..."Dia harus tahu posisinya. Ibu belum merestui pertunangan Julian dengan dia, jika Fiona yang menjadi tunangan Julian pasti ibu juga tidak akan begini"...
...————...
"Apa pekerjaan mu sebelumnya Elise?"
"Saya membantu mengurus perusahaan ayah saya sebagai CEO"
Madam Julia mengangguk singkat. Ia menjawab ucapan Elise tanpa menatapnya.
"CEO? Itu bagus. Berarti kamu bisa membantu Julian di perusahaan nanti,"
"Membantu apanya? Perusahaan ayahnya saja bisa bangkrut, bukannya itu membuktikan jika kemampuan Elise buruk?"
Kata Julian. Tatapan yang masih menatap ke arah makanannya, enggan melihat wajah Elise.
"Julian!—"
Lucas membentak. Suaranya naik beberapa oktaf. Itu adalah hal yang tidak sopan. Noise menatap terkejut pada kakak sulungnya, ini kali pertama dia meninggikan suara begini padahal di sana masih ada ibu mereka.
Julian mengangkat bahu tak acuh. Dari wajahnya dia tampak tidak merasa bersalah sama sekali, padahal ucapannya itu sukses membuat Elise semakin menundukkan wajahnya menatap lantai.
Kesal, malu dan marah semua perasaan itu bercampur aduk dalam diri Elise.
Lucas bisa tahu Elise terluka dengan ucapan Julian, tidak, mungkin saat ini dia sedang menahan amarahnya sebab berusaha untuk tidak meledakkan emosinya di sana.
"Aku hanya berucap fakta kok" Julian menjawabnya datar.
Lucas menghela nafas panjang. Tak habis pikir dengan tingkah ibu dan adiknya yang terus saja menyinggung perasaan Elise, bahkan sepertinya mereka tidak berniat untuk meminta maaf pada sang gadis.
Karena merasa tidak enak, akhirnya Lucas yang meminta maaf padanya.
"Elise, tolong maafkan mereka—"
Kreett—
Suara kursi yang berdecit dengan lantai membuat suasana hening itu semakin dingin. Lucas menatap Elise tak enak, sedangkan Elise berdiri dari duduknya.
"Saya izin ke kamar. Terima kasih atas makanannya," Kata Elise singkat.
Ia melenggang pergi. Meninggalkan empat orang yang masih di duduk di ruang makan, tanpa menunggu jawaban dari madam Julia selaku kepala keluarga di sana.
mereka diam, bahkan madam Julia tidak sedikitpun menatap kepergian Elise. Tidak ada yang menghentikannya. Kesunyian kembali terjadi sebelum suara decak kesal keluar dari mulut madam Julia, ia meletakan garpu yang dia pakai sambil berbicara dengan nada tidak suka.
"Langsung meninggalkan meja makan tanpa menunggu tuan rumah selesai. Sangat tidak sopan,"
Ia berkomentar. Merasa tidak puas dengan sikap Elise.
"Dan wanita seperti itu akan menjadi menantu ku? Haa—entah apa yang ayahmu pikirkan tentang dia, sepertinya ekpektasi ayahmu terlalu tinggi pada Elise Anderson"
Julian mengangguk setuju. Kali ini dia sependapat dengan ibunya. Pertunangan ini direkomendasikan oleh sang ayah yang saat ini tidak hadir di sana. Julian sudah bersikeras untuk menolak pertunangan ini, namun atas taruhan dari sang ayah ia mau menerimanya.
["Jika dalam waktu setengah tahun kamu tidak merasakan cinta pada Elise maka kamu boleh membatalkan pertunangan ini, tapi ayah tidak yakin sih kamu enggak akan mencintainya. Dia anak yang menarik, kau tahu?"]
Saat itu ayahnya berbicara dengan penuh keyakinan. Dia akan membuktikan pada ayahnya, kalau dia tidak akan pernah mencintai Elise dan bertahan dengan kekasihnya Fiona sampai akhir.
'Satu-satunya hal yang menarik darinya adalah pembuat masalah, ayah'
Julian berucap dalam hati. Merasa tidak sependapat dengan ucapan ayahnya tempo dulu.
