, maka adik kembarnya itu akan berakhir di ring tinju dan berhadapan dengan ibu negara.
Berbeda dengan Ziva yang nampak panik, Zevan justru terlihat tenang, ia sudah siap atas semua konsekuensi yang akan ia hadapi.
Si bungsu? jurus andalannya adalah diam, dari pada ia mendapatkan masalah juga kan?
"Grandpa."
Semua orang terkejut ketika Kevan memanggil Leon dengan sebutan grandpa.
"Bolehkah Kevan panggil grandpa? Kevan gak pernah rasain rasanya punya grandpa." Tatapan sedih Kevan pasti membuat siapa saja yang melihatnya akan luluh saat itu juga
Leon yang di tatap seperti itu oleh Kevan hanya bisa tercengang bingung, "Bolehkah grandpa?"
"Hah?"
"Akh... sayang?" Leon meringis karena sang istri mencubit paha nya dengan gemas, "Katakan iya pada cucuku atau nanti malam kamu tidur di luar!"
Leon melongo mendengar ucapan sang istri begitu juga kedua anak mereka, tak biasanya sang ibu seperti ini. Maksudnya mudah luluh dengan orang yang baru di kenal, walaupun itu anak kecil sekali pun.
Menghela nafas pelan, Leon pun akhirnya mengangguk, "Tentu saja, kamu bisa memanggil ku grandpa. Lagipula aku juga sedang menginginkan seorang cucu."
Ucapan Leon di angguki setuju oleh Keana, "Punya anak kembar udah mateng semua tapi belum ada yang mau nikah, gimana mau punya cucu."
"Tapi Kevan cucu mommy," Ucap Zevan datar dan terkesan santai.
"Ya, mommy tahu maksud mu."
Ziva melotot kaget, jadi mommy nya sudah tahu?!
Sedangkan itu, Zevan menghela nafas jengkel karena sang mommy seperti nya tidak mengerti dengan apa yang ia katakan. "Kevan benar-benar cucu mommy, dia adalah anak Zevan. Anak kandung Zevan."
"Ya, mommy ta_APA?!"
Wanita cantik itu menatap sang anak tajam, meminta penjelasan. Zevan tidak menjawab, membiarkannya sang ibu menerka-nerka sendiri.
"Zevan! jelasin semuanya sekarang!!"
"Nanti Zevan jelasin setelah kita selesai makan malam dan Zevan mengantarkan Kevan pulang, ibunya pasti mencari dia."
"Zev__" Leon mengusap bahu sang istri, mengecup dahinya sambil menenangkan. "Sayang, sudahlah jangan membuat Kevan takut."
Menghela nafas berat, Keana pun mengangguk dan mereka memulai makan malam dengan tenang.
Walaupun awalnya Keana marah dengan Zevan, namun wanita itu terlihat sangat senang dengan keberadaan Kevan di sana. Bahkan Keana tidak berpikir dua kali untuk memang Kevan dan menyuapi bocah itu dengan penuh kasih sayang.
Leon pun sama, ia beberapa kali mengajak Kevan mengobrol dan mengambilkan makanan yang cucunya inginkan.
Zevan dan kedua saudaranya hanya bisa tersebut tipis melihat pemandangan itu, kedua orang tuanya itu terlihat sangat menyayangi Kevan. Bahkan kini ketika Zevan ingin mengantarkan Kevan pulang, Keana sempat menahannya.
"Tidak bisakah Kevan menginap malam ini?" Keana terlihat sedih akan berpisah dengan cucu pertamanya.
"Mommy, mengertilah jika ibu Kevan pasti tengah mengkhawatirkan nya. Lain kali Zevan akan bawa Kevan kemari lagi, juga calon menantu mommy."
Keana mengangguk pelan walau dengan hati berat, "Mommy pegang ucapan mu, awas saja kalau bohong."
"Tidak akan, kalau Zevan antar Kevan pulang dulu. Bye All."
Kevan melambaikan tangan pada semua orang yang ada di sana. "Bye grandpa, grandma, aunty Ziva, Uncle Zero."
"Bye tampan." Mereka semua serempak menjawab dan melambaikan tangan pada Kevan.
•
•
•
Shasa sangat cemas, ia mencari Kevan di seluruh gedung perusahaan namun ia tak menemukan anaknya. Kini gedung itu sudah sepi, namun tak membuat Shasa mengurungkan niatnya untuk mencari sang anak.
Shasa tidak sendiri di sana, ada Levy yang juga turut menemaninya mencari Kevan.
"Lev, hiks...Kevan dimana Lev hiks... aku mah Kevan, Lev. Aku mau anakku." Shasa menangis di pelukan Levy, rasanya ia benar-benar takut, takut jika ternyata Kevan di culik oleh seseorang.
Tangan lembut Levy mengusap punggung Shasa, "Tenang Sa, Kevan pasti ketemu. Ayo kita pulang, siapa tahu dia ternyata sudah pulang kan?"
Shasa mengangguk pelan, ia harap apa yang di katakan Levy benar jika sang anak sudah berada di rumah.
Levy membawa tubuh lemas Shasa untuk keluar dari perusahaan besar itu. Sesampainya di parkiran, merasa menemukan sosok yang mereka cari tengah bersama dengan seorang laki-laki tampan berdiri di samping sebuah mobil.
