Saat itu aku kembali ke kelas sembari mencari-cari sosok Gisel. Melihat dirinya yang sudah hilang bagai asap itu membuat ku semakin yakin bahwa dialah yang telah membeberkan kisah ku pada semua orang.
Melihat aku yang memperhatikan ke sekeliling, membuat Ratna penasaran akan tingkah ku.
“Hey!. Ada apa?. Kamu terlihat kebingungan?.” Ucap Ratna yang menegur ku yang seperti orang linglung.
“Apa kamu melihat Gisel?.” Tanya ku kepada Ratna.
“Tadi aku baru saja melihatnya di samping kita. Tapi tiba-tiba dia menghilang entah ke mana?.” Jawab Ratna yang tidak mempedulikan tingkah Gisel yang agak aneh.
“HHmm apa kamu tidak melihat ada sesuatu yang janggal dengan anak itu?.” Tanya ku kembali kepada Ratna.
“Tidak, ada apa memangnya?. Lagipula aku memang tidak terlalu akrab dengannya. Kamu tahu aku selalu melihat dia tak pernah tulus berteman dengan mu.” Ucap Ratna yang memang kurang suka dengan keberadaan Gisel diantara kita.
“Oh ya?. Apa hanya aku yang tidak menyadarinya?.” Gumam ku yang masih tak percaya Gisel telah mengkhianati ku.
“Apa kamu tak percaya?. Aku yakin suatu saat anak itu akan menunjukkan taringnya padamu!. Lihat saja!.” Tegas Ratna yang membuat diriku mulai mempercayai apa yang dikatakannya.
Dan memang kenyataannya saat ini Gisel mulai terlihat berperilaku aneh.
Selang beberapa lama Gisel pun masuk ke kelas kembali dengan beberapa orang wanita yang dikenal sebagai tukang gosip di kelas kami. Gisel terlihat sangat akrab dengan para wanita itu. Membuat ku semakin yakin bahwa Gisel lah yang menyebarkan gosip itu.
Jam pelajaran pun selesai hari ini, aku sudah berjanji akan mentraktir Ratna di kantin kampus. Dan kami pun berjalan beriringan sampai ke kantin kampus. Dan di sana sudah ada Gisel dan kawanannya yang baru, mereka terlihat memenuhi kantin sekolah dengan gelak tawa yang mengganggu telinga orang-orang di sekitarnya.
Aku dan Ratna pun dengan cueknya memasuki kantin tersebut tanpa mempedulikan keberadaan mereka.
“Hey!. Ada siapa ini?.” Teriak salah satu wanita yang ada di gerombolan mereka.
“Kayaknya ada perempuan gak tahu malu yang suka menguntit cowok populer di kampus!.” Ucap wanita lainnya yang juga berada di gerombolan mereka.
Aku mulai merasa muak dengan sindiran yang dilontarkan mereka kepada ku. Aku sangat tahu para wanita itu bermaksud untuk menyindirku.
Namun begitu diri ku yang hendak menghampiri mereka, seketika ditahan oleh Ratna.
“Udah gak usah dibales!. Cuekin aja!. Nanti juga capek sendiri.” Ucap Ratna yang memang ada benarnya. Itu semua akan membuang energi ku saja.
“Eh, Gisel!. Bilang sama temanmu!. Kalau dia harus sadar diri!. Masa dengan modal tampang kayak gituh berani deketin Oppa?.” Sindir wanita yang berada di samping Gisel.
Melihat Gisel yang ikut menertawakan ku seketika aku pun menjadi geram karena tak tahan dengan hinaan mereka. Apalagi aku akhirnya tahu bahwa Gisel-lah yang berada di balik semua ini.
“BRaakk!!.” Aku yang menghentakkan nampan berisi soto untuk meluapkan kekesalan ku.
Lalu aku pun beralih ke meja di mana gerombolan wanita tukang gosip itu berada. Aku persis berdiri di hadapan Gisel saat itu, dan aku menatap matanya dengan nyalang seolah saat itu aku akan segera membunuhnya.
“Kau sudah puas?.” Tanya ku kepada Gisel yang mulai tak dapat berkata-kata karena gertakan ku.
“Ahh.. a.. maksud mu?.” Gisel yang pura-pura tidak tahu.
“Udah gak usah pura-pura gak tahu!. Aku tahu kamu berada di balik semua ini!.” Tegas ku yang rasanya ingin menampar wajahnya saat itu juga.
“Si..siapa?.” Gisel yang masih memasang wajah tak berdosanya di hadapan semua orang, seakan-akan dirinya korban saat itu.
“Udah gak usah pasang wajah sok suci mu itu!. Siapa lagi yang membocorkan kalau bukan kamu!. Aku tahu siapa saja yang aku ceritakan soal Kak Joon!.” Teriakku pada Gisel.
“Heh!. Ternyata kau sudah tahu sekarang!. Ya!. Aku sudah muak berteman dengan mu!. Aku muak melihat mu yang berkeliaran di sekitar Kak Joon!. Dan hal ini aku lakukan agar kau sadar bahwa Kak Joon tidak menyukai mu!.” Ucap Gisel yang dengan gamblang membuat pengakuan kepada ku.
