Paman dan Keponakan

***

"Apa itu ulahmu?"

Tanya Andrew pada keponakannya yang sedang mendengarkan musik dari earphone yang terhubung ke ponselnya, mereka duduk berdampingan, di kursi belakang sebuah Benz hitam.

Namun sayangnya keponakannya yang tinggi dan tampan itu tidak menyahut, sebaliknya dia hanya bersenandung dengan arah pandangan yang tertuju keluar jendela mobil. Sama sekali tidak memberikan perhatian kepada pamannya.

"ALDRIAN!!!"

Setengah berteriak, Andrew mencabut salah satu earphone dari kuping Aldrian, dan itu berhasil membuat Aldrian menoleh ke arahnya. Dia menatap wajah pamannya untuk beberapa detik kemudian berkata, "Apa yang aku lakukan?".

"Jangan pura-pura tidak tahu, kau kan yang membuat anak Pak Hary, manager keuangan kita keluar dari sekolah?"

"Bukannya dia dikeluarkan oleh pihak sekolah? Kenapa aku yang disalahkan?"

"Al... Setelah ayah dan ibumu pergi, aku yang mengurus dan mendampingi mu dari semenjak kau berada di sekolah dasar, kau pikir aku tidak tahu seperti apa dirimu? Katakan, apa yang anak Pak Hary lakukan sampai membuatmu kesal?"

Aldrian memasangkan kembali sebelah earphone nya yang tadi dicabut oleh pamannya itu. Pandangannya kembali tertuju keluar jendela mobil, tapi kali ini dia tidak mengacuhkan pamannya.

"Perempuan itu mengikuti ku kemana mana, dan dia menyebarkan rumor bahwa kami dijodohkan oleh pimpinan dan akan segera bertunangan, omong kosong macam apa, mana mungkin Kakek menjodohkan ku tanpa sepengetahuan ku, terlebih lagi kau masih lajang, Kakek pasti akan menyeretmu untuk menikah terlebih dahulu, bukannya aku yang masih SMA ini."

"Ppffttt-"

Andrew mencoba menahan tawanya setelah mendengar apa yang diucapkan Aldrian. Dengan wajah dan latar belakang keluarga yang dimilikinya. Ini bukan kali pertama keponakannya itu digilai oleh para gadis, dan dia juga tidak pernah menolak ataupun menerima ungkapan cinta mereka secara lugas, sebaliknya dia senang bermain main dengan mereka, seolah dia juga memberikan harapan. Jika dia bosan dengan yang satu, dia akan memanfaatkan yang satunya lagi untuk membuat gadis itu menjauh dengan sendirinya. Hanya saja kali ini berbeda, tidak biasanya dia mengambil tindakan keras seperti ini hanya untuk membuat gadis itu menjauh darinya.

"Apa kau sebegitu tidak sukanya dengan anak Pak Hary? Sampai sampai kau bertindak sejauh ini?" Tanya Andrew

"Hmmm... dia cantik, tapi dia tipe orang yang merepotkan. Jadi aku hanya membuat jarak aman dengannya sebelum dia menempel padaku seperti lintah."

"Hei Al yang benar saja,dengan membuat pihak sekolah mengeluarkannya itu sama saja dengan kau membuangnya, bukan hanya sekedar memberi jarak aman."

"Hei Paman, aku sudah bilang kalau pihak sekolah yang memutuskan untuk mengeluarkannya, setelah mereka mendapatkan beberapa bukti tentang kenakalannya."

"Wah, padahal dia terlihat seperti gadis yang lugu. Coba perlihatkan bukti bukti itu padaku!"

"Paman..!!! Sekali lagi aku bilang kalau aku tidak terlibat,ok?"

"Ok ok fine, aku akan minta buktinya pada Sandi saja." Ucap Andrew sambil mengeluarkan ponselnya untuk menelpon Sandi, pengawal pribadi keponakannya itu.

"Terserah" Ucap Aldrian sambil melengos dan menempelkan tas ranselnya di sebelah pundaknya, "Bye sudah waktunya masuk kelas, sampai jumpa nanti."

Aldrian keluar dari mobil hitam mewah yang dari tadi terparkir didepan gerbang sekolahnya itu. Andrew hanya tersenyum dengan handphone yang masih berada ditelinganya menunggu orang dibalik telepon itu menjawab panggilannya.

"Halo Tuan Andrew." Jawab pria di sebrang telepon.

