Rumah keluarga Eldegar

...-Sepertinya Elise akan menganggap Julian sebagai tunangan pembawa sial. Belum jauh ia melangkah dari Julian dia harus bertabrakan dengan punggung seseorang sampai membuatnya terjatuh ke lantai, beruntung tidak ada ciuman manis antara lantai dengan dirinya, kalau iya harus ditaruh di mana wajah Elise?-...

...————...

Tak pernah terbayangkan oleh Elise kalau dirinya akan masuk ke dalam rumah keluarga Eldegar yang luar biasa mewah itu. Elise tidak beranggapan berlebihan, rumah keluarga Eldegar memang sangat mewah sampai-sampai dia harus naik mobil alih-alih berjalan kaki untuk ke depan halaman rumah mereka. Sepertinya kata 'rumah' pun tidak cocok mendeskripsikan bangunan itu, rasanya akan sangat cocok jika disebut sebagai mansion.

'kalau rumah bangsawan zaman dulu masih ada, mungkin mansion ini setara dengan tempat tinggal bangsawan tinggi'

Elise membatin. Memuji kemegahan mansion keluarga Eldegar. Dia juga cukup kaya, tapi rumahnya jelas tidak semewah mansion di depannya. Ditambah keluarga Elise tidak terlalu menyukai kemewahan, karena itulah rumah mereka itu terlihat sederhana.

"Apa yang kau lakukan mematung di sana? Cepat ikuti aku bodoh" Kata Julian. Dirinya berlahan mendahului Elise.

Mengakhiri acara kagumnya Elise menatap Julian yang lagi-lagi berbicara menyebalkan, bahkan ia sempat menghina Elise dengan wajah tak acuh miliknya membuat Elise semakin ingin menonjok sosok rupawan itu.

"Iya," Jawab Elise singkat. Dia malas untuk menjawab ucapan Julian, tapi kalau dia diam saja mungkin mulut pedasnya itu akan semakin menjadi.

Julian berdecak sebal. Merasa kesal karena mendapatkan tugas dari sang ayah untuk mengantarkan Elise secara langsung. Dia bahkan menjemput Elise waktu keluar dari kereta tadi, dan itu cukup membuatnya lelah.

Padahal kan Elise sudah dewasa, dia bisa ke mansion dengan pelayan tapi kenapa sang ayah meminta untuk mengantarkannya langsung? Oh iya, dia kan calon tunangannya.

Dan mengapa Elise datang ke sana? Tentu saja, sebelum resmi menjadi tunangan Julian ia harus menghadiri acara makan malam yang dihadiri oleh seluruh keluarga Eldegar, bisa dibilang ini semacam perkenalan resmi Elise dengan keluarga Julian.

Acara makan malam akan diselenggarakan esok hari dan Elise harus mulai tinggal di sana mulai hari ini untuk beradaptasi dengan lingkungan keluarga Eldegar.

Pintu besar itu terbuka, menampilkan ruang tengah yang sama mewahnya dengan diluar tadi. Elise tak henti-henti mencuri pandang, mengagumi setiap interior mansion yang menurutnya sangat berkelas dan indah, lalu yah, sudah pasti mahal.

"Kalau jalan itu lihat pake mata, *cheesy" *(Norak banget)

Elise terdiam dengan ekspresi kikuk di wajahnya. Tertangkap basah saat mengagumi interior mansion sampai disebut udik, dia merasa malu sekaligus kesal pada Julian.

'Kalau jalan kan pake kaki, bodoh.'

Apa dia enggak bisa menghaluskan ucapannya sekali saja? Setiap ucapan yang Julian lontarkan pada Elise begitu menyakitkan dan kasar. Hampir saja Elise benar-benar menonjok wajah rupawan itu, dia harus bersyukur karena Elise pandai menahan emosinya.

"Aku jalan dengan benar kok"

Hening. Tidak ada jawaban dari Julian, dia terus berjalan tanpa menoleh kebelakang. Elise menghela nafas maklum, sepertinya dia mulai terbiasa dengan sifat Julian yang seperti ini padanya.

