2 Tahun kemudian.
Umurku sudah menginjak usia 20 tahun, aku sudah menjadi mahasiswi semester 4 jurusan Sastra Korea, Universitas Indonesia. Ya, perjalananku dalam mengejar cinta kak Joon belum berakhir. Aku masih dengan pendirian untuk mengambil universitas yang sama dengan dirinya. Namun berbeda kali ini, Aku mengambil fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya sedang Kak Joon mengambil fakultas Ekonomi dan Bisnis.
Tapi tak mengapa aku berusaha agar bisa sedekat mungkin dengan dirinya walau hanya melihatnya dari kejauhan saja hatiku sudah bahagia luar biasa.
“Kak Joon, kamu pasti akan menyerah dan melihatku sebagai seorang wanita.” Tekad ku yang tak pernah pudar seiring berjalannya waktu.
Di ruang olah raga
“Aakkhhh!! Kak Joon! Kak Joon!.” Teriak para mahasiswi kepada Joon Woo yang sedang bermain basket di lapangan.
“Raya, kamu betah banget sik di acara begini?.” Keluh Ratna teman satu kelas ku.
“Yah, karena hanya dengan ini aku bisa bertemu Kak Joon!.” Dengan mataku yang fokus ke arah Joon Woo berada.
“Bener-bener ya!. Kamu itu udah cinta mati sama dia!. Kalau bukan karena aku kasihan sama kamu yang datang ke sini sendirian. Mana mau aku kemari!. Dengar deh berisik banget!.” Lagi-lagi Ratna mengoceh karena suara berisik mahasiswi di sekelilingnya.
“Makasih temanku sayang!.” Aku memeluk Ratna sebagai rasa terima kasih ku padanya.
Kak Joon Woo adalah blesteran Indonesia dan Korea dengan wajah yang tampan dan kepintaran yang di atas rata-rata telah mengundang hasrat para wanita untuk mendekat padanya. Apalagi dengan kemampuannya yang tak hanya di akademis saja. Kak Joon juga jago olah raga yaitu bola basket. Ia sudah beberapa kali memenangkan kejuaraan nasional bersama timnya. Namun tak satupun dari mereka yang menarik perhatian Kak Joon, itulah yang membuatku yakin untuk memiliki Kak Joon di sisiku. Karena bagiku hanya diriku lah yang pantas mendapatkannya. Terdengar naif memang tapi itulah perasaan cintaku kepadanya.
“Lihat!. Lihat!. Itu Joon Woo!. AarrggHH!.” Teriak para mahasiswi yang ada di kursi penonton.
“Kak Joon!.” Aku yang melihat Kak Joon yang sangat tampan dengan seragam olah raga basketnya, sangat tampan dengan postur badan yang sempurna menambah tingkat ketampanannya.
“Kak Joon!. Aza!.” Teriak ku ke arah Kak Joon dan entah mengapa aku merasa kak Joon membalas ku dengan senyuman.
“Wah!. Tampannya!.” Puji ku dalam hati sambil tersipu malu.
Selepas pertandingan, aku dan Ratna menuju ke parkiran di mana motor Ratna terparkir di sana. Namun langkah kami terhenti oleh segerombol mahasiswi.
“Heh!. Kamu yang namanya Raya?.” Ucap salah seorang mahasiswi yang ada di gerombolan tersebut.
“Iya, ada apa ya?.” Tanya Ku.
“Kamu jangan suka nempel ya sama Oppa Kami!. Kami tahu!. Kamu kan udah ditolak dua kali masih aja nempel sama dia!.” Ucap mahasiswi itu sembari menunjuk-nunjuk ke arah ku.
“Dasar perempuan gak tahu malu!.” Ucap beberapa mahasiswi lainnya.
“Maaf, memangnya kalian siapa berani berkata seperti itu pada ku?.” Tekan ku pada gerombolan itu, aku merasa mereka tidak pantas berkata seperti itu sebagai orang yang bukan siapa-siapanya Kak Joon.
“Kamu tanya kami siapa?. Kami ini fansnya Joon Woo!. Kamu tahu itu!. Bagi siapa saja yang seperti parasit baginya harus di musnahkan!. Kami lihat Kak Joon Woo gak suka dekat-dekat denganmu!.” Tekan mahasiswi itu yang sepertinya ketua dari gerombolan tersebut.
“Lalu?. Kalian mau apa?.” Tanya ku dengan penuh penekanan sekali lagi.
“Hey!. Kamu berani berkata seperti itu?.” Ucap mahasiswi itu yang mulai meraih kaos milik ku lalu menariknya dengan kasar.
“Hey!. Apa yang kau lakukan?.” Teriak Ratna mencoba membela diriku yang dalam posisi tertekan saat itu.
Sebenarnya aku sangat takut dengan segerombolan mahasiswi itu yang siap kapan saja menerjang diri ku. Namun aku tak bisa menyerah begitu saja, aku harus tetap tenang dan berusaha baik-baik saja.
“Raya!.” Suara lantang seseorang yang sangat aku kenal dari kejauhan.
“Kau harus segera pulang ke rumah, karena Ayah mu mengkhawatirkan mu!.” Tiba-tiba saja Kak Joon datang dan menyelamatkan ku dari terjangan gerombolan mahasiswi itu.
“Bawa ini!.” Kak Joon melemparkan tasnya kepada ku.
Lalu ia menarik lengan tanganku agar menjauh dari gerombolan itu.
“Eh, Raya! Kok aku ditinggal?.” Teriak Ratna yang tertinggal aku dan Kak Joon yang sudah menjauh dari gerombolan mahasiswi.