Tanpa bisa menahan diri lagi, Shasa langsung berhamburan memeluk sang anak dengan erat, air matanya turun perlahan membasahi baju belakang Kevan. "Hiks... kamu kemana saja sayang? mommy mencarimu."
Tangan mungil itu mengusap punggung Shasa perlahan, "Mommy, maaf. Kevan nakal, tadi Kevan Daddy jalan-jalan."
Shasa dan Levy terkejut atas penuturan bocah Lima tahun itu, Shasa bahkan langsung melepaskan pelukannya hanya untuk menatap Kevan. "Sayang, apa yang kamu katakan? Daddy?"
Kevan mengangguk kecil, "Daddy" Ucapnya sambil menunjuk Zevan.
Zevan pun hanya diam, ia tidak mengelak atau mengatakan apapun. Tatapan nya masih datar sama seperti biasanya. Shasa yang melihat itu langsung menatap putranya kembali. "Sayang, dengarkan mommy. Dia tuan Algreat, dia bukan Daddy mu sayang. Dia_"
"Aku Daddy nya Kevan."
Shasa menatap Zevan dengan tatapan penuh tanya dan terkejut, sedangkan Levy hanya bisa diam melihat apa yang terjadi di hadapan nya.
Zevan berdehem pelan, "Aku menganggap Kevan seperti anakku sendiri, jadi tidak masalahkan jika dia memanggil ku dengan sebutan Daddy?"
Si model cantik mengangguk kaku, "Ah... begitu, tapi tuan__"
"Boleh atau tidak? Dan ya, jangan panggil aku tuan Algreat. Kau boleh memanggil ku Zevan saja."
"Tapi tuan_"
"Zevan," Lagi-lagi CEO muda itu memotong ucapan Shasa.
Menghela nafas, wanita itu pun mengangguk sebagai jawaban atas dua pertanyaan Zevan. "Jadi boleh?" Laki-laki itu memastikannya dan Shasa kembali mengangguk.
"Aku dan Kevan akan pulang sekarang, permisi." Shasa ingin berlalu, namun Zevan langsung menahannya. "Biar aku antar."
"Ti_"
"Ya, tentu saja kami mau Tuan. Bukan begitu Shasa?" Levy menyela, ia merangkul sang sahabat.
"Lev, apa yang kau katakan? aku tidak mau." Shasa berbisik pada teman baiknya itu.
"Ayolah Sha, kapan lagi kan dapat tumpangan gratis? lagi pula kita kesini tidak memakai mobil, dan di jam segini juga tidak ada kendaraan umum yang lewat. Salahkan saja manajer mu itu karena pergi duluan, jika tidak, kita bisa menumpang padanya."
"Baiklah." Shasa hanya bisa pasrah.
"Yeay!! pulang bareng Daddy!" Kevan berteriak kegirangan, dan Shasa pun tersenyum melihat anaknya yang terlihat sangat senang.
Entah ada yang sadar atau tidak jika Zevan sejak tadi terus memperhatikan Shasa.
"Maaf jika aku tidak bisa mengatakan nya sekarang, aku hanya takut bahwa kamu akan membenciku, Sa."
•
•
•
Sesampainya di rumah, Shasa langsung pergi ke kamar untuk tidur, membiarkan Levy dan Kevan bermain bersama.
"Hei, bocah! Jadi, apakah tuan Algreat itu adalah ayah kandung mu?" Levy mendudukkan diri di samping Kevan.
"Menurut aunty?" Bukannya menjawab, bocah itu malah balik bertanya kepada Levy.
Levy mengangguk, "Sepertinya iya, aku bisa melihat jika kalian itu sangat mirip. Dan setahuku tuan Algreat itu tidak suka jika ada orang lain mendekati nya, apalagi anak kecil. Dan dia menganggap mu seperti anak sendiri? oh, kau pasti anak kandungnya kalau begitu."
Kevan terkekeh, "Aunty sangat pintar, tapi kenapa mommy tidak menyadarinya ya?"
Levy mendengus, "Kau tahu? otak ibumu itu hanya setengah. Setengahnya lagi mungkin tertinggal di rahim. Hal sesederhana ini saja dia tidak bisa melihatnya dengan jelas."
Kevan mengangguk setuju atas ucapan Levy, lalu tak berselang lama Kevan pun berdiri. "Apakah mommy sudah makan?"
"Tidak, dia dari tadi sibuk mencari mu sampai lupa untuk makan malam. Aku juga di buat melewatkan makan malam karena dia tidak mau makan."
"Baiklah, aku akan memasakkan aunty dan mommy."
"AAA.... KEPONAKAN KU MEMANG YANG TERBAIK!" Levy berlari mengikuti Kevan ke ruang makan.
...\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=...
Ziva
Zero
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments
🌸ラヒマ🌸
tersenyum tipis
2024-01-15
0
🌸ラヒマ🌸
🤣🤣🤣🤣
2024-01-15
1
🦋⃟Fly🍾⃝Kͩᴀᷞᴛͧɪᷡᴇͣ
lanjut thor..
2023-05-09
0