Tapi rasanya seakan aku telah dikhianatinya berkali-kali dan aku yakin tidak hanya hari ini saja Gisel membocorkannya namun di manapun, karena aku yakin tak hanya di kampus ia sebarkan.
“Apa kamu suka dengan Kak Joon?.” Tanya ku blak-blakkan kepadanya.
“Eh… memang kenapa kalau iya?.” Teriak Gisel yang secara spontan keluar dari mulutnya.
“Oh!. Jadi aku salah karena telah menyukai Kak Joon. Lantas apa bedanya denganmu?.” Gisel yang langsung termangu dengan kata-kata dari ku.
“Setidaknya aku tidak memalukan seperti mu yang sudah seperti hantu menggerayanginya.” Ucap Gisel yang semakin membuatku kesal.
“Cukup!. Sampai di sini pertemanan kita!. Aku hargai pengorbananmu selama ini yang sudah mendengar keluh kesah ku Gisel!. Mulai hari ini kita tidak memiliki hubungan apa-apa lagi!.” kemudian aku melemparkan sebuah gelang pemberian tanda pertemanan darinya, lalu aku menarik lengan Ratna yang masih asik melahap sotonya saat itu.
Aku sudah tidak peduli dengan makan siang!. Aku sangat marah!. Marah pada semuanya!. Hati ku hancur karena orang yang sangat ku percayai sedari SMA ternyata mengkhianati ku seperti ini.
Seketika aku terdiam di lorong kampus, dan Ratna yang melihat itu lalu menghampiri ku.
“Kamu gak apa-apa kan?.” Tanya Ratna yang mengkhawatirkan diri ku yang tiba-tiba mematung itu.
Air mataku meleleh seketika, wajahku ku tangkup dengan ke dua tangan ku. Aku malu karena telah dikhianati. Aku merasa bodoh karena tak bisa memilih teman dengan baik, teman yang tak bisa menjaga aib ku.
“Raya!. Udah ya!. Masih ada aku, kamu tenang aja!.” Pelukan Ratna yang menenangkan ku.
“Aku salah apa, Na?.” Tangis ku pecah saat itu.
“Kamu gak salah, kan aku dah bilang dia itu gak tulus sama kamu.” Ucap Ratna yang mengingatkan soal perkataannya.
“Iya, aku tahu. Tapi kamu gak bakal khianati aku juga kan, Na?.” Ucap ku sambil menatap manik mata Ratna karena ingin melihat kejujuran darinya.
“Suerr!!. Gak akan sayang!. Trust Me!.” Ucap Ratna sambil mengacungkan ke dua jarinya.
“Bener?.” Tanya ku kembali yang masih belum yakin dengan jawaban Ratna.
“Benar!. Ya ampunn!.” Ucap Ratna yang mencoba meyakinkan ku kembali.
Dan aku pun merasa lega ternyata masih ada satu sahabat ku yang masih rela berteman dengan ku. Aku ingin mengucapkan terima kasih kepada yang maha kuasa karena di balik diri ku yang kesepian ini, ada satu teman yang bersedia mendengar keluh kesah ku seperti Ratna.
Ratna memang bukan wanita cantik yang kebanyakan menghiasi kampus ini. Ia adalah orang yang sederhana dengan badan yang bulat, berkulit gelap, mengenakan hijab dan berkaca mata. Walaupun ia bukan merupakan wanita yang tergolong pintar di kelas ku, tapi ia di kenal sangatlah ramah.
Ia tak mempedulikan latar belakangku yang merupakan seorang rakyat biasa dengan hanya mengandalkan gaji seorang pegawai swasta seperti Ayah ku. Namun Aku bersyukur sudah bertemu dengannya, karena dirinya yang ramah itu dan membuka dirinya untuk setiap keluh kesah ku, kami pun menjadi akrab layaknya sahabat.
Walaupun sebelumnya aku lebih akrab dengan Gisel, namun seiring berjalannya waktu aku mulai lebih dekat dengan Ratna karena sikapnya yang terbuka.
Aku tahu Ratna bukanlah sosok yang dapat meninggalkan temannya yang sedang dalam kesulitan seperti aku. Aku pun berharap bahwa kami tak dapat terpisahkan hingga nanti.
“Eh sudah yuk!. Kita pindah makan aja di kantin depan!.” Ajak Ratna yang masih tak ingin kehilangan jatah traktirnya.
“Ok!. Ok!.” Jawab ku lalu mengikuti langkah kaki Ratna menuju gerbang kampus berada.
“Eh lihat tuh!. Bakso kesukaan kamu!. Lagi mangkal!.” Teriak Ratna pada ku.
“Wah iya!. Ayo kita makan!.” Hati ku mendadak bahagia karena tukang bakso langganan ku sedang mangkal saat itu.
Aku pun dan Ratna memesan dua mangkok bakso spesial dengan sambel yang sangat banyak. Kami berdua sama -sama menyukai makanan pedas, hanya saja perut ku akhir-akhir ini sedang bermasalah jadi jatah sambel ku hari ini diambil Ratna.
