Disekap
Lexsi membawa tubuh Lela yang sudah lemas dalam gendongannya, sedangkan gadis itu masih berada antara sadar dan tidak, ketika ia merasakan dirinya melayang dan bergerak. Setelah itu ia benar-benar tidak tahu lagi apa yang terjadi
Dalam suasana hutan yang tidak terlalu lebat itu, Lexsi berjalan mengikuti instingnya seperti saat ia berjalan ke sembarang arah, dan akhirnya menemukan sebuah rumah kecil. Ia berniat untuk meminta pertolongan untuk menunjukkan arah apabila di dalam rumah itu ada seseorang. Namun, ia justru melihat ular dan juga bertemu dengan Lela hampir dalam waktu yang bersamaan.
Lexsi adalah seorang tuan muda dari keluarga kaya raya dan terpandang di pusat kota, tetapi ia lebih memilih berada di pinggiran desa dan menggeluti pekerjaan kasar. Berburu adalah kesukaannya yang sering ia lakukan, ketika mengisi waktu senggang di sela-sela kesibukannya mengurus kebun dan peternakan.
Semua kebun dan kandang sapi yang dimilikinya, berdiri di tanah seluas puluhan hektar miliknya. Semua hasil dari peternakan serta pertanian itu pun dikelola pula oleh perusahaannya sendiri.
Beberapa hari yang lalu, ia kedatangan beberapa tamu yang tidak diundang, dari beberapa kerabatnya. Padahal Ia sendiri tengah bersenang-senang dengan sahabatnya, Lido dan Loran.
Para kerabatnya itu sengaja mengajak teman-teman mereka, hingga suasana rumah pribadinya yang sederhana pun menjadi begitu ramai. Mereka yang berniat mengajaknya untuk berpetualang dan mendirikan tenda, karena rumah milik Lexsi tidak akan cukup, untuk menampung jumlah total mereka yang lebih dari sepuluh orang.
Saat sedang menunggu mendirikan tenda, Lexsi dan teman-teman yang lain memasak. Namun, ia tidak tahu mengapa tiba-tiba tertidur padahal tidak terlalu lelah.
Saat terbangun, iya tidak menyadari jika ponsel dan GPS manual miliknya yang sering ia gunakan jika tidak ada sinyal, sudah tidak ada di dalam tasnya. Lalu, tanpa Lexsi sadari ia berjalan hingga sampai ke tengah hutan sendiri. Ia terpisah dari rombongan dan juga dua orang sahabatnya.
Ketika ia memeriksa isi tasnya, ternyata ponselnya sudah tidak ada bukan hanya itu, dompet dan seluruh isinya pun raib. Ia belum bisa menemukan tentang siapa yang mengambil di antara saudaranya itu. Tidak mungkin benda itu akan hilang atau keluar dari dalam tas dengan sendirinya.
Sesampainya di alam terbuka, Lexsi merebahkan Lela di atas rumput, ia akan membawa gadis itu pulang biar bagaimanapun caranya. Ia melihat sekitar untuk meminta bantuan atau orang yang bisa memberi pertolongan, hingga tak lama setelah dirinya diam saja, terdengar suara seorang memanggil namanya.
“Lexi! Di mana kau?” kata suara itu dari jauh dan terdengar berulang-ulang.
Lexi hanya mengeluarkan senapan anginnya dan menembakkannya ke udara, mewakili suaranya, yang sepertinya terlalu sayang untuk bicara.
“Jadi, kau dari tadi di sini?” Loran bertanya dengan suara tersengal dan nafas yang terengah-engah. Ia setengah berlari menghampiri lokasi di mana tembakan itu berasal. Keringat panas membanjiri keningnya dan ia begitu kesal melihat Lexsi di hadapannya. Pria itu terlihat tenang-tenang saja, padahal ia sudah setengah mati serta bingung mencarinya.
Lexsi hanya mengangguk tidak mengucapkan sepatah kata pun.
“Sialan kau, Lex! Ah, kami dari tadi mencarimu dan kau hanya tenang-tenang saja di sini?”
“Kau yang sialan! Aku tidak tenang tahu!” tapi ucapan itu hanya keluar dari dalam benaknya tidak dari bibir Lexsi yang sepertinya sulit untuk terbuka.
“Siapa dia?” tanya loran melihat Lela yang tergeletak di dekat kaki Lexsi.
Lagi-lagi pria itu tidak menjawab dan melirik Lela sekilas, ia hanya mengisyaratkan dengan mengangkat kedua bahunya tanpa bicara.
“Kau akan membawanya pulang bukan?” Loren bertanya lagi, karena penasaran. Ia berjongkok untuk meneliti wajah Lela sambil mengerutkan kening. Dia pikir kenapa wanita seperti itu akan dibawa sahabatnya pulang, dia bahkan tidak enak dipandang apalagi untuk dimakan.
Namun, kali ini Lexsi mengangguk. Dia pun berkata, “Bawa kendaraanku kemari!”
“Cih! Kau ini bicara saat pemerintah saja, tapi, baguslah daripada kau memerintah dengan isyarat ataupun dengan tanganmu itu lebih menyakitkan, tahu! Kau kira aku ini bisu?”
