"Saya sangat menyukai konsep yang anda buat" seorang oaruh baya tersenyum ramah.
"Saya harus merealisasikan proyek taman ini dalam waktu 10 hari"
"10 hari? Sepertinya sedikit mustahil tuan. Lagipula kenapa harus terburu buru?"
"Ada sesuatu hal penting, sehingga proyek ini harus selesai dalam waktu 10 hari"
"Saya siap membantu anda tuan"
Zio tersenyum, pria itu mengerahkan semua anak buahnya untuk merampungkan proyek besar itu.
Proyek yang seharusnya dikerjakan 20 pekerja kini Zio buat menjadi 100 orang dengan pembagian 50 bekerja dari pagi sampai sore dan 50 bekerja dari malam hingga pagi agar proyek ini selesai tepat waktu.
Setiap harinya pria itu hanya dihabiskan dengan memantau proyek itu agar selesai sesuai dengan keinginannya dan yang paling utama, dengan cepat.
Nana memandangi ponselnya yang terasa sunyi karna tak mendapat pesan maupun telpon dari Zio.
Kelihatannya pria itu terlalu sibuk sampai tak menganggunya lagi.
"Apa dia sudah menyerah?" Batin Nana bertanya tanya.
"Sepertinya memang iya, bagaimana mungkin proyek sebesar itu selesai dalam waktu 10 hari" lanjutnya.
Tak dirasa 10 hari berlalu,
Nana yang merasa sepi pun datang ke ruang kerja papinya.
Terlihat tuan Rifqi sedang duduk disofa dengan laptop dipangkuannya.
"Pi," panggilnya membuat sang empu menoleh.
"kenapa? apa ada sesuatu?"
"Tidak ada pi, Nana cuma bosen aja"
"duduk sini dulu" papi Rifqi menepuk tempat kosong sampingnya.
Nana pun duduk disamping papinya dengan tenang.
"Papi lagi ngecek dokumen apa?" tanya Nana kepo karna melihat nama Hendrawan corp di dokumen itu.
"Ini dokumen kerja sama perusahaan Hendrawan dan Yulandres. mereka menanam saham dalam jumlah lumayan besar untuk peluncuran produk baru"
"Oh, Zio yang invest?" tanya nya kepo.
"Bukan, ini atas nama Bryan Hendrawan ayahnya Zio. kalau Zio sendiri sudah memiliki saham perusahaan kita sebesar 10%" jelas papi Rifqi.
"10%? besar sekali?"
"ya lumayan, dia memang pengusaha muda hebat menurut papi. Perusahaan dia sudah sejajar dengan milik kita. Dia sudah didik sejak kecil untuk menjadi seorang penerus perusahaan itu" jelas papi Rifqi.
"Oh gitu, berarti dia kaya raya ya pi?" tanyanya lagi penasaran.
"Untuk ukuran pengusaha muda dia sudah kaya raya. Sahamnya sendiri diperusahaannya lebih tinggi dari papa nya"
"Lalu kenapa dia terlihat biasa saja? maksudku selama mendekatiku dia tak pernah memberiku ini itu untukku untuk sekedar merayu" kesal Nana.
"Dia itu pria kaku, mana bisa dia merayu. dengan mengejarmu itu saja sudah patut diapresiasi. Bukankah kau tau Zio sudah menanamkan saham 3% atas namamu diperusahaan ini" ungkap papi Rifqi.
"Apa?! kenapa aku tidak tau"
"Bukankah itu semua melalui tanda tangan? bagaimana bisa kamu tidak tau" papi Rifqi heran.
Nana mencoba mengingat ingat
"Aku pernah sih pi tanda tangan disalah satu dokumen yang dia kasih. tapi katanya cuma dokumen kantor biasa, jadi yaudah aku nggak baca langsung tanda tangan" jelas Nana jujur.
papi Rifqi hanya menghela napasnya
"lain kali hati hati, Mungkin kali ini kau selamat karna dia pria baik. bagaimana jika orang yang berniat buruk pada perusahaan kita" tegur papi Rifqi.
"iya pi"
heningg
papi Rifqi kembali fokus dengan laptopnya
"pi, Zio punya usaha sampingan nggak pi selain jadi CEO?" Nana mengorek informasi penting tentang Zio.
"Banyak, ada beberapa kafe yang ia dirikan. ada juga beberapa hotel bintang 5. ada juga beberapa restoran"
"sebanyak itu?"
papi Rifqi mengangguk
"Berarti dia kaya juga ya" batin Nana.