'Lebih tepatnya aku harus terbiasa,'

Mulai besok mansion ini akan menjadi tempat tinggalnya, jadi dia harus membiasakan diri dengan orang-orang yang tinggal satu atap dengannya dan salah satunya adalah Julian.

Elise segera memfokuskan dirinya. Ia berjalan pelan, mengekor Julian yang berjalan cepat di depannya, namun tanpa sebab Julian berhenti berjalan membuat Elise yang mengikutinya jadi ikut berhenti.

Dia berbalik. Tatapan tak acuh miliknya lurus menatap Elise.

"*Just so you know. Aku tidak akan pernah mencintaimu, camkan itu." *(Asal kamu tahu)

Seolah meragukan pendengarannya Elise melongo.

"Hah?"

*'WHO CARES!!? (EMANG GUE PIKIRIN!?)

Apa Julian mengatakan ini tiba-tiba karena takut Elise mencintainya? oh, itu adalah hal paling lucu yang Elise pikirkan karena dia tidak berniat untuk mencintai Julian.

"Kamu tuli? Meskipun kita bertunangan tapi aku tidak akan pernah mencintaimu, karena aku sudah memiliki kekasih yang seribu kali lebih baik dari kau,"

Ucapan tegas dari Julian membuat Elise terdiam. Bukan, dia bukan terkejut dengan pengakuan tunangannya yang terang-terangan mengakui dirinya memiliki kekasih, justru Elise malah ragu kalau Julian mengaku tidak memiliki kekasih saat ini. Lagipula, Elise tahu kok sosok yang dicurigainya sebagai kekasih Julian itu siapa.

Elise hanya merasa kesal karena Julian membandingkan dia dengan wanita lain yang bahkan belum pernah ia temui, apalagi Elise paling tidak suka dibandingkan dan dianggap rendah.

"Aku juga tidak akan pernah mencintai kamu tuh."

Jari tengah ia berikan pada Julian sambil tersenyum, membuat urat syaraf Julian terlihat di dahinya lantaran kesal menerima hal tidak sopan dari Elise.

"Kau!—"

"Good bye tuan muda! Aku bisa ke kamarku sendiri kok!"

Berlari kecil Elise meninggalkan Julian yang hampir mengamuk padanya. Elise tidak peduli dengan Julian, lagipula tujuannya ada di sana pun untuk menghancurkan mereka jadi apa salahnya tidak ada cinta diantara mereka? Itu justru menguntungkan Elise.

Brugh!

'Aduh'

Sepertinya Elise akan menganggap Julian sebagai tunangan pembawa sial. Belum jauh ia melangkah dari Julian dia harus bertabrakan dengan punggung seseorang sampai membuatnya terjatuh ke lantai, beruntung tidak ada ciuman manis antara lantai dengan dirinya, kalau iya harus ditaruh di mana wajah Elise?

Di belakangnya Julian menahan tawa. Melihat Elise yang jatuh seperti itu sangat lucu.

'*You pay the price' *(kau kena batunya)

Senang rasanya melihat orang yang berlaku tak sopan padanya terjatuh seperti itu.

"Maaf, kamu tidak apa-apa?"

Suara berat dan agak serak milik lelaki yang Elise tabrak mengacaukan pikirannya. Ia mendongak menatap wajah pria yang kini mengulurkan tangan padanya dengan senyuman simpul.

"Kak Lucas"

Julian mendekati Elise, lebih tepatnya ia mendekati lelaki yang membantu Elise. Dia tidak tertawa lagi saat melihat sosok sang kakak.

Lelaki itu menatap Julian. Wajah adik laki-laki yang sudah lama tak ia lihat, lelaki itu cukup merindukan sang adik. Senyuman tipis muncul di wajahnya, terlihat sangat ramah dan hangat.

"Halo adikku. Aku pikir membiarkan tunangan mu berjalan sendirian di rumah kita yang luas ini terlalu berlebihan, mengapa kamu tidak mengantarkan dia?"

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!