"Mungkin Elise merasa lelah setelah perjalanannya ke sini. Dia tidak tinggal di New York, jadi kita biarkan saja dia beristirahat"
Julian tertawa remeh pada ucapan Lucas. Setelah Elise pergi barulah ia mau memakan makanannya.
"Lelah apanya? Dia kan tidak berjalan-jalan di sini dan hanya makan bersama kita, itu tidak melelahkan kan?"
"Ucapan mu tadi menyinggung dia, kau tahu perasaan wanita itu rapuh"
Cekcok mulai terjadi. Julian terus membalas ucapan Lucas yang membela Elise, membuat suasana di ruang makan itu terasa tidak nyaman bagi Noise. Satu-satunya pihak yang sejak tadi netral dan diam.
Tidak akan berhenti sampai salah satu pihak mengalah, akhirnya madam Julia turun tangan.
"Dia harus tahu posisinya. Ibu belum merestui pertunangan Julian dengan dia, jika Fiona yang menjadi tunangan Julian pasti ibu juga tidak akan begini"
Senyuman kemenangan terlihat dari wajah Julian, dia tahu ibunya lebih merestui hubungan dia dengan Fiona daripada pertunangan ini.
'Bisa tidak sih ibu berhenti membanggakan Fiona?'
Lucas terdiam dan menahan kekesalannya saat nama Fiona disebutkan oleh sang ibu. Sejak awal hubungan Julian dengan Fiona terjadi ia tak pernah menyukainya. Menurut Lucas, sosok Fiona itu tidak cocok dijadikan sebagai pasangan untuk menikah, ia terlalu main-main dengan sebuah hubungan sebab itu Lucas tidak setuju bila Julian ingin menikah dengannya.
Daripada Fiona, Elise jelas lebih baik. Meskipun mereka baru bertemu sekarang, tapi Lucas sudah tahu setidaknya sikap Elise berbeda dengan Fiona.
"Setidaknya ibu jangan mengabaikan Elise seperti tadi,"
Suara Lucas penuh dengan penekanan. Dia berusaha tidak membentak ibunya saat mengucapkan itu, bagaimanapun Lucas tidak bisa meninggikan suaranya pada wanita yang sudah melahirkannya itu.
Madam Julia menghela nafas jengah. Sejak tadi dia lihat Lucas selalu membela Elise. Tidak seperti dia yang biasanya.
"Ibu tidak melakukan hal yang salah. Dia belum resmi jadi keluarga kita"
Sekali lagi madam Julia menegaskan keputusannya. Selama Elise belum menikah dengan Julian maka ia akan memperlakukannya seperti tadi, meskipun mulai hari ini Elise sudah resmi menjadi tunangan putranya tapi itu tidak akan mengubah sikapnya terhadap Elise.
"Pertunangan kalian akan dirahasiakan. Apa kamu sudah menjelaskannya pada Fiona? Dia pasti merasa sakit hati mendengar kabar ini kan?"
Julian tersenyum pada kekhawatiran ibunya. Madam Julia sangat menyayangi Fiona. Pertunangan Julian dengan Elise pasti sudah diketahui olehnya, jadi madam Julia merasa tidak enak karena tidak bisa mengatakannya langsung pada kekasih Julian.
"Ibu tenang saja. Fiona memang marah pada awalnya, tapi aku sudah meyakinkan dia kalau pertunangan ini tidak akan sampai ke pernikahan kok"
Mendengar jawaban dari Julian membuat Madan Julia merasa lega. Dia berpikir untuk mengajak Fiona shopping sebagai permintaan maafnya nanti.
"Ajak dia shopping, kalau perlu kamu boleh ambil liburan ke luar negeri. Aku dengar Fiona ingin berlibur ke
"Ibu, itu berlebihan"
Lucas berkomentar. Jika Fiona tahu Julian akan bertunangan seharusnya dia mengakhiri hubungan mereka, mengapa ia malah marah yang berakhir dibujuk oleh Julian? Mereka terlalu bersikap lembut dan memanjakan Fiona.
