“aga mufegau iyakettu eh anakdara?”
Kembali Ogika mendengarkan suara aneh. “hey siapa kau? Jangan bersembunyi. Jika berani menggangguku, akan ku bunuh kau.” Ancam Ogika sambil menjulurkan parang itu ke depan, ke samping dan ke belakang. Namun, tidak ada siapapun di sana. Tetapi, Ogika tetap saja merasa waspada karena jelas ia mendengarkan suara seorang laki-laki.
“fallennekmui jolok bangkungmu anakdara.”
Lagi, Ogika mendengarkan suara seorang laki-laki yang wujudnya tak tampak sama sekali. Seketika bulu kuduknya berdiri kompak dari ujung kaki hingga ujung rambut. Ogika membelalakkan matanya berharap dia bertemu dengan seseorang karena jika tidak maka ia memastikan bahwa telah diganggu oleh hantu berjenis kelamin laki-laki.
Huss\~
Sontak Ogika menarik kakinya saat merasakan sentuhan geli yang aneh. Matanya langsung melihat ke bawah. “ya Tuhannnn….” Ogika terperanjat lompat ke belakang menjauhi sebuah benda kecil yang bersinar di depannya.
“tasselengkoga anakdara?”
Benda itu kembali berbicara dan Ogika tidak memahami sama sekali apa yang ia katakan. “siapa kau? Benda apa kau ini?” dengan kaki dan tangan yang bergemetar, Ogika memberanikan diri untuk berbicara dengannya.
“tenniaka benda sayang, iyakna yaseng datunna fadrengnge.”
Lagi-lagi benda itu berbicara dengan bahasa yang aneh. Ogika mendekati benda itu melihat lebih dekat dan memeriksanya. “ternyata kau hanya sebuah boneka nanas.” Gumamnya. Ia menangkap benda yang mengeluarkan sinar kekuningan itu dan membolak balikkannya.
“melasa ulukku anakdara, aga sih mugokengka?”
Benda bersinar itu berbicara lagi. “di mana batre boneka ini, kenapa ia terus menyala.” Gumam Ogika.
“awwe muasengka falek rafang-rafang. Anakdara iyye seddiwe tongeng.”
Ting\~
Tiba-tiba boneka nanas itu mengeluarkan kaki dan tangannya. Lalu ia menyentuh kening milik Ogika. “apa yang kau lakukan?” Ogika terkejut saat merasakan sebuah sentuhan kepada keningnya.
“mufahangniga aga ufau?”
(apa kau sudah mengerti dengan bahasaku.)
“appaaa?” mata Ogika membulat sempurna. “jadi kau bisa berbicara bahasa Indonesia? Lalu mengapa kau terus berbicara aneh sejak tadi.” Ogika menghela nafas kasarnya.
“dessawissengi makbicara melajuwe anakdara, ikomi uwereng paddissengeng iyakki bahasaku anakdara.”
(aku tidak bisa berbicara bahasa Indonesia hey anak gadis, kau lah yang ku berikan ilmu translate dari bahasaku hey anak gadis.)
Ogika menggeleng-gelengkan kepalanya berkali-kali, bahkan ia memejamkan mata dan membukanya pula berkali-kali. “apa aku sedang bermimpi?” Ogika berbicara sendiri.
“dessa mu katulu-tulu anakdara.”
(kau sedang tidak bermimpi hey anak gadis.)
“ahhh kau benar.” Ogika pun mengiyakan suara dari boneka nanas itu. “hey boneka nanas, siapa penciptamu kenapa kau sangat pandai. Apa yang menciptakan kau orang Jepang? Orang Amerika? Atau orang Korea Selatan?” Ogika mulai menelaah.
Walaupun gadis kumuh itu tidak pernah bersekolah setidaknya dia selalu hadir di setiap pertemuan belajar di sekolah. Hanya saja ia hanya memperhatikan guru dibalik semak-semak dan diluar ruang kelas tanpa sepengetahuan siapapun.
“awwe dedeh! Furano ufadang, tenniaka rafang-rafang tau. Iyak iyaseng Pineapple Hero.”
(ya ampun! Kan sudah ku bilang, aku bukanlah sebuah boneka. Aku lah yang bernama Pineapple Hero.)
“benarkah?” kini mata Ogika berbinar tak percaya. Ternyata boneka yang ia kira memiliki batre adalah sebuah nanas ajaib yang bisa berbicara.
“kemana temanmu yang lain? apa semua nanas sama sepertimu? Apa mereka semua bisa berbicara sama sepertimu?” Ogika sangat antusias memberikan rentetan pertanyaan itu.
“dee… iyakmi bawang macca mabbicara. Iyakna yaseng datunna fandrengnge.”
(tidak… cuma aku yang pandai berbicara. Aku lah yang bernama raja nanas.)
