5.hinaan

hari ini aku tidak berencana keluar rumah, jadi ku putuskan hanya membantu ibu berjualan saja sebelum Minggu depan aku berangkat, aku akan kangen momen seperti ini jika aku sudah di Jakarta.

" Syah bagaimana persiapan kamu untuk pergi ke ibu kota,? apa ada yang kurang ? bilang ibu jika masih ada yang kurang nak," tanya ibu padaku.

" tidak ada Bu, semuanya sudah beres termasuk untuk kelengkapan dokumennya, tinggal berangkat pas hari H nya." jawabku.

"ditengah sela obrolan kami, tiba tiba arfa datang dan mengatakan hal kabar yang tidak enak."

" assalamualaikum Bu mba, apa kalian sudah dengar? katanya mas Andra kecelakaan kemaren sore, dia sedang di rawat di rumah sakit sekarang."ucap arfa.

"innalilahi...yang bener kamu fa? kamu dengar dari siapa fa ?." cecar ibu.

" tadi arfa kata Dimas Bu, sepupunya mas Andra bilang sendiri,katanya sih gara gara mas arfa gak mau nikah sama mba Mira Bu, dia berantem sama ibunya, terus dia pergi dari rumah, dijalan malah dia kecelakaan Bu," lanjut arfa

" astaghfirullah....sudah sudah walaupun kita sudah dengar, kota gak usah ngomong macam macam lagi,kita doakan saja semoga arfa cepat sembuh." cetus ibu.

aku sangat kaget mendengar itu semua, bagaimana tidak, kemarin kami masih bicara dan dia masih baik baik saja, tapi sekarang mendengar berita dia kecelakaan hati ku sangat takut, tapi aku tidak bisa menjenguknya, aku taku akan ada salah paham antara aku dan Mira. aku hanya bisa mendoakan mas Andra saja dari jauh.

" assalamualaikum...Bu Tuti? ucap salam dari luar rumah dengan nada berteriak.

" waalaikumsalam...Bu Endang, ada apa yah ? mari masuk dulu." ibu menyuruh bu endang masuk tapi beliau langsung menolak.

"tidak usah basa basi Bu, saya datang kesini cuma mau kasih peringatan buat Bu Tuti, Bu Tuti tau ? anak Bu Tuti itu sudah merusak hubungan pertunangan anak saya dengan Andra, gara gara dia Andra minta di bubarkan pertunangannya," ucapnya dengan nada berteriak.

"saya tidak menyangka ternyata anak ibu begitu jahat, sampai sampai mau mengambil tunangan temannya sendiri, begitu rendah kelakuannya? apa kalian sudah bosan hidup miskin? sampai mau cari besan kaya supaya bisa di porotin ??? hahhhh...."lanjutnya dengan menggebu.

"masih muda kelakuannya begitu rendah, jangan harap apa yang kamu lakukan akan berhasil aisyah, kamu gak selevel dengan kami, kami pun gak Sudi besanan dengan orang miskin kaya kamu."hinanya lagi.

aku dan ibu kaget sekali dengan ucapan Bu Endang, karena selama ini beliau begitu baik pada kami, air mataku langsung menetes begitu saja tanpa permisi, hinaan dan fitnah yang begitu kejam baru saja aku dengar selama hidupku, arfa adikku sangat marah ketika Bu Endang terus mengeluarkan kata kata hinaannya, tapi ibu menahannya untuk tidak melawannya.

" maaf Bu Endang, apa maksud ibu ? siapa yang mau merebut Andra dari Mira? saya tidak paham Bu... tolong jelaskan pada kami." tanya ibu dengan lembut walau hatinya sudah begitu sakit.

"bilang sama anak ibu jangan merayu Andra lagi, diam diam kemarin dia bertemu Andra buat ngerayu dia biar putusin pertunangannya dengan mira, dan ajari anak ibu jangan suka merayu pria lain yang akan menikah atau pun yang sudah menikah, mau jadi apa dia masih muda kelakuannya sudah gak ada akhlaknya." ucap Bu Endang dengan nada membentak, lalu berlalu begitu saja dari rumah kami.

sepulangnya Bu Endang ibu memandangku dengan tatapan penuh tanya.

