Kehidupan Baru

Setelah kejadian, Arlan seperti tidak percaya dengan apa yang terjadi padanya dua hari ini. Arlan terbaring di atas kasur tanpa busana, dan hanya ditutupi selimut

Sambil memikirkan apa yang telah terjadi beberapa hari ini, Arlan memalingkan wajahnya menatap wajah gadis yang sedang tertidur disampingnya

"Buset perasaan kemarin masih bersihin kolong meja, eh sekarang malah udah nikah, makk anak mu udah nikah huhu...." ucap Arlan dalam benaknya

"yah lagi pula Wort it sih cantik juga hehe...." Arlan segera memajukan bibirnya ingin mencium wanita di sampingnya "nyuuuuuuu-" PLAK!!

"AAGHHHH SAKIT WOY" ucap Arlan sambil memegang wajahnya yang tiba-tiba ditampar.

"Oh kamu ya, maaf kaget soalnya gak terbiasa sama mahluk asing" sambil bangun merapikan rambutnya

"Mahluk asing? Heh nona saya adalah suami mu" jawab Arlan sambil memegang wajahnya

"Aku sibuk mau berangkat kerja" pergi dari tempat tidur

"Huh Nona sikap mu dingin banget dah, tipe aku banget" dengan wajah bangga

"Gak usah manggil nona, namaku Nina" keluar dari kamar

Nina pun meninggalkan kamar meninggalkan Arlan yang masih terduduk tanpa busana

"Nina? cantik juga namanya, Eh iya lupa, kemarin kan pas nikahan nyebut nama dia"

-------------------------------------------------

Klek!!

Nina keluar dari kamar mandi sambil mengelap rambut nya menggunakan handuk

"Himmm, bau apa siapa yang masak" dengan wajah penasaran

Nina pun perlahan menuju dapur sambil mengendus-endus bau masakan yang ia cium

Sesampainya di dapur terlihat pria dengan postur badan lebar gagah nan tinggi menggunakan celemek, sambil memasak, siapa lagi kalo bukan protagonis kita

"Eh Nona Nina Silfiana selamat pagi, menu pagi hari ini adala-" sambil membungkukkan badanya

"Maaf saya gak nyewa pembantu perasaan" jawabnya dengan ekspresi dingin

"Astaga woy, aku tuh masak buat kamu tau gak, malah dibilang pembantu" sambil meletakkan tangannya di pinggang

"Oh..." Jawabnya dengan ekspresi dingin lagi

"Huh, yaudah duduk dulu aku siapin" sambil lanjut memasak kembali

"Aku sibuk nant-" seketika Nina terhenti karena Arlan langsung menariknya untuk duduk

"Aku tau kamu sibuk, tapikan setidaknya makan dulu" sambil menyiapkan masakan di atas meja makan

Nina hanya terdiam melihat perbuatan yang di lakukan oleh Arlan sambil terkadang menatap wajahnya

"Yaudah yu makan" sambil duduk

"Kamu gak makan?" Tanya Nina

"Gak kamu kan kerja ya kamu makan deluan, aku bisa nanti"

Akhirnya Nina pun memakan makanan yang dimasak oleh Arlan, Nina begitu terkejut saat ia mencicipi masakan Arlan ternyata rasanya sangat enak

"Enak, cocok jadi pembantu" sambil menyuap makanan

"Apaan woy, bilang makasih kek" jawab Arlan sambil mengusap wajahnya

"Makasih" jawab Nina singkat

"Emm aku ada pertanyaan" ucap arlan

"Pertanyaan apa" sambil menyuap makanan kemulut

"Serius kamu kenapa mau nikah sama aku, dan kenapa harus aku, dan dan"

"Gak ada alasan" jawab Nina sambil mengusap bibirnya dengan tisu

"Gak ada alasan gimana?, Masalahnya bukanya ini tiba-tiba aku gak tau apa-apa malah di suruh menikah begini" tanya arlan

