Dinner time

...-Elise terlampau kikuk sampai-sampai ia menyebutkan kembali namanya dengan wajah gugup. Diluar dugaan, ternyata Lucas sangat berbeda dengan Julian meskipun wajah mereka memiliki beberapa kemiripan tapi untungnya sifat mereka tidak sama-...

...————...

"Halo Julian. Aku pikir membiarkan tunangan mu berjalan sendirian di rumah kita yang luas ini terlalu berlebihan, mengapa kamu tidak mengantarkan dia?"

Lelaki yang Julian panggil Lucas itu membantu Elise berdiri sebelum perhatiannya tertuju pada Julian yang kini berdiri di depannya.

"T—terima kasih,"

Elise berucap singkat. Berterima kasih atas bantuan Lucas padanya, tidak seperti seseorang yang hanya melihatnya jatuh dan tidak memiliki niat membantu sama sekali. Elise menatap sinis ke arah Julian sedangkan Julian menatap Lucas dengan ekspresi terkejut miliknya.

"Kapan kakak pulang?"

Dia mengabaikan Elise.

"Kemarin. Aku sengaja kembali ke New York untuk menghadiri pertunangan mu," Lucas menjeda ucapannya sejenak, atensinya beralih menatap Elise yang masih berdiri di sampingnya.

Sebelumnya ia sudah dikabari oleh sang ayah tentang pertunangan Julian, karena itulah dia kembali ke New York saat dirinya masih bekerja di Osaka.

Elise tersentak begitu mata mereka bertemu. Dia merasa gugup sebab memikirkan apa yang akan Lucas ucapkan padanya. Apalagi mata kecoklatan milik Lucas berhasil membuatnya salah tingkah.

"Jadi, kamu Elise Anderson? Maaf terlambat memperkenalkan diri. Namaku Lucas Eldegar, kakak tertua Julian" Kata Lucas. Dia mengulurkan tangannya lalu di sambut oleh Elise.

Pria berwajah Eropa dengan style rambut Classic Two blocks itu tersenyum kearah Elise. Senyuman ramah yang tulus.

"O—oh! Halo tuan Lucas, nama saya Elise Anderson! Senang bertemu dengan anda!" Jawab Elise. Dia tiba-tiba saja tak bisa mengendalikan dirinya untuk terlihat agak norak. Sebenarnya wajah Lucas ini sangat sesuai dengan tipe Elise, karena itulah dia menjadi begini.

Elise terlampau kikuk sampai-sampai ia menyebutkan kembali namanya dengan wajah gugup. Diluar dugaan, ternyata Lucas sangat berbeda dengan Julian. Meskipun wajah mereka memiliki beberapa kemiripan, tapi untungnya sifat mereka tidak sama.

Iya, untungnya. Akan sulit bagi Elise untuk hidup di mansion keluarga Eldegar jika semua penghuninya mirip dengan Julian.

Lucas terkekeh geli. Merasa tertarik dengan sifat Elise.

"Tidak usah terlalu formal begitu, kita akan segera jadi keluarga. Panggil aku kakak saja, bisa?"

Elise mengangguk cepat. Tidak heran jika setelah ini dia mengalami sakit kepala. Berhentilah terlihat seperti orang yang jatuh hati Elise! Tatapan mata Julian di sebelah mu terlihat mengancam.

Ujung mata Elise melirik Julian. Dia menatapnya seperti mengatakan "*What are you looking at!?" (*Apa lihat-lihat!?) pada Julian.

"Bisa kakak!"

Senyuman puas terpatri di wajah teduh Lucas. ia menepuk pundak Julian kemudian berjalan melewati mereka berdua.

"Kalau begitu sampai jumpa. Kita akan bertemu lagi besok siang Julian dan semoga kamu nyaman di sini Elise"

Elise masih terpaku. Menatap punggung Lucas yang kian menjauh, rasanya percakapan singkat itu sukses membuat dirinya tertarik dengan sosok Lucas sedangkan Julian kembali berjalan, meninggalkan Elise di belakangnya.

"Kalau kau diam di sana aku akan meninggalkan mu,"

Tersentak, Elise langsung mengekor Julian lagi. Ia menyentuh area jantungnya yang semakin berdetak cepat, sepertinya bertemu dengan sosok Lucas berhasil membuat dia senam jantung.

Lagipula wajahnya memang tampan, sifatnya juga lembut. Jelas sekali Elise akan terpesona padanya kan?

'Tidak buruk juga masuk ke dalam keluarga Eldegar,'

Sisa hari itu Elise habiskan dengan mengagumi Lucas yang berhasil membuatnya terpesona. Diluar dugaan, Julian benar-benar mengantarkan dirinya sampai di depan pintu kamar kemudian segera pergi tanpa mengatakan apapun lagi bahkan sebelum Elise masuk ke kamarnya.

...*****...

Karena kesibukan masing-masing, anggota keluarga Eldegar jarang berkumpul. Apalagi makan malam bersama seperti sekarang.

Jikalau ada pun percakapan mereka terbilang kaku. Hanya berbicara seputar prestasi yang mereka capai, apa yang mereka butuhkan dan masalah pekerjaan. Tidak mencerminkan percakapan keluarga harmonis sama sekali.

"Lucas, bagaimana keadaan restoran mu?"

Pertanyaan pertama diucapkan oleh madam Julia, ibu beranak tiga yang memiliki wajah lembut dan tatapan tegas, tahi lalat di bawah bibirnya menambah kesan cantik yang ia miliki. Siapapun pasti menebak bahwa dia itu sosok ibu yang teduh dan penyayang, namun dari sudut pandang Elise saat ini dia menilai bahwa sosok madam Julia adalah orang yang cukup keras.

Lucas hanya berdehem singkat, lalu tersenyum tipis.

