...🔥🔥🔥...
"Bagai mana bisa anda kenal dengan istri saya?" Tanya Prayoga dengan sinis.
"Kami dulu teman saat di sekolah menengah atas. Iya kan Pricil?" Ujar Alex dengan menyunggingkan senyum pada Pricil, ke dua matanya berbinar.
"Iya, dulu kamu itu ketua OSIS, murid paling pandai di sekolah." Ucap Pricil mengingat kembali bagai mana Alex dulu.
"Kamu juga pandai, mengharum kan nama sekolah dengan prestasi yang kamu raih, membawa pulang mendali emas saat olimpiade matematika." Terang Alex, mengingat prestasi yang di raih Pricil di kala masih sekolah dulu.
"Dan kamu membawa pulang mendali emas, dalam olimpiade bahasa Inggris." Terang Pricil dengan ke dua matanya yang berbinar.
"Waw sepertinya kalian sangat dekat ya saat itu? Tapi saat ini! Pricil hanya akan dekat dengan ku!" Terang Prayoga dengan semakin menempelll kan tubuh Pricil padanya.
"Tentu saja, karena kamu saat ini adalah pasangan Pricil, tentu kalian akan dekat, teman sehidup semati. Bukan begitu Pricil?" Ucap Alex.
Prayoga mengerutkan keningnya, mendengar apa yang di ucapkan Alex.
"Wah sepertinya ada perbincangan serius di antara kalian? Ayo Bayu, kita harus melimpir dari sini!" Ujar Bowo dengan menepuk lengan sahabatnya Bayu.
"Kami melimpir dulu ya, bro! Pricil, kau harus menjaga baik baik sahabat ku ini, ok!" Ujar Bayu.
"Kalian kenapa tidak tinggal saja di sini?" Tanya Pricil, namun hanya lambaian tangan yang di berikan Bayu.
Alex, Prayoga dan Pricil akhirnya berbicara panjang lebar, entah apa saja yang mereka bahas. Membuat Prayoga merasa tidak nyaman dengan ke hadiran Alex.
Beberapa jam kemudian.
Matahari merangkak meninggalkan langit yang cerah di siang hari, berganti dengan bulan dan bintang yang kini menghiasi langit malam.
Prayoga dan Pricil memasuki salah satu kamar hotel, ruang sweet room yang di hias dengan sedemikian rupa. Tampak romantis untuk pasangan yang baru saja menyandang status suami istri. Setelah pagi tadi mengucap janji suci.
Pricil mendudukan dirinya, dengan menghadap cermin yang terdapat pada meja rias.
Ia melepaskan aksesoris yang terdapat di atas kepalanya. Dengan jantung yang berdegup kencang.
Pricil melirikkan ke dua matanya pada Prayoga, yang tengah duduk di tepian kasur.
Astaga, aku tidak menyangka jika malam ini adalah malam pertama ku dengan Yoga. Apa yang harus aku lakukan ya? Aduh, mana susah lagi ini! Aku harus bagai mana ini! Ini tidak mau terlepasss dari rambut ku!
Pricil ke sulitan, untuk melepasss salah satu aksesoris yang menghiasi rambutnya.
Prayoga melepasss jam rolex yang melingkar di pergelangan tangan kirinya, aku rasa Alex Ferguson itu menaruh hati pada Pricil.
"Aiiihhh kenapa ini sulit sekali!" Gumam Pricil.
"Apanya yang sulit, sayang?" Tanya Prayoga dengan beranjak untuk menghampiri Pricil.
"Ah ini, kenapa sulit sekali, aku tidak bisa melepasss nya!" Pricil mengarahkan tangannya pada aksesoris yang masih menempelll pada rambutnya.
Prayoga menarih jam rolex milikinya di atas meja, bersama dengan aksesoris lainnya yang sudah berhasil di lepasss Pricil.
"Biar ku bantu lepasss kan!" Dengan perlahan, Prayoga melepasss kan aksesoris yang melekat di rambut Pricil.
"Emmm maaf merepotkan mu, Yoga!" Pricil merasa malu dengan Prayoga, aduh ada apa ini? Apa aku sakit? Jantung ku tidak karuan begini! Tapi kenapa Yoga hari ini begitu tampan.
Deg deg deg deg.
Prayoga menatap Pricil lewat pantulan cermin yang ada di hadapannya dengan lekat, apa Pricil sedang gugup?
Prayoga mengendurkan dasi yang melilit di kerah kemeja putih nya.
"Tidak usah gugup, sayang!" Prayoga menurunkan resleting gaun pengantin yang berada di punggung Pricil.
"A- aku tidak gugup. I- iya... siapa bilang aku gugup, aku bisa saja." Kilah Pricil dengan pipi yang merona.
"Baik lah, aku percaya kamu tidak gugup!" Jemari Prayoga menyusuri punggung Pricil yang tampak putih mulusss tanpa celah.
"Aku akan mandi dulu! Tubuh ku lengkettt!" Pricil langsung beranjak dari duduknya, dan berlari ke arah kamar mandi.