“Kamu sayang banget sih gak bisa makan pedas hari ini!. Kan gak seru kalau aku makan pedas sendiri.” Ucap Ratna sambil menelan bakso bulat ke mulutnya.
Seketika membuat diri ku menelan saliva, karena membayangkan nikmatnya bakso sambel mercon yang meledak-ledak di mulut.
“GleEKK!.”
“Wah enak banget ini!.” Ucap Ratna yang masih memamerkan bakso sambel merconnya ke arah ku.
“Sudah!. Sudah!. Awas kalau perut ku sudah baikan pasti akan aku balas!.” Ucap ku.
Dan di tengah-tengah diri ku dan Ratna yang sedang menyantap bakso dengan sisa-sisa bakso terakhir. Aku dikejutkan dengan kedatangan Kak Joon yang memesan bakso di tukang langganan ku.
“Pak, bakso merconnya dua ya!.” Ucap Kak Joon yang ikut memesan bakso yang sama dengan ku.
Sebenarnya aku menyukai bakso ini memang karena Kak Joon menyukainya, dan setelah aku coba ternyata memang bakso ini sangat lah nikmat. Tapi tukang bakso ini jarang sekali mangkal, dan aku tak tahu alasannya. Aku selalu mencari kesempatan untuk bertemu Kak Joon dengan cara memesan bakso di sini, namun aku jarang sekali menemuinya, mungkin karena kesibukan Kak Joon yang akan segera lulus dari fakultasnya.
Namun entah angin segar dari mana, akhirnya doa ku terkabul. Kak Joon tiba-tiba saja ke sini dan memesan bakso yang sama denganku dan tempat duduk kami bersebelahan.
Hatiku pun merasa terhura, aku langsung menyenggol siku Ratna yang sedang asik melahap bakso hingga dirinya menjadi kaget karena senggolan ku.
“Eh Kut**!.” Kalimat yang selalu di ucapkan Ratna saat dirinya kaget.
“Apaan sih?. Bikin kaget aja!.” Ucap Ratna yang terkejut bukan main.
“Lihat itu!.” Aku yang berusaha membuat Ratna melihat ke arah Kak Joon dengan lirikan mata ku.
“Oh Junaedi!” Ucapan keras Ratna yang membuat Kak Joon dan teman di depannya mengalihkan pandangan ke arah ku dan Ratna.
“SStt!. Jangan berisik!.” Pinta ku sambil memasang jari telunjuk di mulut ku agar Ratna terdiam.
“Iyaaa!. Maaf!. Aku cuma kaget Raya.” Ucap Ratna yang memang hanya reflek saja.
“Eh ini kan si Raya yang terkenal itu, kan?.” Ucap teman Kak Joon yang menunjuk ke arah ku hingga membuat ku malu dibuatnya.
“Ngapain sih dia nunjuk-nunjuk?.” Batin ku.
“Joon!. Kamu kenal sama dia, kan?. Aku dengar dia tetangga kamu?.” Tanya teman Kak Joon.
“Ya, dia tetangga ku.” Jawab Kak Joon yang seketika membuat ku bahagia, pasalnya dia akhirnya mengakui bahwa aku adalah orang yang di kenalnya.
“Wah!. Wah!. Kamu yang udah ditolak Joon dua kali kan?. Haha!. Tenang satu kali lagi dapat piring loh!. Seru ini!.” Ledek Teman Kak Joon lagi.
Aku merasa senang sekaligus merasa kesal, karena teman Kak Joon menjadikan diri ku bahan olokannya. Ingin rasanya aku menumpahkan kuah bakso yang pedas ini ke wajahnya.
“Sudah!. Aku sudah kenyang!. Ini bukan waktunya bercanda!. Ayo kita masuk kembali ke kelas!.” Kak Joon yang menyudahi makannya dan langsung pergi cepat-cepat ke dalam kampus.
“Gila!. Emang ya si Junaedi!. Gak di mana-mana bikin aku kesel!. Kamu gak lihat!. Kamu dicuekin gituh. Hellow ada tembok di sini!.” Kesal Ratna yang tak habis pikir dengan sikap cuek abis Kak Joon.
“Mungkin dia bersikap seperti itu untuk membela ku, Na.” Ucap ku yang masih berpikir positif dengan Kak Joon Woo.
“Hellow!. Masih aja kamu belain dia!. Emang deh!. Cinta itu buta!. Udah gak tahu lagi mau ngomong apa!.” Ucap Ratna yang mencoba menyadarkan ku.
Memang entah aku yang bodoh atau aku memang sudah hilang kewarasan. Di dalam hati ini masih tetap yakin bahwa Kak Joon memiliki perasaan yang sama dengan ku.
Aku pun seketika tersenyum sendiri dengan tindakan Kak Joon yang seolah membela ku dari olok-olokan temannya.
“Ini memang gila!.” Batin ku.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 74 Episodes
Comments
Nabilah
next 😍😍
2023-01-06
0
Nabilah
joonya juga agak nyebelin nih, seru kayaknya nih kalau ada orang ketiga nantinya
2023-01-06
1
Nabilah
nyebelin banget gisel
2023-01-06
0