bab4

Begitulah Putri melewati hari harinya selama tiga bulan ini, menerima caci makian sudah seperti nasi dan sayur, bila bertemu langsung klop bersatu menyerang.

Dihina direndahkan diremehkan dipandang sebelah mata sudah jadi makanan Putri setiap kali bertemu dengan ketiga adik ipar dan ibu mertuanya.

Untung suaminya masih sedikit membela jika ketiga adiknya terlalu bersikap kurang ajar terhadap istrinya. Putri juga sudah bekerja di toko online pakaian, dia juga sudah memulai kursus menjahit, kenapa kursus menjahit karena bakat Putri di bidang desainer cukup bagus.

Hubungan Putri dan suaminya juga sudah tidak ada kecanggungan lagi, percakapan mereka sudah tidak menggunakan bahasa formal.

"Darimana kamu, kenapa baru pulang"

"Maaf mas Satria, tadi buru buru menyelesaikan tugas dari guru kursus, karena hari ini batas tugas kami harus dikumpulkan"

"Sudah makan?"

"Sudah mas Satria tadi makan bebek penyet di warung tenda pinggir jalan".

" Apa diwarung? Pulang juga masih naik ojek, Sudah sana pergi mandi, aku tidak mau kamu pulang membawa bakteri di kamarku, 

"Dasar orang kalangan atas, tidak tau nikmatnya makan di warung tenda pinggir jalan, panas panas keringat bercucuran makan sambel bebek geprek pakai tangan minumnya es teh mbok sosro hemm bakteri mah ikut antri menikmati, apa kalian para kalangan atas pernah merasakan kesejukan pagi pagi naik ojek, habis makan jengkol kita kentut pun tidak akan ada yang merasainya. Coba kalian orang kalangan atas naiknya mobil marsedesben atau apalah namanya tak tau aku, kalian kentut pasti penumpang lain saling lirik-lirikan, plotot-plototan, tutup tutupan hidung, yang terakhir jika kalian kentutnya tidak berbunyi pasti akan saling tuduh menuduh.

Kok jadi mbahas orang kalangan atas ya kita, pokoknya kita tidak selevel lah dengan kalangan atas,huh apalagi harus nahan-nahan lapar demi menjaga image, makan harus pelan , baru makan seupit aja bilangnya udah kenyang, gimana kenyang sih orang makanannya aja cuman segede jempol kaki, dicaplok sekali aja habis kok,,,, loh loh loh kok jadi terus terusan ok stop.

Selesai mandi Putri merebahkan tubuhnya di ranjang, karena seringnya terjatuh tidur di sofa Satria menyuruh istrinya tidur di ranjang sebelahnya.

"Memang mas Satria tidak ada pekerjaan kok tumben sudah rebahan dikamar", entah siapa yang memulai duluan mereka sering tidur dengan berpelukan berciuman, bahkan hubungan suami istri juga sudah beberapa kali mereka lakukan.

"Sudah beres kerjanya, hari ini lumayan capek jadi pengen peluk yang anget-anget."

Putri tidak tau perasaan suaminya terhadap dirinya,  bahkan dia juga sudah dibuat  terlena dengan kelembutan perhatian dan kepedulian suaminya, dia tidak tau mau seperti apa hubungan pernikahannya ini.

Selama tiga bulan ini Putri tidak pernah berkunjung kerumah ibunya,  ibu sendiri pun tak pernah sekalipun menanyakan kabar tentangnya.

Sampai sekarang Putri tidak tau alasanya jadi pengantin pengganti, bila dia mencoba bertanya dan mengungkit tentang pernikahan atau membicarakan saudara tirinya Fransiska , Satria selalu mengelak jawabannya hanya tunggu saja sampai dia kembali.

Hingga sesuatu terjadi pada diri putri dia merasakan sering pusing  sering mual, selalu kepengen makan buah yang asem-asem.

Putri mencoba mencari tau penyebab penyakitnya itu, dia berselancar di sosial media, betapa terkejutnya dia mengetahui fakta bahwa penyebab penyakitnya itu tanda-tanda kehamilan, hingga pagi tadi dia membeli beberapa tespek di apotik.

"Mau kemana?"

Putri yang sedang berada didalam pelukan suaminya melepaskan diri berlari keruangan ganti, dia mengambil tespeknya dari dalam tas bergegas menuju kekamar mandi dan menguncinya, dengan hati berdebar-debar dia menampung urinnya didalam wadah kecil dan mencelupkan tespek kedalamnya sesuai dari petunjuk, tidak lama kemudian munculah dua garis merah,  dengan tangan bergetar Putri mengambil tespek tersebut, dia luruh kelantai tubuhnya lemas seperti tak bertulang, dia bingung takut tidak tau apa yang harus dilakukan.