"Apanya yang berlebihan? Fiona pantas mendapatkannya,"
Sulit berbicara tentang Fiona dengan sang ibu, karena keputusan akhir pasti dimenangkan oleh madam Julia.
"Ibu benar kak. Aku akan mengajaknya jalan-jalan nanti, terima kasih sarannya ibu"
Lucas menggulum bibirnya. Jika dia kembali berkomentar maka ibu dan adiknya akan membela Fiona. Apapun yang Lucas ucapkan akan disangkal oleh mereka, ini sering terjadi padanya ketika berkomentar tentang Fiona yang tidak sejalan dengan ibu dan sang adik.
Ia tidak tahu apa yang Fiona lakukan pada ibu dan adiknya hingga mereka begitu mengelu-elukan dirinya, tapi yang pasti Lucas ingin hubungan Julian dan Fiona segera berakhir karena sekarang dia bertunangan dengan Elise.
Di kamarnya, Elise langsung menutup pintu dengan kasar, tidak peduli jika suaranya dapat terdengar oleh orang-orang yang berada di luar.
Kakinya berjalan, mendekati kasur empuk kemudian tertidur di sana. Membenamkan wajahnya menggunakan bantal yang berfungsi sebagai peredam suara isak tangisnya yang keluar sejak tadi.
Elise yakin dia bukan perempuan lemah. Sikap Julian yang terang-terangan membencinya tidak membuat ia goyah, hatinya kuat menghadapi sikap Julian namun entah kenapa kejadian kali ini berhasil membuat hatinya sakit dan remuk.
"Aku berusaha kok. Perusahaan ayah bangkrut bukan karena aku,"
Gumamnya dengan nada lirih.
Elise tidak menyukai ucapan Julian yang terkesan sok tahu. Padahal dia hanya melihat luarnya saja, perusahaan mereka juga jarang berhubungan satu sama lain.
Sejak lulus kuliah Elise berjuang mempertahankan perusahaan ayahnya supaya tidak bangkrut meskipun ia tahu bisnis mereka terancam gulung tikar.
Selain karena utang, ternyata orang-orang yang ditugaskan oleh ayahnya melakukan korupsi yang menyebabkan kehancuran perusahaan mereka menjadi lebih cepat. Elise memang berhasil membantu ayahnya dengan langsung memecat orang-orang tidak kompeten itu, namun utang lainnya tak mampu ia tangani.
Pada akhirnya perusahaan mereka benar-benar berada diujung tanduk menuju kebangkrutan dan pertunangan Elise dengan Julian menjadi solusinya.
'Ayah tidak mengatakan apapun tentang pertunangan selain aku yang dijadikan jaminan utang olehnya, apakah ayah benar-benar menjual ku begini?'
Elise masih tidak percaya meskipun sekarang ia sudah mengalaminya sendiri. Tidak ada kabar apapun dari ayahnya menjadi bukti bahwa dia benar-benar sudah 'di jual' pada keluarga Eldegar untuk melunasi utang mereka, karena itu perasaannya pada sang ayah pun menjadi goyah.
'Apa ayah tidak menyayangi ku?'
Air bening mulai mengalir dari pipi putih Elise. Mengingat kembali kenangannya bersama sang ayah dan apa yang dia lakukan padanya sekarang membuat hatinya semakin merasa sakit. Dia yakin Gio mencintainya, jadi mengapa dia menjadikan putri semata wayangnya sebagai jaminan utang dan membuatnya bertunangan dengan lelaki asing macam Julian?
Apalagi keluarga Julian secara terang-terangan menaruh rasa tidak suka padanya. Lucas mungkin pengecualian, bagaimanapun Elise tidak tahu sikapnya nanti akan seperti apa padanya.
Hari semakin malam dan dingin, namun suhu yang menurun itu tidak bisa menghentikan air mata Elise untuk keluar dari pelupuk matanya.
Untuk malam itu biarlah Elise menangis tanpa suara di dalam kamar, ia harus meluapkan emosinya saat ini sebelum menghadapi hal lain esok hari. Elise yakin, besok pasti menjadi hari yang berat lagi baginya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments