Mengunci Pintu Kamar

Mengunci Pintu Kamar

Loran dan Lido saling berpandangan tanpa komentar apa pun, mereka mengedikkan bahu sambil berjalan ke dapur. Mereka harus memasak hasil buruan mereka hari itu.

Kedua sahabat saling bercakap-cakap. Loran lebih dulu bicara mengomentari sikap Lexi, yang mengurung diri di kamarnya dengan seorang wanita.

“Cih! Lihat petani itu, sudah tidak cinta lagi dengan parang dan cangkul rupanya, dia sekarang sudah punya wanita! Apa kau tahu apa yang akan dilakukannya pada wanita buluk itu?”

“Aku tidak yakin!” sahut Lodi, “Yang aku lihat, dia sama sekali tidak bernafsu tapi entah apa yang ingin dia lakukan pada wanita itu, mengapa pula harus mengunci diri di dalam kamar? Kalau memang tidak ingin menggaulinya sekarang juga?”

“Kita tidak pernah melihatnya peduli pada orang lain seperti itu kan, apa kau berpikiran sama denganku?”

“Apa yang kau pikirkan?” Tanya Lido sambil mengiris daging rusa hasil buruannya.

“Mungkin, telah terjadi sesuatu di antara mereka di dalam hutan sana, sebelum kita menemukannya tadi.”

“Ya. Sepertinya kau benar Aku hanya berharap, yang terjadi di antara mereka adalah kebaikan untuk sahabat kita!”

Lebih dari satu jam setelah Lexi mengunci pintu kamarnya, ia hanya tidak ingin kedua sahabatnya berbuat macam-macam pada Lela hingga ia mengunci kamar tidurnya agar aman.

Nyatanya, di mata Loran dan Lido, tidak ada yang terjadi dengan gadis itu, setelah lebih dari satu jam lamanya. Lela masih tergolek lemas dalam keadaan yang sama. Yang tampak berbeda justru Lexi, karena dia sudah selesai mandi dan mengganti pakaiannya.

Pria itu tampak segar dengan rambut tebalnya yang basah disisir rapi ke belakang, kaos premium warna hitam, melekat sempurna di badannya. Memperlihatkan bentuk dada bidang dan tulang punggungnya yang kuat, menampilkan otot lengannya yang menarik, serta bagian perut yang rata. Ia memakai sabuk berbentuk kotak di bagian depan pinggangnya, untuk menahan celana jeans longgar yang menutupi pahanya yang kokoh.

Lexi duduk di sofa seorang diri, mengabaikan kegaduhan di tenda yang berdiri di luar rumahnya, tenda itu ramai diisi oleh kerabat dan teman-temannya. Mereka tampak sedang menikmati binatang hasil buruannya, dengan menyalakan api unggun yang cukup besar.

“Kau mau makan? Kami sudah membuat daging panggang untukmu, kau tahu? Lodi berhasil melenyapkan nyawa anak rusa!” kata Loran sambil duduk di hadapan Lexi, ia belum melepaskan celemek yang ada di pinggangnya.

Lexi menggelengkan kepalanya, ia melihat jam di tangannya, karena sedang menunggu seseorang.

Ia bersandar di sofa itu dengan melebarkan kedua pahanya, sambil melakukan panggilan. Dari pembicaraan itu, ia meminta seorang wanita, untuk datang dan ingin membicarakan tentang Lela dengannya.

“Kau menghubungi madam Lulu?” tanya Loran lagi setelah Lexi selesai melakukan panggilan melalui teleponnya.

“Ya.”

“Untuk apa? Apa untuk wanita itu?” tanya Loran, ia tahu kalau berbicara dengan Lexi maka lawan bicaranyalah, yang harus lebih aktif untuk memancingnya berkata.

Itu pun harus langsung pada intinya sebab Lexi, jarang menjawab pertanyaan yang sifatnya penjelasan. Ia hanya merespon pertanyaan yang membutuhkan jawaban ya atau tidak saja.

“Ya.”

“Apa kau menyukainya?”

“Tidak!”

“Lalu, untuk apa? Dia gadis yang tidak akan disukai Madam, kau tahu wanita seperti apa dia, kan?”

Lexi diam. Iya memang tidak menyukai gadis itu, tetapi apa yang sudah ia lakukan di hutan dan kamar tadi, sungguh membuatnya merasa berhutang budi. Ia merasakan kenikmatan saat menggaulinya. Padahal gadis itu sedang tidak sadarkan diri. Bahkan, ia terkejut ketika mengetahui bahwa dirinyalah orang yang pertama melakukannya pada Lela.

Berulang kali ia mengutuk diri sendiri setelah selesai dan memuaskan gejolak kelelakiannya. Sungguh gadis itu begitu memikat setelah seluruh pakaiannya terbuka. Memang ia terlihat kurus, tetapi Lela memiliki beberapa bagian yang montok serta memikat hasratnya.

Bahkan ia tidak henti-hentinya mengusap pinggulnya yang padat, saat memasangkan kembali pakaian Lela hingga nampak seperti semula.

“Dia butuh pertolongan ...,” kata Lexi setelah menelan ludahnya kasar demi mengusir rasa bersalahnya. Ucapannya itu, membuat Loran membelalakkan mata karena mendengar Lexi akhirnya bicara.

“Pertolongan seperti apa maksudmu? Bolehkah aku tahu?”

“Ya, dia kabur dari penjara, aku ingin penampilannya berubah, agar tidak terlihat seperti Lela.”

“Apa?” Loran sangat terkejut, dan kembali berkata dan kembali berkata, “Siapa Lela, apa nama gadis itu?”

“Ya.”

“Kau tahu, sudah melibatkan dirimu dalam hal apa? Kalau memang ingin merubah penampilan gadis itu, berarti kau sudah siap dengan segala risikonya!”

“Ya.”

“Lexi! Aku tidak menyangka kau diam-diam mau melibatkan dirimu dalam hal berbahaya seperti ini? Kalau kau ketahuan menyembunyikan gadis itu, apa kau siap dirimu dan keluargamu serta semua usahamu hancur begitu saja?”

Lexi diam, tampak berpikir apakah akan menuruti Loran atau menuruti kata hatinya untuk menolong gadis itu, menyamarkan identitas diri agar pelariannya dari penjara benar-benar sukses.

“Ah masa bodoh!” pikirnya.

Tak lama berselang dari pembicaraan mereka, seorang wanita gemuk dengan penampilan modis dan perhiasan yang glamor memenuhi tubuhnya, datang mengetuk pintu. Ia bersama dengan seorang kerabat Lexi, yang mengenal Lulu dengan baik.

“Hai Lexi, aku sampai terkejut kau memanggilku, sepertinya kau mendapat mangsa besar kali ini, aku ingin ikut menggigitnya bukankah begitu Lind?” kata Lulu, pada kerabat Lexi yang kebetulan ikut berkemah dan berburu bersama Lexsi tadi.

Seorang pria yang dipanggil Lind oleh Lulu itu mengangguk, ia tersenyum dan segera pergi, setelah mendapatkan tatapan setajam pedang dari kedua mata coklat Lexsi. Sepasang mata yang hanya hangat ketika memandang hasil panen perkebunannya, selain itu tidak ada yang menarik baginya.

“Tinggalkan kami berdua!” kata Lexi sambil menegakkan punggung, sementara Lulu sudah duduk dengan manis di hadapannya.

“Kenapa hanya berdua? Aku sudah membawa dua anak buah, untuk bersiap-siap ... siapa tahu teman-temanmu pun ingin di makeover bersamamu, Lex!” timpal Lulu, sambil tertawa kecil.

Ia membayangkan betapa luar biasanya laki-laki seperti Lexi, setelah diubah penampilannya, memang seperti itulah profesi Lulu selama ini.

Lulu tahu jika Lexi bukanlah pria pesolek dan tidak suka berpenampilan resmi, seperti memakai jas dan dasi. Oleh karena itu, akan ia dandani layaknya seorang presiden direktur, yang sering ia lihat di drama televisi.

Lexi seorang pria yang tidak banyak bergaul dengan sesamanya kecuali Loran dan Lido. Ada satu lagi temannya yang berprofesi sebagai seorang dokter. Namun, ia tidak ikut hadir kali ini karena memiliki jadwal yang padat untuk operasi. Meskipun begitu, Leimena tetap meminta bagian daging yang sudah dipanggang dari teman-temannya.

“Bukan aku yang harus kamu make over!” kata Lexi to the point.

“Lalu, siapa dia?” tanya dulu penasaran.

“Dia ada di kamarku, ayo!”

Lexi mengajak Lulu ke kamarnya dan melihat gadis kurus kering dan berkulit kusam, serta rambut yang acak-acakan itu sudah membuka matanya secara perlahan. Sekarang, sudah lewat beberapa jam jadi, wajar kalau dia mulai tersadar dari obat bius yang ditembakkan oleh Lexsi, saat berada di hutan tadi.

“Kau mendapatkan mangsa seperti ini dari mana?” tanya Lulu sambil mencibir kepadanya. Ia tahu Lexi menyukai berburu.

❤️❤️❤️

Terpopuler

Comments

Matoa

Matoa

ini laki jahat bener dah... udah ditolong malah nyolong...

2023-01-23

2

◌ᷟ⑅⃝ͩ●⍣క🎸BuNdAιиɑ͜͡✦●⑅⃝ᷟ◌ͩ

◌ᷟ⑅⃝ͩ●⍣క🎸BuNdAιиɑ͜͡✦●⑅⃝ᷟ◌ͩ

lexi melakukannya saat lela pingsan. tega ish...

2023-01-04

16

Noviana Lestari𖣤᭄

Noviana Lestari𖣤᭄

lexi tega bgt sama lela udah dak sadar mlh cari kesempatan

2022-12-29

24

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!