"Put! ada apa"

"Tidak apa-apa mas"

"Aku keruangan kerja mendadak ada kerjaan yang harus dilakukan"

"Iya silakan mas"

Dari dalam kamar mandi Putri mendengar langkah kaki suaminya menjauh, dia bangun mencuci muka, setelahnya dia membereskan alat tespek mencuci wadah kecil dan membuangnya ditempat sampah.

Dia menyimpan kembali tespek kedalam tasnya. Merebahkan tubuh mencoba memejamkan mata, dia tidak ingin memikirkannya dulu, dia tertidur hingga pagi hari, terbangun pagi hari dia tidak mendapati suaminya tidur disampingya, bahkan ranjang disebelahnya juga dingin.

Ketika dia sedang di kamar mandi mencuci muka dan gosok gigi dia mendengar pintu dibuka, dia segera menyelesaikan kegiatannya.

"Mas dari mana?, Kok tidak tidur di kamar"

"Memangnya semua kegiatan saya harus dilaporkan kekamu, siapa kamu sehingga harus mengetahui semua kegiatan saya"

Putri terkejut mendengar jawaban suaminya, dia berdiri mematung, tidak tau telah melakukan kesalahan apa, sehingga membuat suaminya menjadi ketus, dan sekarang menggunakan kembali bahasa formal.

Hingga suaminya berangkat bekerja dia bahkan tidak bertegur sapa dengan Putri, bahkan tadi ketika putri mau mencium tangan suaminya, tapi Satria mengabaikannya malah berlalu masuk kedalam mobil.

Karena pagi ini Putri kebanyakan melamun, menerka-nerka apa sebenarnya kesalahan dan penyebab suaminya mendadak  menjadi dingin, sehingga dia jadi kehabisan waktu, secepat kilat dia mengambil tasnya berlari menuruni tangga, dia bahkan tidak menyahuti caci makian wajib pagi ini dari ketiga adik iparnya.

Waktu terus berlalu jarum jam juga terus bergerak maju, hinga sekarang Putri dan suaminya jarang bertegur sapa, Putri kembali tidur di sofa, tak jarang pula suaminya tidak pulang kerumah. Sejauh ini putri masih menyembunyikan kehamilannya, mungkin hanya mbok ti yang menebaknya karena Putri sering minta dibikinkan sambel lutis.

Mbok ti adalah pelayan yang sudah lama berkerja dirumah ini, dialah satu-satunya orang yang bersedia berbicara layaknya manusia dengan Putri, dulu masih ada suaminya tapi sekarang setelah suaminya berubah, mbok ti lah satu-satunya. Karena sekertaris David tidak pernah lama ada di rumah ini, pagi-pagi dia datang jam tujuh jam delapan dia sudah berangkat bekerja dengan Satria, sore biasa setelah mengantar Satria pulang dan menaruh tas kerja Satria diruang kerja dia langsung pulang, jadi sangat jarang dia berinteraksi dengan Putri.

Hingga suatu sore ketika Putri sedang naik ojek sepulang dari kursus, Putri melihat suaminya tengah menggandeng mesra saudara tirinya, rupanya Fransiska telah kembali, Putri jadi linglung hingga abang ojek memanggilnya berkali-kali, mengatakan sudah sampai barulah Putri tersadar.

Kenapa suaminya tidak mau mengatakan yang sebenarnya, kenapa suaminya malah mendiamkanya, sehingga dirinya tidak perlu merasakan nyeri dihati seperti ini, tapi dia menyadari semua ini kesalahannya sendiri, dia sendiri yang terlena, dia sendiri yang tidak bisa menjaga hatinya dan menguci rapat-rapat.

Dan hari yang dulu ditunggu-tunggunya pun tiba, Satria menyodorkan berkas perceraian.

"Tanda tanganlah disini, jangan kawatir kamu akan tetap mendapatkan kompensasinya, nanti David yang akan mengurus semuanya".

"Baik terimakasih Tuan"

Dengan tersenyum Putri menandatangi barkas perceraian itu walaupun bibir dan tangannya bergetar.

Terpopuler

Comments

Elisa Nursanti Nursanti

Elisa Nursanti Nursanti

😤

2023-01-23

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!