...🔥🔥🔥...
Prayoga mengerut kan keningnya, "Apa apaan ini! Aku kan sudah memintanya untuk menunggu ku!" Gumam Prayoga, dengan tatapan kecewa pada sosok Pricil.
Prayoga merangkak naik ke atas kasur dengan perlahan. Ia memiringkan tubuhnya, menatap wajah Pricil dengan bertumpu pada satu tangannya Prayoga sebagai penyanggah.
Satu tangan Prayoga terulur, menyingkirkan anak rambut yang menutupi wajah cantik Pricil.
"Tampaknya kau sangat lelah sayang, tidur lah. Aku tidak akan mengusik tidur mu!" Prayoga mengecup bibir Pricil.
"Selamat tidur sayang, mimpikan aku ya sayang ku!" Prayoga berbisik di telinga Pricil, lalu mendaratkan satu tangannya pada perut Pricil.
Dreeet dreeet dreeet.
Prayoga yang baru saja ingin memejamkan matanya, sudah terusik kembali dengan suara dering hapenya yang ada di atas nakas.
Prayoga mengerutkan keningnya, karena Stella yang ternyata menelponnya.
"Ternyata bukan Bella, melainkan Stella... mau apa wanita ini menghubungi ku!" Gumam Prayoga.
Prayoga beranjak turun dari atas kasur, berjalan menuju ruang depan yang terdapat sofa tamu.
Prayoga menyandarkan punggung nya, saat dirinya sudah mendarat kan tubuhnya di atas sofa.
"Ada apa kau mengganggu ku?" Tanya Prayoga pada orang yang menghubunginya.
[ "Jangan galak galak gitu dong sayang, apa kau ke sepian? Butuh teman untuk tidur?" ] Suara manja terdengar dari sebrang telpon.
Prayoga mengerutkan keningnya, "Apa maksud mu, Stella?"
[ "Ayo lah sayang, pasti istri baru mu itu sudah terlelap, apa kau tidak ingin aku menghangatkan ranjang mu? Ranjang ku, butuh diri mu, sayang!" ] Suara Stella terdengar mendayu dayu, berusaha menggoda dan meruntuhkan keteguhan Prayoga.
"Aku tidak bisa meninggalkan nya seorang diri! Bagai mana kalo istri ku terbangun? Dan tidak mendapati ku di sisinya! Aku harus jawab apa?" Prayoga tampak tergoda dengan bujukan Stella.
[ "Kamu tenang saja sayang, istri mu itu akan bangun esok pagi. Kamu bisa kembali sebelum ia bangun!" ] Stella meyakinkan Prayoga.
"Bagai mana jika Pricil bangun tengah malam?" Prayoga melihat ke arah tempat tidur, dari ke jauhan ia melihat Pricil yang tampak nyenyak dalam tidurnya. Wanita yang baru saja resmi menjadi istrinya.
[ "Kau meragukan ku, sayang? Istri mu itu tidak akan bangun sampai besok pagi, datang lah ke kamar ku, nomor 111 lantai 3. Aku akan menjelaskan nya jika kau sudah ada di sini!" ]
Stella memutuskan sambungan teleponnya.
"Halo, Stella! Kau tidak bisa---" Sialll wanita itu memutuskan sambungan teleponnya.
Prayoga menaruh hapenya di atas meja, ia beranjak melangkah ke arah lemari yang ada di kamar.
Ia mengeluarkan mantal panjang berwarna hitam dari dalam lemari, lalu mengenakannya, menutupi piyama yang ia kenakan.
Prayoga melirik Pricil untuk sesaat, "Maaf sayang, aku harus meninggalkan mu! Tapi kamu jangan khawatir, sebelum kamu bangun, aku sudah ada di sisi mu!"
Prayoga melangkah ke luar dari kamar tempat ia bermalam dengan Pricil, dengan langkah yang pasti. Ia memasuki lift, menuju lantai di mana Stella sudah menunggunya.
Prayoga tampak tenang, melihat tombol angka pada kotak besi. Menunggu sampai ia tiba di lantai yang menjadi tujuannya kini.
Ting.
Prayoga melangkah ke luar dari lift, apa yang di rencanakan Stella kali ini!
Ceklek.
Stella membuka pintu kamar hotel, sebelum Prayoga mengetuk pintu nya.
"Kamu sudah datang, sayang!" Ucap Stella dengan gerakan bibir nya yang sensualll, menggoda pria yang berdiri mematung di depan pintu kamar hotelnya.
Wanita dengan gaun tidur berwarna hitam yang transparan, memperlihat kan bentuk lekuk tubuhnya. Menyambut Prayoga yang terkesima dengan pemandangan indah di matanya. Dengan senyum yang merekah, menghiasi bibirnya yang berwarna merah nyala.
Di sebrang kamar lain, yang hanya berjarak 2 kamar dari Prayoga berpijak, tampak Alex mengerutkan keningnya menatap ke arah Prayoga.