Belum selesai Arlan bicara Nina lalu mendekatkan wajahnya ke wajah Arlan, yang sontak membuat Arlan terdiam

"Dengar kamu harusnya berterimakasih karna bukanya dengan begini kehidupan kamu udah lebih baik" dengan mata yang menatap tajam

"Yaudah aku berangkat kerja dulu" Nina pun beranjak pergi meninggalkan ruang makan meninggalkan Arlan sendiri yang bingung dan terpaku

"Astaga ditatap gitu aku kok malah mematung ya, perasaan semalam lebih dari ini biasa aja" sambil menutup wajahnya dengan tangannya

hari itu Arlan dipenuhi tanda tanya dengan apa yang terjadi padanya, namun disisi lain ia juga tidak terlalu perduli dikarenakan kini hidupnya telah berubah drastis.

----------------------------------------------------------------------

Ditempat kerja Nina semua orang banyak yang membicarakannya, bagaimana tidak seorang wanita yang sikapnya sangat dingin itu menikah dengan seorang pria

"Eh aku masih gak percaya bos kita yang super dingin kaya es batu dari Antartika kok bisa nikah gitu"

"Iya bingung juga, padahal Rifan aja orang yang tajir melintir ganteng pula aja ditolak dan di abaikan sama dia"

"Gak tau juga sih, kalau aku yang yang digituin sama Kak Rifan malah mau banget, ganteng, tajir, dan juga calon penerus perusahaan ayahnya"

Hari itu sama seperti hari biasanya Nina hanya fokus kerja tanpa mempedulikan apa yang telah gempar di Perusahaannya

Dan juga berita bahwa Nina telah menikah pun sampai ke telinga Rifan

"Apa!! Nina kemarin Menikah??" Tanya Rifan dengan seorang wanita

"Iya Kak kemarin dia udah Nikah, emang Kak Rifan gak tau dan gak di undang?"

Seketika mendengar itu membuat Rifan tidak percaya dengan apa yang ia dengar, bagaimana tidak Seorang Rifan tajir, ganteng, banyak lagi

Ditolak terus oleh Nina bahkan di abaikan, atau gk pernah di anggap, bahkan saat menemui Nina Rifan selalu gonta ganti mobil mewah

Hanya untuk membuat Nina terkagum, dan bahkan bersedekah di depan Nina juga

Karena tidak percaya dengan apa yang ia dengar Rifan segera menuju ruangan Nina untuk menanyakan langsung hal itu.

"Nina aku dengar kamu menikah itu, bohong kan?" Tanya Rifan sambil meletakkan tanganya di atas meja kerja Nina

"Enggak, itu benar aku memang udah menikah kemarin" sambil memeriksa berkas

"Nina... Kenapa kamu harus nikah sama orang, padahal selama ini aku udah nyatakan perasaan aku ke kamu" jawab Rifan dengan ekspresi penasaran

"Kenapa kamu harus tau? Lagi pula aku udah sering bilang aku gak ada perasaan sama kamu"

"Aku kurang apa, aku ganteng, aku kaya, dan aku juga calon penerus perusahan ayahku, dan juga belum tentu pria yang menikah sama kamu orang berduit, pasti orang miskin yang hidup aja sus-" PLAK !!!

Nina pun menarik kerah baju Rifan dengan tatapan emosi, seketika membuat Rifan terkejut melihatnya

"Dengar, jangan pernah bahas bahwa kamu lebih baik dari orang lain karna bagi ku kamu itu cuma kutu yang menggangu" sambil mendorong tubuh Rifan

Sementara itu Arlan

"Mau kemana mas kok bawa gerobak dagangan?" Tanya penjaga rumah

"Mau jualan lah apalagi"

Sebelum datang kerumah ini Arlan meminta Nina untuk membawakan gerobak kesayangannya kemari, dikarenakan itu adalah gerobak seperjuangannya

Arlan pun pergi mendorong gerobaknya, dan di samping gerobaknya terturlis kata

Satu piring satu pahala

Untuk saya yang membutuhkan

.....

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!