Hari pernikahan pun tiba kini Putri tengah berdiri disamping pria yang sudah sah menjadi suami sementara, dimata hukum dan agama tengah menyalami para tamu, resepsi diadakan dengan sangat meriah disebuah gedung bintang lima.
Walaupun didalam keramaian tidak serta merta membuat Putri merasakan kebahagiaan, dia merasa sepi sendiri hampa tanpa tujuan, ada yang seperti tercacah didalam hatinya, dia hanya berharap semoga saudara tirinya segera kembali agar dirinya segera terbebas dari pernikahan kontraknya dan pergi jauh.
Banyak sekali orang-orang besar yang hadir memberikan selamat, Putri sendiri heran mengapa harus diadakan pernikahan begitu meriah bila hanya untuk sementara, bukakan kah semakin sedikit orang mengetahui bahwa istrinya palsu akan semakin bagus.
"Tersenyumlah jangan membuatku malu, mereka akan mengira saya yang memaksa dirimu"
"Maafkan saya tuan" Putri tersenyum menampilkan deretan gigi putihnya, senyum yang penuh keterpaksaan malah seperti sedang meringis kesakitan. Sebenarnya putri sudah merasa lelah berdiri seharian, ditambah lagi malam harinya masih harus terus mengikuti suaminya menyapa para rekan bisnis dan teman temannya.
Disalah satu sudut meja Putri melihat ibu bercengkrama dan tertawa bersama keluarga suaminya, tawa mereka seperti tanpa beban, sesekali ketiga adik dari suaminya menatap kearah Putri tersenyum menyeringai, Putri sudah mendap firasat bahwa waktu yang akan dilalui di dalam rumah keluarga suaminya pasti tidak akan mudah.
Tepat pukul sembilan malam segerombolan pria tampan mendekat, mereka teman teman dari suaminya.
"Selamat sat, kenapa mendadak sekali?"
Putri tidak tau apa yang mereka omongkan, setelah para pria tampan memperkenalkan diri dan memberi selamat, Putri meminta ijin untuk istirahat sebentar diruang yang sudah disediakan, dia tidak mau tau dan tidak mau mendengar dengan apa yang mereka bicarakan. Baginya semoga waktu cepat berlalu dan dia segera terbebas, dia akan pergi jauh sekali bila waktu itu tiba.
Cukup lama Putri beristirahat hingga sekertaris David datang untuk menyuruhnya pulang terlebih dahulu dengan diantar oleh sopir
"Nona silakan pulanglah lebih dulu, dan menunggu tuan muda dirumah saja, jangan tidur sebelum tuan muda pulang, saya sudah mengingatkan nina bila nona melanggarnya maka silakan nona tanggung sendiri akibatnya".
" Baik sekertaris David" Putri merinding sendri mendapat peringatan dari sekertaris David, apakah sebegitu mengerikan suaminya itu.
Tiba dirumah Putri sudah disambut oleh seorang kepala pelayan pria paruh baya.
" Selamat datang nona perkenalkan saya Du'an kepala pelayan dirumah ini silakan ikuti saya, saya akan menunjukkan kamar yang ditempati oleh tuan muda dan yang akan ditempati nona juga"
" baik terimakasih pak Du maaf sudah merepotkan"
"Silakan nona diingat lemari yang sebelah sini semua pakaian tuan muda, dan dua pintu itu milik nana, baju yang ada di koper anda sudah disusun oleh pelayan"
"Baik terimakasih"
"Silakan nona bersih bersih dulu lalu menunggu tuan muda pulang, bila nona membutuhkan sesuatu silahkan panggil saya"
"Baik pak Du terimakasih"
Putri duduk dilantai sambil memeluk lututnya, dia menangis tersedu-sedu tanpa suara sambil memukuli dadanya, dia meratapi nasibnya kenapa nasipnya tidak sama dengan teman-temannya yang memiliki ibu kandung tanpa harus mengembalikan budi ibunya, apakah ini karena dirinya terlalu serakah karena tidak cukup dengan hanya memiliki kasih sayang dari ayah kakek dan neneknya dan dia masih menginginkan kasih sayang seorang ibu sehingga Tuhan menghukumnya.
Sungguh Putri merasa lelah, bila mengingat bunuh diri tidak dosa, dia ingin segera menyusul ayah kakek dan neneknya.
Putri tersadar dia bergegas membersihkan diri sebelum suaminya pulang. Setelah selesai dia duduk di sofa yang ada di dalam kamar, karena merasa sangat lelah seharian ini dia jadi menguap beberapa kali, pukul dua belas malam dia mendengar langkah kaki menaiki tangga dan semakin mendekat Putri segera berdiri untuk menyambut suaminya, hatinya semakin berdebar tangan berkeringat dingin mendengar suara pintu dibuka.