Prayoga tampak takjub dengan wanita yang kini menyambutnya. Hingga tidak menyadari jika ada sepasang mata yang tengah mengawasinya.
"Wow! Rupanya kamu sudah mempersiapkan ini semua, honey?" Tanya Prayoga dengan tatapan matanya yang nakal.
"Tentu saja! Apa pun akan aku lakukan untuk dapat bersama dengan mu, sayang!" Ucap Stella dengan tangannya yang bergerak liar di dada Prayoga.
Sreeeek.
Brak.
Stella menarikkk masuk tubuh Prayoga dan membanting pintu, lalu mengunci pintu kamarnya.
Prayoga melepasss kan hasrattt nya pada Stella, melupakan Pricil untuk sesaat.
Dari jarak yang cukup dekat, Alex tampak syok dengan apa yang baru saja ia lihat.
"Itu Yoga kan? Mau apa Yoga di kamar itu? Bukan kah harusnya Yoga bersama dengan Pricil? Lalu di mana Pricil?" Beberapa pertanyaan berkeliaran di kepala Alex.
Alex mengurungkan niatnya untuk turun ke lantai bawah, setelah matanya menangkap sosok yang ia kenal, tengah berada tidak jauh dari kamar hotel yang ia tempati.
Di dalam kamar hotelnya, Alex di buat tidak tenang. Di tangannya kini tengah menggenggammm hapenya. Siap mendeal nomor Pricil.
"Apa aku harus menghubunginya? Menanyakan di mana ke beradaan suaminya? Tidak, aku tidak boleh ikut campur, bisa saja Pricil tahu jika Yoga bertemu dengan teman wanitanya, atau itu salah satu kerabatnya. Aku juga tadi tidak melihat wanita itu dengan jelas kan?" Alex menyimpan kembali, hapenya di atas nakas yang ada di samping tempat tidurnya.
Alex merebahkan tubuhnya di atas kasur. Menatap langit langit kamar nya.
Coba saja aku bisa lebih cepat kembali ke Indonesia. Mungkin aku masih bisa memiliki mu, Pricil. Gadis manis, teman seperjuangan ku di masa bangku menengah atas. Aku merindukan hari hari, di mana ada canda tawa antara kamu dan aku, Pricil.
...🍂Beberapa jam kemudian🍂...
Pricil mengerjap kan ke dua matanya, saat cahaya matahari menerobosss masuk ke dalam kamarnya, lewat jendela yang tirainya di buka oleh Yoga.
Pricil menutupi matanya dengan punggung tangannya, "Silau sekali!" Gumamnya dengan suara nya yang baru bangun tidur.
"Morning, sayang!" Seru Prayoga dengan senyum yang mengembang di bibirnya.
Pricil bangkit dari tidurnya dan terduduk, "Ini sudah jam berapa, sayang?" Tanyanya dengan mata yang berusaha ia buka.
"Jam 7 sayang! Ayo bangun, kita bisa melewatkan sarapan!" Ucap Prayoga dengan berdiri di depan cermin, tanganya menyugar rambutnya yang tampak masih basahhh.
Pricil turun dari tempat tidur, berlari kecil untuk menghampiri Prayoga.
Bugh.
Pricil memeluk tubuh Prayoga dari belakang, ke dua tangannya melingkar di perut Prayoga, pipi kanan Pricil menempel pada punggung pria yang kini menjadi suaminya, Prayoga.
"Maaf kan aku, sayang. Semalam aku jadi melewatkan malam pertama kita!" Ujar Pricil dengan lirih, raut wajah bersalah.
Prayoga menggenggammm jemari Pricil, "Tidak masalah, aku tahu kamu pasti lelah." Prayoga membalik kan tubuhnya, hingga ke duanya saling berhadapan.
Pricil mengadahkan wajahnya, menatap wajah Prayoga. "Aku benar benar menyesal sayang, maaf. Aku mengecewakan mu, di malam pertama pernikahan kita!"
Prayoga menangkup wajah Pricil dengan ke dua tangannya, "Aku tidak masalah, sayang!"
"Aku benar benar mengantuk, setelah meminum itu!" Pricil mengarahkan jari telunjuk kanannya, pada sebuah gelas yang ada di atas nakas bagian sisi ia tidur.
Prayoga menyeringai menatap gelas yang di tunjuk Pricil, jelas saja. Karena minuman yang kamu minum itu, sudah ada obat tidur nya! Benar benar cerdik kamu Stella.
"Aku rasa ada yang salah dengan minuman itu, sayang!" Pricil memeluk tubuh Prayoga.
Bersambung...
...🔥🔥🔥🔥...
Bermula dari ke gabutan menjadi tulisan.
Jangan lupa like dan komen 🤭
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 22 Episodes
Comments
TK
kopi untuk othor yang selalu semangat ✍️
2023-02-06
1
NNM
🌹mawarku untuk mu
2023-01-30
1
Ara Aulia
org ada obatnya, y u jadi ngantuk. coba jangan d minum
2023-01-06
1