"Aldrian sudah kembali ke sekolah, tetap awasi dia, jangan sampai dia bertindak diluar batas. Laporkan padaku jika dia melakukan hal yang tidak biasa."

"*Baik Pak!"

Tuutt...tuutt*...

Panggilan mereka terputus, Andrew menyandarkan kepalanya di sandaran mobil, dia menghela nafas panjang sambil memejamkan matanya dan mengusap wajahnya dengan sebelah tangan. Sebelum Andrew bertanya kepada Aldrian, sebenarnya dia sudah tahu semua kejadiannya dari pengawal pribadinya itu. Bagaimana Aldrian menyuruh temannya untuk memposting foto foto anak dari manager keuangan di perusahaan mereka yang sedang teler disebuah klub malam dan membuatnya dikeluarkan oleh pihak sekolah.

Aldrian adalah anak dari kakaknya, namun dia dan istrinya mengalami kecelakaan mobil dan meninggal saat Aldrian masih duduk dikelas 3 SD. Sejak saat itu, Andrew berperan sebagai paman, ayah sekaligus kakak bagi Aldrian. Meskipun ayahnya, kakek Aldrian masih ada, tapi Andrew yang menawarkan diri kepada ayahnya untuk merawat Aldrian. Dia sangat dekat dengan almarhum kakaknya, dan dia juga sangat menyayangi Aldrian.

Tapi entah apa yang membuat anak itu memiliki sifat seperti ini. Dia terlihat ramah dan ceria dari luar, tapi jika ada yang mengusiknya atau membuatnya kesal, dia tidak segan untuk menyingkirkannya, dengan cara yang halus, seolah mereka pergi dengan sendirinya, dan dia tidak tahu menahu dengan hal itu.

Hal itu membuat Andrew khawatir, bagaimana jika suatu saat nanti dia melewati batas dan sampai menghancurkan kehidupan orang lain? Dia tidak mau Aldrian menjadi seorang tiran yang tak segan melenyapkan siapa saja yang tidak disukainya, karena bagaimanapun juga, dia yang akan menjadi penerus perusahaan kelak.

Ya, Aldrian lah yang akan menjadi penerus Weist Corporation, bukan dirinya. Karena memang seharusnya kakaknya lah yang menjadi pewarisnya, Andrew tidak pernah berniat untuk merebut tempat kakaknya, jadi dia akan menyerahkan posisi itu kelak kepada Aldrian,anak dari kakaknya. Ayahnya pun sudah tahu keinginan Andrew dan dia tidak menolaknya.

Dan sampai hari itu datang, dia berusaha terbaik untuk menjaga perusahaan tetap berjaya, dan juga mempersiapkan Aldrian untuk menjadi pimpinan yang akan tetap menjadikan perusahaan mereka berjaya.

Tapi jika Aldrian masih tetap memiliki sifat seperti ini, dia tidak bisa begitu saja menyerahkan jabatannya nanti. Terlebih lagi dia merasa gagal mendidik Aldrian.

"Jika aku tidak bisa mendidik anakmu dengan benar, aku akan merasa malu bertemu denganmu di akhirat nanti Kak." Ucap Andrew dalam hati.

***

Aldrian memasuki kelasnya, dia duduk di kursinya, di deretan paling belakang yang berada dipojok kiri dekat jendela. Seperti biasa, di atas mejanya sudah ada beraneka ragam makanan dari para penggemarnya. Ada coklat, roti, susu dan banyak lagi dengan tempelan nama pengirimnya. Namun sepertinya mereka tidak tahu bahwa hadiah mereka itu tidak pernah sampai ke perut Aldrian.

"BROOO... SARAPAAANNNN!!!"

Teriak Kevin teman sebangku Aldrian yang baru datang sambil setengah berlari dari pintu masuk ke arah meja mereka, dan langsung duduk disampingnya.

Aldrian menyodorkan semua makanan itu kesisi lain mejanya, "Makan semuanya."

"Dengan senang hati tuan muda." Kevin meraup semua makanan itu dan mulai memakannya satu persatu, "Bro, kenapa kau tidak pernah memakan pemberian mereka?"

Tanya Kevin dengan mulut penuh makanan.

"Tidak, aku tidak suka makanan sampah."

Mendengar kata sampah, membuat Kevin berhenti mengunyah dan menelan makanannya secara paksa dan berkata dalam hati, "Makanan seenak ini dia bilang sampah? Orang kaya memang beda."

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!