"Restoran berjalan lancar, ibu. Cabang kami yang ada di Osaka Jepang juga sudah selesai, kami akan mulai mengadakan pembukaan satu Minggu lagi."

Madan Julia mengangguk puas. Sudut bibirnya membentuk senyuman tipis, bangga dengan pencapaian putra sulungnya.

"Bagaimana denganmu Noise?"

Anak lelaki remaja yang duduk di sebelah Lucas tersentak. Dia menatap sang ibu, dengan tatapan gugupnya.

Wajah Noise mirip dengan Lucas yang lembut. Mereka mendapatkan sisi wajah itu dari sang ibu, tapi untuk sifatnya dia tidak mirip dengan ibu ataupun si kakak pertama.

Sepertinya dia jarang berinteraksi dengan madam Julia. Pikir Elise saat ia mencuri pandang pada reaksi Noise saat ditanya oleh ibunya. Kesenjangan antara dirinya dan sang ibu terlihat jelas.

"Iya?"

"Bagaimana kuliah mu?"

"Baik,"

"Aku yakin kamu tidak mengalami kesulitan kan? Semua keluarga kita kuliah di jurusan bisnis, jika kamu kesulitan bertanya saja pada kakak-kakak mu."

Noise mengangguk singkat. Tidak mengeluarkan suara apapun dan hanya memakan makanannya. Julia nampak tak ambil pusing, percakapan mereka berakhir kemudian ia beralih menatap putra keduanya yang kini hanya memainkan makanannya dengan wajah tak selera.

"Ada yang salah dengan makanannya, Julian?"

Julian melirik ibunya sekilas, kemudian menggelengkan kepalanya pelan.

"Aku hanya tidak berselera makan, ibu."

Ujarnya singkat. Madam Julia berdehem, dia tidak melanjutkan pertanyaannya lagi dan memilih bertanya hal lain.

"Hm, begitu? Oh iya, bagaimana kabar Fiona?"

Mendengar nama Fiona membuat Julian tersenyum. Hanya disebutkan namanya saja sudah bisa memperbaiki moodnya yang jelek.

Siapapun akan merasa bahagia begitu ditanya tentang kekasih yang sangat ia cintai dan itu berlaku untuk Julian.

"Dia baik, tapi sepertinya akhir-akhir ini dia agak sibuk dengan pekerjaannya."

Madam Julia mengangguk-angguk paham. Dia tahu betul apa pekerjaan Fiona, sebab dia sendiri yang memberikan jabatan itu padanya dulu.

"Menjadi sekertaris seorang CEO tidak mudah ibu, aku ingin mengajaknya liburan untuk menyegarkan suasana hatinya" Dengan bangga Julian mengucapkan rencananya pada sang ibu.

"Itu bagus. Ajaklah dia ke rumah, sudah lama ibu tidak bertemu Fiona"

"Ekhem—ibu, ku rasa tidak bagus berbicara tentang Fiona saat ini"

Ucapan Lucas menginterupsi, membuat madam Julia berhenti berbicara tentang Fiona kemudian beralih menatap Elise yang sejak tadi menyimak pembicaraan mereka. Dengan wajah yang sedikit tertunduk.

"Oh, benar juga. Elise Anderson"

Padahal madam Julia jelas tahu Elise sejak tadi ada di sana, namun ia baru menganggap Elise ada begitu Lucas menyinggung tentang dirinya. Mungkin, jika Lucas tidak melakukan itu eksistensi Elise akan dianggap tidak ada sampai makan malam selesai.

"I—iya madam Julia?"

Wajah Madam Julia terlihat awet muda, meskipun beberapa jejak keriput terlihat di wajahnya. Tatapannya yang lembut namun tegas secara bersamaan membuat Elise gugup, itu berbeda dengan tatapan tegas Julian yang bisa Elise lawan.

Untuk madam Julia Elise tidak bisa melawan tatapannya seperti ia melawan pada Julian.

"Aku harap kamu tidak sakit hati karena kami membicarakan tentang kekasih Julian, mereka saling mencintai jadi hubungan mereka sangat harmonis kau tahu?"

Kata mencintai sengaja ia tekan supaya Elise tahu tempatnya di sana. Mempertegas posisi Elise yang tidak diinginkan bagai duri dalam daging, pengganggu.

'menjadi tunangan dia juga bukan keinginan ku'

Jika harus memilih Elise lebih baik bertunangan dengan orang lain kok, dia bahkan tidak menyukai Julian sedikitpun. Salah apa dia sampai-sampai harus diperlakukan seperti ini? Elise hanya diam sambil menelan ucapan madam Julia yang menusuk hatinya.

Lucas menghela nafas jengah. Suara denting piring dan garpu yang ia gunakan terdengar, menginterupsi fokus madam Julia.

"Ibu,"

Madam Julia mendengus singkat. Ia merasa apa yang dia ucapkan tidak salah, lantas mengapa Lucas marah?

"Apa? Ibu hanya membicarakan fakta kan?"Ujar Madam Julia dengan wajah tak acuh.

Lagi-lagi Lucas menghela nafas. Dia memiliki sifat yang lembut, apalagi pada ibunya. Namun jika sang ibu terang-terangan menampakkan kebencian pada Elise yang notabenenya calon keluarga mereka maka Lucas tidak bisa diam saja.

Elise sudah terbebani karena bertunangan dengan orang asing seperti Julian, ditambah perlakuan buruk madam Julia pasti membuatnya tidak nyaman.

Di tempatnya Elise hanya diam. Berusaha untuk tidak terlalu mempedulikan ucapan madam Julia yang jelas-jelas memiliki maksud menyakiti.

'Kapan ini selesai?'

Dia ingin segera pergi dari suasana yang pengap ini.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!