"Pi, Zio nyerah ya pi?" Tanya nya kepo.
"Kenapa memangnya?"
"Akhir akhir ini dia sudah tidak mengangguku, kelihatannya dia sudah menyerah"
"Kau menyesal sudah memberinya tantangan berat ini? Hmmm?" Tanya papi Rifqi lembut pada putrinya.
"Enggak kok, malah bagus kalau dia nyerah. Biar nggak ada yang gangguin Nana lagi"
"Yakin?" Papi Rifqi tersenyum menggoda putrinya itu.
"Papi kenapa sih?" Gadis itu merasa gugup.
"Kamu anak papi, papi udah ngerawat kamu dari kamu masih dalam kandungan mami mu. Mana mungkin papi salah menilaimu. Papi tau kau juga mencintai pria itu" papi Rifqi mengusap rambut putrinya.
"Apasih pi, enggak kok. Kan tadi Nana cuma tanya, kenapa malah sampe sana" kesal gadis itu.
"Terserah sih kamu mau ngelak gimanapun papi juga bakal tau" papi Rifqi semakin menggoda anaknya itu.
"Kalau dia berhasil Nana harus banget ya pi buat nikah sama dia?" Tanya gadis itu yang sudah menyender dibahu papinya.
"Kenapa? Kau menyesal sudah memberi tantangan itu padanya? Apa papi batalkan saja tantangannya"
"Ya itu namanya nggak adil dong pi, nanti Nana cari cara sendiri biar nggak nikah sama dia"
"Memangnya kenapa tidak mau? Dia tampan, mapan, kelihatannya juga baik"
"Nana nggak suka sama dia pi"
"Nanti kalau Nana bener bener nggak mau sama dia, biar papi yang ngomong. Kamu tenang aja" papi Rifqi membelai rambut putrinya lembut.
Nana mengangguk semangat karna tau papinya pasti melakukan yang terbaik untuknya.
Drttt
Drttt
Dering ponsel papi Rifqi mengalihkan pandangan dua manusia itu.
"Siapa pi?" Tanya Nana kepo.
"Kenzio hendrawan" jawab papi Rifqi tersenyum membuat Nana semakin cemberut.
Tutt
Panggilan terhubung
"Katakan"
"Jangan buru buru begitu tuan Rifqi Yulandresm Sebaiknya kita basa basi dulu" Zio tersenyum diseberang menguji kesabaran calon mertuanya itu.
Nana menyimak panggilan telepone itu, entah mengapa dadanya berdebar mendengar suara pria diseberang.
"Aku tidak suka basa basi, cepat katakan"
"Proyeknya sudah selesai dengan sempurna, besok akan ada konfersi pers dan malamnya akan ada acara peresmian"
"Hmm kuakui cara kerjamu memang bagus"
"Kau tidak perlu memujiku seperti itu, aku memang tau kalau aku pengusaha berkualitas" sombong Zio membuat papi Rifqi berdecak.
"Sombong sekali kau anak muda"
"Kutunggu kedatanganmu tuan Rifqi Yulandres. Kuharap kau tidak lupa dengan janjimu" seringai Zio diseberang.
Tutt
Panggilan diakhir
"Bagaimana? Kau mau menolaknya?" Tanya papi Rifqi.
Nana terdiam
"Nana bingung pi harus bagaimana"
"Sekarang jujur sama papi, setelah berteman dengannya dari kecil apa tidak ada sedikitpun perasaan untuknya?" Tanya papi Rifqi hati hati.
"Apa papi menginginkan aku menikah dengannya?"
"Kalau kau tanya itu, papi akan jawab iya. Papi percaya Zio bisa menyayangimu seperti papi menyayangimu sejak kecil. Tapi jika kau benar benar tidak mau dengannya, tidak apa apa. Papi akan mengatakannya baik baik dengan Zio"
"Nanti Nana pikirkan lagi pi"
"Suruh kakakmu keruangan papi" pinta Rifqi.
Nana mengangguk lalu memanggilkan sang kakak.
"Kak, dipanggil papi"
Qian menoleh lalu sepersekian detik kemudian pria itu memasuki ruangan sang papi bersama adiknya.
"Ada apa pi?"
jangan Lupa Like dan komen ya temen temenn
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments
Ika Iki
next dong thor
2023-01-01
0
Arini Hidayati
next thor
2022-12-30
0