“Kak Joon!. Ratna tertinggal di belakang!. Aku harus bareng dia!.” Pinta ku agar Kak Joon melepaskan genggaman tangannya.
“Sudah!. Kau diam saja!. Ikutlah bersama ku pulang ke rumah!.” Ucap Kak Joon yang tak sedikitpun menatap ke arah ku saat berbicara.
Dalam hati ku “Mengapa sikapnya tiba-tiba berubah?. Apa dia salah makan?.”
Aku pun hari itu tepaksa pulang menumpang mobil Kak Joon hingga ke rumah ku. Selepas itu tak ada sedikit pun kata-kata yang terucap olehnya hanya dehaman yang keluar dari mulutnya saat aku mengucapkan rasa terima kasih ku karena dirinya yang sudah mengantar ku pulang.
Aku pun tak ingin memusingkan hal itu, aku anggap itu adalah sebuah kemajuan di mana Kak Joon kembali peduli pada ku.
“Kak Joon, akhirnya kau membuka hati mu.” Ucapku sambil terkikik geli.
Hari itu aku sangat bahagia dengan perubahan Kak Joon dan hari itu aku menandai kalender perjuangan ku dengan hari di mana perjuangan ku memiliki kemajuan.
Ku tandai hari itu dengan sebuah garis kuning di mana tanda merah yang sebelumnya selalu memenuhi kalender perjuangan ku.
“Cihuy!.” Lagi-lagi diri ku yang tak dapat menahan rasa bahagia karena hal itu.
***
“Soraya Larasati!!!.” Teriak Ratna dari gerbang kampus.
“Ya ampun Ratna, ngapain kamu teriak-teriak?.” Tanya ku yang tak habis pikir karena Ratna teriak sampai mengganggu mahasiswa yang lewat.
“Hey!. Kamu tuh ya!. Mentang-mentang si Junaedi ajak pulang, trus kamu ninggalin aku gituh aja?.” Teriak Ratna yang selalu memanggil Kak Joon dengan sebutan Junaedi karena benci dengan sikap sok gantengnya.
“Kak Joon, Ratna!.” Tegas ku yang tak ingin nama Kak Joon dirubah seenaknya.
“Yah!. Bodo amat deh siapa namanya!. Pokoknya aku tuh kesel karena kamu tinggal gituh aja!. Kamu gak tahu kan kurang berkorban apa aku sama kamu. Sampe itu si Junaedi nyakitin kamu aku juga yang turun tangan!.” Ucapan Ratna yang langsung dihentikan Raya karena tak ingin orang lain mendengarnya.
“Ssttt!!. Udah-udah aku minta maaf!. Gak kejadian lagi deh!. Pliss!.” Ucapku sambil memohon kepada Ratna agar dirinya diam tak membahasnya lagi.
“Gak mau!. Pokoknya kamu harus traktir aku makan hari ini!.” Ancam Ratna yang masih ngambek.
“Ok!. Ok!.” Aku yang akhirnya menyerah dengan ancaman Ratna.
“Ayok!. Kita ke dalam!.” Ratna yang merangkul bahu ku dan langsung menyeret ku masuk ke dalam kampus.
Di dalam kelas tatapan orang-orang berbeda hari itu terhadap ku. Mereka semua seolah mengintimidasi ku dengan hal yang tidak aku ketahui.
“Na!. Kenapa ya? Kok mereka sepertinya marah sama aku?.” Tanya ku kepada Ratna yang mungkin tahu persoalannya.
“Gak tahu tuh, aku aja kan kemari bareng kamu. Jadi mana aku tahu?.” Jawab Ratna.
“Tapi kok aneh banget ya?.” Ucap ku sambil melihat sekeliling kelas.
Aku pun melihat Gisel yang biasanya ramah kepada ku mendadak membuang muka entah apa sebabnya?.
“Aneh banget sih?.” Ucap ku yang masih heran dengan sikap semua orang di kelas itu.
“Ratna, aku mau izin ke toilet dulu ya!.” Ucap ku kepada Ratna.
Namun saat aku menuju ke toilet tiba-tiba saja ada seorang mahasiswi yang sengaja menabrak ku hingga diri ku terjungkal dan menyentuh lantai. Lutut ku lecet dan tak satu pun dari mereka yang membantu ku berdiri.
Aku tak ambil pusing, aku langsung beralih ke wastafel toilet dan mencuci luka ku yang kotor terkena lantai.
“Heh!. Tahu gak?. Ada orang yang gak tahu malu ngejar Oppa!. Dan dia ke ge’eran!. Dia pikir dia itu bisa dapetin Oppa apa?. Dasar sok kecantikan!.” Teriak seorang wanita di toilet yang bermaksud menyindirku.
Rupanya gosip antara diri ku yang mengejar cinta Joon Woo sudah tersebar luas di kampus. Padahal aku tak pernah menceritakan hal itu pada siapapun terkecuali teman masa SMP dan SMA ku.
Dan aku baru berpikir bagaimana gerombolan wanita itu tahu dan juga orang sekampus tahu soal kisah ku dan Kak Joon Woon kecuali ada seseorang yang membocorkannya.
Dan aku pun teringat dengan Gisel yang tiba-tiba saja bersikap aneh terhadap ku. Gisel adalah teman satu SMA ku yang saat itu sebangku dengan ku. Selain Ratna, aku pun kerap kali menceritakan kisah ku dengannya
“Apa karena dia?.” Batin ku yang masih tak percaya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 74 Episodes
Comments
Nabilah
hadeh fans fanatik bangettt
2023-01-06
0