“oh ternyata seperti itu, salam kenal! Namaku adalah Ogika. Aku seorang gadis kumuh yang tidak memiliki ayah dan ibu. Aku juga gadis pembawa sial, jadi berhati-hatilah denganku.” Ogika menjulurkan tangannya.
Pineapple Hero menjabat tangan Ogika dengan tangan mungilnya. Ogika tersenyum lebar dengan semua gigi yang menghitam yang tak pernah ia gosok. Bagaimana bisa menggosok gigi dan membeli pasta gigi jika perutnya saja sangat sulit untuk ia isi.
“uwisseng mua anakdara.”
(aku sudah tahu hey anak gadis.)
“baiklah.” Ogika merebahkan tubuhnya sembari memandangi langit gelap bertemankan rembulan dan para bintang. Ogika kembali melebarkan kedua sudut bibirnya. Untuk pertama kali dalam hidupnya ia memiliki teman sungguhan. Yah, walaupun temannya itu adalah nanas ajaib yang bisa berbicara. Setidaknya dia mempunyai teman berbicara.
“yes-yes-yes” seketika Ogika berdiri dan melompat-lompat. Ia sedang kegirangan tiada tara. Ia bahkan terlihat berjoget-joget tanpa gerakan yang jelas.
Pineapple Hero yang melihat tingkah dari Ogika hanya bisa tersenyum heran sekaligus senang. Karena pada akhirnya dia mempunyai kemiripan yang sama dengan Ogika yaitu memiliki seorang teman.
“selain berbicara, apa lagi yang kau bisa?” Ogika terbaring pada tanah gambut itu ditemani teman barunya.
“aga muellau, uwerengko anakdara.”
(apa yang kau pinta akan aku berikan hey anak gadis.)
“sungguh?” Ogika semakin kegirangan. “tetapi kenapa kau masih saja memanggilku dengan panggilan hey anak gadis. Aku punya nama sendiri.” Ogika mengerucutkan bibirnya.
“Iyana falek, Ogika.”
(baiklah kalau begitu, Ogika.)
“nah gitu donggg…” Ogika tersenyum manis. “boleh aku meminta kamar tidur bernuansa barbie? Kau tahu aku tidak pernah tidur di kasur yang empuk.” Wajah Ogika berubah murung.
“Iyana Iyana.”
(baiklah, baiklah.)
“terima kasih.” Ogika sontak memeluk nanas ajaib itu.
Matahari telah naik sempurna. Ogika membuka kedua matanya. Gadis kumuh itu dikejutkan dengan sebuah pemandangan kamar seorang gadis dengan nuansa barbie. “apa? Apakah ini sebuah mimpi lagi?” gumamnya.
Tiba-tiba Pineapple Hero muncul di depannya.
“hay..” sapa dari Pineapple Hero.
“hey juga…” sahut Kirana. “kurasa aku tidak bermimpi, karena aku bertemu denganmu lagi.” Ogika mengambil nanas ajaib itu dan memangkunya. Ogika tersenyum gembira melihat kamar tidurnya yang di dominasi dengan sentuhan warna merah muda. Kamar itu terlihat sempurna dengan furniture kamar set berwarna merah muda pula.
“hey raja nanas, apa kau yang melakukan semua ini?” tanya Ogika. Siapa lagi kalau bukan nanas ajaib yang bisa berbicara tersebut.
“iyak memeng Ogika.”
(iya memang aku yang melakukannya Ogika.)
“terima kasih.” Ogika memeluk nanas ajaib itu sambil tersenyum gemas.
“awwe sudani, mafeddika mutaro.”
(aduh sudahlah, aku sakit karena pelukanmu itu.)
“baiklah.” Ogika meletakkan lagi nanas ajaib itu. “apalagi kejutanmu untukku?” Ogika mencubit pipi nanas ajaib itu.
“iyemi bawang, iyetomi muellau.)
(hanya ini, hanya ini lah yang kau pinta.)
“benar juga. Ku rasa ini memang sudah cukup.” Ogika berdiri di atas kasur, ia sedang melompat kegirangan.
“yeay! Akhirnya aku punya kamarrr…” teriak Ogika sekuat mungkin. Ia terus melompat-lompat pada kasur tersebut. Nanas ajaib itu ikut memantul di udara berganti-gantian mendarat bersama Ogika.
“awwe dedeh, mafeddi ulukku mutaro.”
(ya ampun, kepalaku sakit kau buat.)
Nanas ajaib itu melompat keluar dari kasur tersebut. Lalu ia jalan sempoyongan karena merasa pusing. Ia sempat terjatuh lalu berdiri lagi untuk berjalan mencari kursi kecil yang tak lupa ia ciptakan untuk dirinya sendiri.
“hey Pineapple Hero, apa aku boleh meminta sebuah makanan lezat?” Ogika berhenti melompat dan menghampiri nanas ajaib itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments
armychim
kirana atau ogika?..
2022-12-25
1