" Bu Aisyah gak pernah ngelakuin itu, Aisyah memang benar kemarin bertemu dengan mas Andra tapi itu pun tidak sengaja, sepulang dari bertemu Mira tiba tiba mas Andra datang menghampiri Mira, kita cuma ngobrol Bu, Aisyah gak pernah ngmong yang gak gak Bu, demi Allah Aisyah gak bohong Bu," ucapku sambil menangis.

"sudahlah nak, ibu percaya sama kamu, ibu yakin putri ibu gak seperti itu, ibu dan bapak mendidik putri ibu dengan baik, jadi gak mungkin putri ibu punya kelakuan seperti itu, justru ibu yang minta maaf, karena kita hidup miskin kamu jadi di hina hina begini sama mereka yang kaya."ucap ibu dengan sedih.

" aku dan arfa memeluk ibu, aku sangat sedih melihat ibu seperti ini, tekad ku semakin bulat untuk kerja di ibukota, aku akan bersungguh-sungguh kerja disana, aku akan buat ibu bangga dan bahagia, aku tidak mau ibu dihina lagi seperti ini.

" Bu...Aisyah janji akan bahagiain ibu, tunggu Aisyah beberapa tahun lagi yah, doakan Aisyah supaya usaha Aisyah tidak sia-sia disana." ucap ku pada ibu.

"yah nak... kejarlah cita citamu, buat kami disini bangga, ibu akan selalu mendoakan anak anak ibu supaya sukses semua." aku mengaminkan doa ibu dalam hati.

" ya sudah lebih baik kamu masak saja Aisyah buat makan nanti malam, ini sudah sore ibu mau beres beres dagangn di depan dulu, biar Arfa yang bantuin ibu." ucap ibu padaku.

aku mulai memasak tapi pikiranku kacau, sebenarnya apa yang terjadi antara mas Andra dengan Mira, kenapa bisa Bu Endang menuduhku seperti itu, padahal kami kemarin baik baik saja, ngobrol dan bercanda seperti biasa. aku putuskan untuk tidak memikirkan masalah ini lagi, aku hanya akan fokus tentang cita citaku saja.

" selesai masak aku langsung mandi dan melaksanakan kewajibannya pan sang Khaliq.

" bapak baru pulang dari kerjanya, langsung mencecar ibu dengan pertanyaan.

" Bu apa benar tadi Bu Endang datang kesini sambil marah marah ? tanya bapak pada ibu.

" hmmm...iya pak tadi Bu Endang marah marah disini, dia nuduh yang gak gak sama Aisyah anak kita, dia bilang mau rebut Andra dari Mira pak, apa itu tidak keterlaluan pak? padahal jelas jelas Andra sendiri pernah datang pada kesini buat minta Aisyah pada kita." ujar ibu.

"aku begitu kaget mendengar ucapan ibu, suara ibu dan bapak begitu jelas terdengar sampai ke kamarku, karena kamar ku dekat dengan dapur, sejak kapan mas Andra memintaku secara langsung pada orang tuaku, kenapa dia tidak bicara langsung padaku, ya Allah kenapa baru sekarang aku tahu , ucapku dalam hati.

" sudahlah Bu mungkin ini yang terbaik buat Aisyah, daripada Aisyah tersiksa setelah masuk keluarga seperti itu, lebih baik begini, mungkin ini cara Allah buat jaga anak kita dari keluarga seperti itu, biarkan Aisyah meraih cita citanya dulu, biarkan dia bahagia dulu Bu."ucap bapak dengan bijak.

"yah...bapak benar aku harus mengesampingkan urusan seperti ini dulu, fokusku hanya kerja dan kuliah, aku ingin memperbaiki perekonomian keluarga kami, setidaknya tidak akan ada yang menghina keluarga kami lagi," lanjutku lagi dalam hati.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!