Prayoga menyeringai, kamu tidak akan pernah bisa lari dari ku, sayang!
Prayoga melepasss jas dan kemeja yang melekat pada tubuh nya, ia juga menanggalkan celana yang ia kenakan, hanya menyisakan celana boxser yang menutupi bagian tubuh bawahnya.
Dreeet dreeet dreeet.
Prayoga menajamkan matanya pada nakas kecil yang terdapat di sisi kasur bagian kanan.
Prayoga mengerutkan keningnya, membuang nafasnya dengan kasar.
Ia membuka pesan chat, yang di kirimkan oleh wanita lain yang ada di hatinya.
"Beb, kau membuat ku menunggu lama! Apa kau ingin memaksaaa ku, untuk mengetuk pintu kamar mu! Meminta izin pada istri mu!"
..."Jangan mempersulit posisi ku, Bella! Apa pun akan aku berikan untuk mu, tapi tidak untuk malam ini!" Balas Prayoga....
"Apa pun yang aku inginkan? Biarkan aku ikut serta dalam perjalanan mu dalam bulan madu itu, cukup setimpal kan untuk ku yang sudah kau buat kecewa, beb!"
..."Baik lah."...
"Kekasih ku memang yang paling the best, aku cinta pada mu, beb! Muuuach. Selamat menikmatiii malam pertama mu, beb!"
Tok tok tok.
"Pelayanan kamar, Tuan!" Ujar pria yang mengetuk pintu di depan kamar Prayoga.
Prayoga menyimpan kembali hapenya di atas nakas.
"Kali ini siapa lagi yang mengganggu! Tidak mungkin Bella kan!" Gumam Prayoga.
Ceklek.
"Maaf Tuan, saya sudah mengganggu waktu istirahat Tuan. Saya hanya ingin memberikan ini!" Pelayanan hotel menyodorkan nampan yang berisi dua gelas minuman, entah apa isinya.
Prayoga mengerutkan keningnya, "Apa ini? Aku tidak memesan apa pun!"
"Ini salah satu bagian dari pelayanan Tuan, hak istimewa karena Tuan sudah menginap di sweet room, Tuan juga salah satu tamu istimewa di hotel ini." Ucap pelayan dengan ramah, mencoba untuk meyakinkan Prayoga dengan apa yang ia katakan.
"Bawa masuk!" Prayoga memberi perintah pada prlayan hotel dengan gerakan kepalanya, pelayan itu pun masuk dan menaruhnya di atas meja.
"Kalo begitu saya permisi, Tuan! Selamat menikmati malam anda!" Ucapnya yang lantas ke kuar dari kamar Prayoga.
Prayoga mengunci pintu kamarnya. Berharap kali ini tidak akan ada lagi yang menggangu malam pertamanya bersama dengan Pricil.
Pricil menyembulkan kepalanya dari pintu kamar mandi, "Yoga! Bisa tolong ambilkan aku handuk!"
"Kenapa? Kamu lupa dengan handuk mu?" Tanya Prayoga yang melangkah mendekat ke arah kamar mandi.
Pricil menganggukkan kepalanya dengan cepat, membenarkan perkataan Prayoga.
"Untuk apa malu, kita ini kan sudah menikah!" Prayoga tersenyum nakal pada Pricil.
"Tapi kan aku malu, Yoga!"
Bukannya mengambilkan handuk, Prayoga membuka pintu kamar mandi dan mendorong Pricil masuk kembali ke dalam kamar mandi.
"Aku sudah mandi Yoga! Aku ingin ke luar!" Ucap Pricil.
Grap.
Prayoga memeluk tubuh Pricil.
"Yoga! Kamu mandi dulu aja! Emang gak cape? Gak lelah gitu?" Pricil memainkan alisnya naik turun.
Bukannya menjawab, Prayoga justru melumattt bibir pricil yang ramun. Lidahnya menerobosss masuk ke dalam mulut Pricil, membelittt lidah Pricil hingga wanita ini memukulll mukulll dada bidang Prayoga saat Pricil hampir ke habisan nafas.
Prayoga melepasss kan pagutannn nya dan membiarkan Pricil ke luar dari dalam kamar mandi.
Brak.
Pricil menutup pintu kamar mandi dengan keras. Membuat Prayoga berjingkat kaget, "Dasarrr wanita!"
Prayoga membersihkan dirinya di dalam kamar mandi untuk beberapa saat.
Prayoga mengendap endap, melangkah ke arah ranjang untuk melihat apa yang sedang di lakukan Pricil.
Prayoga mengerut kan keningnya, "Apa apaan ini! Aku kan sudah memintanya untuk menunggu ku!" Gumam Prayoga dengan tatapan kecewa pada sosok Pricil.
Bersambung...
...🔥🔥🔥🔥...
Bermula dari ke gabutan menjadi tulisan.
Jangan lupa like dan komen 🤭🤭
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 22 Episodes
Comments
Fitray Uni
panass
2023-12-03
1
Rina_Ibnu_Hajar
hahaha kaget ya
2023-07-10
1
Embun Kesiangan
😳😷😷😷🏃🏃🏃
2023-02-08
1