Malam harinya, keluarga dekat dari pihak Ayah dan juga dari pihak Bunda tampak masih menginap di rumah duka,
Suasana pun jadi tidak terlalu sepi karena banyak anggota keluarga yang tetap berada di sana menemani yang tengah berduka,
Setelah acara pengajian yang diadakan untuk satu hari meninggalnya Bunda, tampak Sasa langsung kembali masuk ke dalam kamarnya,
Sasa untuk malam ini ditemani Bibik Tuti dan juga sepupunya, anak dari Uwak,
Sepupu Sasa usianya sama dengan Sasa, namun karena ia sempat tinggal kelas, maka di sekolah ia satu tingkat di bawah Sasa,
"Aku tidur di pojok,"
Kata Bibik Tuti sambil langsung melompat ke atas tempat tidur Sasa yang ukurannya memang cukup besar,
Bibik Tuti meskipun paling tua diantara mereka, tapi Bibik Tuti memang merupakan yang paling penakut,
"Lah, yang harusnya di pojok itu aku atau Sasa, Bibik kan paling tua ya paling pinggir lah,"
Lisa protes keras,
Sepupu Sasa itu memang lebih cerewet dibanding Sasa, maka tak heran jika ia akan langsung berani protes saat ada hal-hal yang tak ia setujui,
Sasa sendiri lebih memilih menarik kasur lantai yang ada di atas lemari pakaiannya saja,
"Tidak apa Bibik tidur di pojok, aku tidur di kasur lantai saja Lis,"
Kata Sasa sambil kemudian membuka gulungan kasur lantainya untuk ia gelar di atas lantai kamar,
Lisa yang kemudian naik di atas tempat tidur duduk sila sambil memandangi Sasa yang sibuk menggelar kasur lantainya,
"Bantal dong Lis,"
Kata Sasa pada Lisa,
Tampak Lisa meraih bantal yang ditumpuk di dekat sandaran tempat tidur,
"Satu? Dua?"
Tanya Lisa pada Sasa,
"Dua, bantal sama guling,"
Sahut Sasa,
Lisa pun mengambil guling lalu memberikannya pada Sasa, setelah itu diambilnya lagi satu bantal biasa untuk diberikannya pada Sasa kembali,
Sasa pun menatanya di atas kasur lantai agar bisa ia gunakan untuk tidur,
Bibik Tuti yang sudah berada di pojok menempel dinding terdengar sudah langsung mendengkur, tampaknya ia memang sudah kelelahan sejak sore,
Kejadian siang tadi saat orang-orang berada di pemakaman juga tampaknya cukup menguras energinya karena ketakutan,
Sasa merebahkan diri, merasakan tubuhnya juga kini begitu lelah,
Meskipun ia tak melakukan apapun sama sekali, tapi rasanya ia benar-benar kelelahan,
Sasa tampak matanya menerawang langit-langit kamarnya dalam diam, Lisa yang masih bertahan duduk sila di atas tempat tidur menatap Sasa yang malah melamun,
"Sa..."
Panggil Lisa membuyarkan lamunan Sasa,
Tampak Sasa menoleh ke arah Lisa dengan malas,
"Apa?"
Tanya Sasa,
"Jangan melamun,"
Lisa memberi nasehat,
Sasa menggeleng,
"Aku tidak melamun, aku hanya sedang mengingat Bunda,"
Lirih Sasa,
Lisa menghela nafas,
"Bunda mu tidak tenang jika kamu terus melamunkan nya, kasihan dia Sa, perjalanannya akan tertahan, dia ingin pulang tapi tidak bisa, ingin melanjutkan pergi juga tidak bisa karena kamu tidak ikhlas melepasnya,"
Ujar Lisa,
"Kata siapa?"
Tanya Sasa, dia memang anak yang ngeyel, setiap dinasehati akan seperti itu ujungnya, begitupun saat dulu Bunda masih hidup, setiap Bunda menasehati, ujungnya pasti akan membuat Sasa marah,
"Nenek, kamu pasti tak pernah mendengar nasehat nenek juga,"
Kata Lisa, membuat Sasa mendengus, dan kemudian memilih menerawang menatap langit-langit lagi,
"Nenek kan lebih sayang kamu daripada aku,"
Lirih Sasa,
Lisa gantian mendengus kesal.
Siapa bilang Nenek lebih sayang pada Lisa, justeru bukan hanya Lisa, tapi hampir semua cucu Nenek merasa Sasa yang paling disayang, karena Nenek tak pernah melarang apapun. Batin Lisa.
"Andai ada cara kembali menghidupkan Bunda, aku akan lakukan,"
Kata Sasa,
Lisa yang mendengarnya pun langsung melempar bantal ke arah Sasa,
"Hus, ngawur, mana ada yang begitu,"
Omel Lisa pula,
"Pasti ada di satu tempat cara untuk memanggil orang yang sudah tidak ada,"
Ujar Sasa lagi, wajahnya begitu serius, membuat Lisa malah jadi merinding,
"Kamu ini aneh saja,"
Lisa pun lantas merebahkan diri, lalu...
"Tadi siang Bibik Tuti bilang ada suara langkah kaki di lantai atas dan juga suara derit pintu yang dibuka pelan, aku yakin itu Bunda, dia masih ada di rumah, dia tidak pergi, aku ingin dia kembali, aku ingin dia kembali,"
Kata Sasa kemudian,
Lisa pun bergidik melihat Sasa malah seperti ketempelan,
"Udah ah aku mau tidur, jangan matikan lampu,"
Kata Lisa akhirnya, dan memilih meringkuk menghadap punggung Bibik Tuti.
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 39 Episodes
Comments
arinda7yunita
macem mirna jd plg k rumh grgr ga duikhlasin pergi🤦🤦
2022-12-29
1
Irma Tjondroharto
waduh sasa.. km kok mlh doa begitu.. kasian bundamu lho ya.. heeemmm
2022-12-25
1
Esti Restianti
baca ini tenggorokan ku tercekat.
kayanya ini yang membuat bunda bertahan,karna Sasa menghalangi dia pergi,dia ingin bundanya kembali,ya jangan heran kalau nanti akan ada yang gentayangan
2022-12-25
2