5. Keras Kepala

Gelap, suasana begitu gelap, Sasa tampak meraba-raba dengan tangannya, ia tidak tahu kini tengah berada di mana karena semua benar-benar tampak gelap,

Sasa membawa langkahnya dengan kedua tangan yang terus mencoba meraba-raba udara dalam kegelapan,

Berharap ada dinding atau semacamnya yang bisa ia sentuh, hingga...

Set...

Sasa akhirnya dapat menemukan sesuatu seperti dinding yang kokoh,

"Di mana ini sebetulnya?"

Gumam Sasa bertanya-tanya,

"Sasa... Sasa anakkuuuu... Sasa..."

Terdengar kemudian sayup suara Bunda memanggil,

Sasa pun langsung celingak-celinguk, mencari dari mana suara itu berasal,

"Sasaaaa... Sasaaa... Ini Bunda, sayang..."

Terdengar lagi suara Bundanya yang seperti bergema di dalam ruangan,

Sasa sejenak terdiam,

Mungkinkah saat ini ia tengah berada di dalam ruangan kosong yang sangat besar? Lalu ruangan apa itu? Kenapa begitu gelap?

Sasa masih terus berpikir, saat kemudian ia mencium aroma parfum yang sering Bunda nya pakai saat akan pergi ke suatu tempat ataupun acara bersama Ayah,

"Bun... Bundaaa... Apakah itu Bundaa?"

Sasa suaranya bergetar,

Sesaat setelah Sasa bertanya demikian, tiba-tiba saja...

Sesuatu seperti cahaya kemerahan macan api yang besar terlihat, ia melihat Bunda berdiri di sana, terikat di tiang dalam keadaan begitu menyedihkan,

"Bundaaa... Bundaaaaa..."

Sasa berteriak sekuat tenaga sambil berlari ke arah Bundanya, namun Bunda yang terlihat begitu dekat itu tak juga bisa Sasa gapai,

Sasa menangis begitu pilu melihat keadaan Bunda nya yang demikian,

"Bunda, Sasa akan tolong Bunda, Sasa akan lepaskan Bunda..."

Kata Sasa,

"Sasa... pergilah ke rumah lama kita... pergilah ke sana Nak... Bunda menunggu Sasa di sana..."

Kata Bunda,

Sasa menatap Bundanya sambil tangannya berusaha terus menggapai Bunda namun tak bisa,

Bunda menangis menatap Sasa, begitupun dengan Sasa,

"Di belakang rumah, di ruangan kecil yang untuk gudang, ada sebuah kotak kecil yang tertanam, bongkar Sasa, bongkar itu agar Bunda bisa kembali... Bunda akan bisa kembali ada hidupmu Sasa, kita akan terus bersama nak,"

Kata Bunda lagi,

Sasa menatap Bundanya, tampak Bundanya wajahnya yang begitu sedih sepenuhnya berharap Sasa mau melakukan apa yang ia pinta, yang tentu saja membuat Sasa pun mengangguk dan tak ingin menolak karenanya,

"Bunda janji pasti akan pulang? Bunda janji?"

Tanya Sasa lagi,

Bunda mengangguk, dan api tiba-tiba menyambar ke arah Bunda, yang seketika membuat Bunda menjerit keras,

"Aaaaaa... Panaaas... Panaaaaaas..."

Sasa melihat itu langsung ikut mejerit-jerit,

"Bundaaaa... jangaaaan siksa Bundaaa, jangaaaaaan!!"

Sasa begitu histeris,

"Sasa! Sasa! Heeeey!!!"

Plok!

Sebuah tamparan terasa mendarat di pipi Sasa hingga Sasa tiba-tiba membuka matanya, dan melihat Bibik Tuti dan Lisa sepupunya berada di kanan kirinya sambil menatapnya dengan bingung,

Sasa pun cepat terduduk, keringat dingin tampak membasahi seluruh tubuhnya,

"Ada apa sih? Kamu teriak-teriak terus dari tadi,"

Kata Lisa sedikit kesal karena tak bisa tidur Sasa begitu berisik,

Sasa menatap keduanya, lalu ia menangis mengingat mimpinya,

"Bunda... aku bertemu Bunda, dia tersiksa di sana, dia tersiksa di sana,"

Kata Sasa sambil menangis,

"Bunda mu orang yang sangat baik, dia isteri yang sangat menghormati suami dan keluarga suaminya, dia sangat berbakti pada orangtuanya dan sayang pada keluarga tak membeda-bedakan, dia juga Ibu yang baik untukmu, dia tak pernah menceritakan keburukan orang lain, tidak mungkin dia disiksa di sana,"

Kata Bibik Tuti,

Sasa menggeleng, ia tak percaya dengan apa yang dikatakan Bibik Tuti karena ia melihat sendiri seperti apa Bundanya di sana,

"Aku tak percaya, Bunda di sana tersiksa, aku akan membuatnya kembali! Aku akan membuatnya kembali!!"

Kata Sasa keras kepala seperti biasa,

Lisa dan Bibik Tuti saling berpandangan, lalu sama-sama menghela nafas.

...****************...

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***