Loran segera pergi tanpa menunggu perintah dua kali dan meninggalkan Lexsi serta Lela, sementara teman-teman lainnya mulai mendekat ke arahnya.
“Katakan padaku, siapa yang sudah mengambil ponsel dari dalam tasku!” Lexi berkata, setelah sepuluh orang berkumpul termasuk sahabatnya Lido.
Semua orang menatap Lexsi heran, tidak ada yang tahu di mana ponsel itu berada.
“Kenapa kalian tidak bicara jujur aku tidak akan membunuh, kalau kalian memang menginginkannya, ambillah! Tapi, jangan kalian ambil kartu identitasnya juga!” ujar Lexsi, sambil menatap semua orang yang ada di sekitarnya satu persatu.
Di antara sepuluh orang itu belum ada yang mau mengakui apa pun, dan hanya berpandangan satu sama lain dengan wajah penuh tanda tanya. Saat itu pula, mobil Jeep yang diminta oleh Lexsi sudah berhenti di hadapan mereka.
Tanpa menunggu jawaban, Lexsi segera mengangkat kembali tubuh Lela dan mendudukkannya di atas salah satu kursi mobil, lalu meningkatkan sabuk pengaman padanya. Setelah itu ia pun duduk pula di sebelah Lela, menjaga agar saat kendaraan bergerak, gadis itu tetap nyaman berada di tempatnya.
Lido pun menyusul naik ke atas mobil Jeep, karena memang kendaraan itulah yang digunakan oleh mereka bertiga, sedangkan sepuluh orang lain dari kerabat Lexsi, mengendarai mobil yang berbeda.
“Akan kau jadikan apa gadis itu setelah sampai di rumah, Lex?” Tanya Loran, saat di tengah-tengah perjalanan mereka, “Jadi, kuda tunggangan atau daging panggang?”
Loran da Lido tertawa bersama, tapi tidak dengan Lexsi.
“Apa seperti ini seleramu Lex?" tanya Lido sambil melirik Lexsi.yang duduk di samping gadis tidak berdaya itu.
Sementara orang yang ditanya hanya menatap lurus ke depan tidak merespon ataupun menanggapi. Ia seolah tidak mendengar apa pun yang dibicarakan kedua sahabat yang duduk berdampingan di kursi depan, termasuk beberapa komentar menggelikan yang mereka lontarkan sepanjang perjalanan.
“Kau tahu, Lid, dia tidak akan mencincang daging buruan tapi mencicipi kenikmatan daging di antara dua paha manusia!”
“Kau akan beradu dengan tulang, bukan dengan dagingnya, Loran, aku berani pastikan itu!”
“Jangan bercanda Lido, daging beradu daging tidak membutuhkan tulang, hanya membutuhkan darah segar!”
“Apa kau butuh cinta untuk darah yang mengalir hingga mengeraskan milikmu, Lor?”
“Tidak Lido ... aku hanya butuh hasrat membara yang bisa memanaskan tungku diotak lalu, aku bisa melakukannya sambil terpejam!”
“Sudahlah Lor!” kata Lido sambil menahan perutnya karena sedari tadi ia terus tergelak dengan lelucon yang mengocok perutnya, tapi orang yang jadikan bahan bercanda tetap saja diam.
“Kau tidak akan membuat telinga Lexsi panas walaupun kau berubah menjadi Mr Bean, lihat dia tersenyum saja tidak! Tapi kau malah membuatku sakit perut!”
“Kau terlalu keras berpikir Lido, siapa menggoda Lexsi? Aku justru menggoda dirimu, siapa tahu kau akan memanfaatkan gadis itu nanti kalau kita sudah sampai di rumah, bagaimana?” kata Loran sambil menyeringai dan melirik Lexsi.
“Kalau kalian menyentuh gadis itu seujung rambut saja aku tidak akan segan-segan membunuh kalian semua!” akhirnya orang yang digoda pun mengeluarkan suara. Namun, ucapannya sungguh membuat dua orang sahabatnya tertegun.
“Kau dengar itu Lor? Jadi ingat jangan menyentuhnya kau hanya boleh mencandainya saja!” kata Lido.
“Cih kau tidak perlu ikut bicara, setelah Lexsi selesai dengan dirimu, Aku yang akan meneruskan untuk memutilasi tubuhmu, kau harus tahu itu, Lor!”
Setelah mobil merapat di tempat parkir, Lexsi segera membawa Lela ke kamarnya dan menutup pintu kamarnya rapat-rapat.
❤️❤️❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments
Hafira
kayaknya dari tadi mereka namanya berawalan dari huruf L ya...
2023-01-23
1
◌ᷟ⑅⃝ͩ●⍣క🎸BuNdAιиɑ͜͡✦●⑅⃝ᷟ◌ͩ
gimana reaksi lela saat sadar ya?
2023-01-04
16
@💤ιиɑ͜͡✦⍣⃝కꫝ🎸🇵🇸
lexi seserius itu?
2023-01-03
9