"Selamat malam tuan, jika anda ingin segera mandi air hangat sudah saya siapkan, pakaian ganti anda juga sudah saya siapkan"
Tanpa menjawab Satria berlalu kekamar mandi setelah melemparkan setelan jasnya tepat mengenai muka Putri, Putri cukup terkejut dan gelagapan segera menangkap jas tersebut, batinnya menjerit "apakah tangannya akan putus bila memberikan dengan cara baik baik".
Cukup lama Satria berada di dalam kamar mandi, sementara Putri mondar-mandir di depan pintu tidak tau apa yang harus dilakukan, Putri berjingkat kaget mendengar suara pintu kamar mandi dibuka.
Tanpa mengatakan sepatah kata Satria bejalan melewati Putri dia duduk di sofa singgel" keringkan rambutku", Putri yang mendapat perintah dengan gugup segera mengambil hairdryer menancapkan colokan listrik untuk segera mengeringkan rambut suaminya.
"Apakah seperti ini sudah cukup kering tuan?"
Lagi-lagi tidak ada jawaban yang Putri dengar "apakah mulutnya akan menjadi busuk bila menjawab pertanyaan orang lain", putri hanya bisa mengutuk didalam hati.
Putri berdiri termangu di samping sofa sementara Satria asik dengan hp nya cukup lama mereka dalam keheningan, hingga Satria mematikan hp yang dia pegang menaruhnya dimeja, lalu menuju ranjang dia melemparkan bantal dan salah satu selimut kesofa panjang, Putri yang mengerti maksudnya segera mematikan lampu kamar, hingga yang menyala hanya lampu yang berada didalam kamar mandi.
Putri sudah tau apa yang harus dilakukan dan apa yang tidak boleh dilakukan didalam kamar itu, karena tadi pak Du'an sudah menjelaskan secara terperinci, dia segera berbaring di sofa, setelah mengucapkan salam sebelum tidur""selamat malam tuan semoga anda mimpi indah".
Semoga seterusnya dia tetap menyuruku tidur disofa ini, dan semoga tidak perlu terlalu banyak berinteraksi hingga kontrak ku berakhir, lagi-lagi Putri hanya bisa berdoa dalam hati, walau dia berusaha menguatkan hati tapi tetap saja dia merasa nelangsa air mata juga turut mendukung keluar tanpa permisi.
Pagi menjelang Putri terbangun oleh getar alarm hp jadulnya, dia memang sudah mengatur alarm satu jam lebih cepat sebelum waktu biasa suaminya bangun, ini juga salah satu peraturan yang harus dia ingat.
Putri segera membersihkan diri setelahnya mengerjakan tugas pagi yang harus dia lakukan, menyiapkan air untuk mandi, menyiapkan pakaian kerja suaminya, dia mengerjakan dengan sangat pelan-pelan taku mengganggu tidur suaminya, Putri tersenyum miris" ini bukan istri sementara tapi lebih tepatnya pelayan sementara.
Cukup lama Putri menunggu suaminya bangun hingga matanya menangkap pergerakan dari tubuh suaminya, Satria menggeliat diam sebentar lalu duduk bersandar.
Putri yang telah melihat suaminya duduk segera menyapa"selamat pagi tuan airnya sudah saya siapkan jika anda ingin mandi"
Setelah Satria masuk kamar mandi, Putri segera turun kelantai bawah untuk mengambil sarapan suaminya, seperti penjelasan pak Du kemaren bahwa suaminya sangat jarang sarapan bersama keluarganya, pak Du tidak menjelaskan apa penyebabnya sehingga Putri tidak banyak bertanya, Putri juga tidak melihat ibu mertuanya dan ketiga adik iparnya.
"Nona ini sarapan tuan muda dan sarapan anda"
"Baik terimakasih pak Du"
Putri membawa nampan yang berisikan dua gelas jus buah dan dua sandwich.
Putri masuk kedalam kamar mendapati suaminya sudah rapi, dia meletakkan sarapan diatas meja
"Tuan silakan nikmati sarapan anda"
"Kau mau kemana"
"Saya mau membereskan bekas anda mandi"
"Tidak perlu kau kerjakan itu tugas pelayan, duduk! Makan sarapanmu"
"B_baik tuan"
Dengan takut-takut Putri duduk didepan Satria memakan sarapannya dengan menunduk,
"Kenapa menunduk kau takut terhadapku?, Saya tidak memakan manusia, setelah sarapan ikut keruang kerja"
"Baik tuan"
Selesai sarapan Putri segera mengikuti langkah kaki Satria keruangan kerjanya, dia menerka-nerka apa yang akan dikatakan suaminya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments
Elisa Nursanti Nursanti
🙂
2023-01-23
0