Seminggu kemudian, Joni sudah diperbolehkan untuk pulang kerumah. Saat baru mau keluar rumah sakit, Joni tidak sengaja menabrak seseorang. Yang dia tabrak adalah, Xin-chi.
"Xin-chi, mau apa Kamu disini?" Tanya Joni.
"Joni, loh kok sudah keluar?" Tanya Xin-chi.
"Belum keluar kok, aku belum melakukannya selama seminggu, masih numpuk semuanya didalam"
"Maaf, lupakan saja pertanyaan ku tadi"
Mereka mencari tempat yang enak untuk ngobrol, mereka pun duduk di bangku taman di samping rumah sakit.
"Begitu ya... Kamu sudah diperbolehkan untuk pulang" kata Xin-chi.
"Lah kamu sendiri, kenapa kamu kesini?" tanya Joni.
"Ya... Aku mau menjenguk teman lama ku, haha"
Teman yang dimaksud Xin-chi adalah Joni, dia terlalu malu untuk mengatakannya, apa lagi Joni sekarang diperbolehkan untuk pulang.
"Hem... Oh ya, gimana keadaan setelah kecelakaan? Maaf, aku tidak ingat setelah kecelakaan, yang aku ingin tiba-tiba aku sudah berada di rumah sakit" kata Joni sambil menggaruk-garuk kepalanya.
"Eh, jadi kamu tidak ingat saat menggendong ku?" ucapan Xin-chi dengan nada pelan.
"Hem, kamu mengatakan sesuatu?" Joni tidak mendengar ucapan Xin-chi.
"Bukan apa-apa kok ... Ah, aku baik-baik saja setelah kecelakaan" lagi-lagi Xin-chi menyembunyikan sesuatu yang ingin dia katakan.
"Apa itu, Bekal? Oh, buat teman mu ya? Aduh... bikin iri ya... Keluarga ku dan temanku tidak ada yang membawakan aku bekal saat aku dirawat di rumah sakit" Disini Joni tidak tau, kalo temen yang dimaksud Xin-chi tadi adalah dirinya.
Kenapa ini, kok sakit banget dia mengatakan itu Batin Xin-chi.
"Kak Joni, Sudah waktunya pulang loh...!" Terikan Silvia.
Silvia, Umur 15 tahun, kelas satu SMA. dia anak nomor empat dari lima bersaudara. Silvia bersekolah di sekolah khusus perempuan.
"Oh, sudah waktunya aku pulang ... bye-bye Xin-chi, sampai ketemu lagi" ucap Joni sambil berdiri.
Saat Joni mau berjalan, bajunya ditarik oleh Xin-chi.
"Lima menit lagi ... Kita ngobrol lima menit lagi" kata Xin-chi sambil menunduk.
Silvia melihat hal tersebut dan dia tersenyum sendiri "Oh ya kak, mobilnya tiba-tiba mogok dan papa sedang memperbaikinya ... Kayaknya memakan waktu yang lama" Kata silver dan dia langsung pergi.
Joni pun kembali duduk "Kayaknya kita bisa ngobrol lebih dari lima menit"
Xin-chi sangat bahagia dan dia mengumpulkan semua keberaniannya untuk mengucapkan sesuatu. Setelah semuanya terkumpul, Xin-chi pun langsung ngomong.
"Kamu lapar?" tanya Xin-chi.
"Ya... lumayan lah, tapi aku sudah makan sedikit saat pagi hari" jawab Joni.
"Kalo lapar, nih ... makan lah" kata Xin-chi sambil memberikan bekalnya.
"Eh, gimana dengan taman mu nanti?"
"Di-dia kayaknya masih lama dirawat di rumah sakit ... Besok saja aku membawakannya bekal"
"Tidak-tidak, kamu sudah susah-susah membuatkannya kan, tidak enak nanti kalo aku makan"
"Sudah lah! Tinggal makan saja ribet!"
"Eh? Tunggu, kenapa aku tiba-tiba dimarahi?"
Joni pun membuka bekal yang diberikan Xin-chi "Wah... Ada telur Alien" kata Joni.
"Bakso! ... Itu bakso! bukan telur Alien"
"Tau kok, cuma bercanda, santai-santai"
Joni pun memakan bekal Xin-chi dengan sangat lahap. Selagi Joni lagi makan, kita lihat keadaan Silvia. Silvia berjalan, masih senyum-senyum sendiri.
"Loh kok, mana kakak mu Joni?" Tanya sang ibu.
"Kak Joni? Dia lagi menikmati masa mudahnya" jawab Silvia.
"Oh, pasti berat ya, menahannya selama seminggu ... Ya-ya, dia kan masih remaja"
"Aku tidak tau apa yang mama maksud ... Tapi yang jelas, Kak Joni tidak melakukan apa yang mama bayangkan"
Ada kakek-kakek yang keluar dari rumah sakit dengan membawa roti dan di atas roti tersebut ada ada selain yang bertuliskan, SMA.
"Ahh ~ kenyang dah, makanya enak banget ... Makasih ya Xin-chi" kata Joni, dia sudah menghabiskan bekal yang diberikan Xin-chi.
"Ya, sama-sama ... Lagi pula itu adalah untuk balasan telah menyelamatkan nyawa ku" Kata Xin-chi.
"Uwek! Aduh, aku terlalu kenyang ... maaf-maaf, tadi kan ngomong apa?" Joni tidak menerkam perkataan Xin-chi, dia terlalu sibuk dengan perutnya..
"Ah...! Sudah ah! Aku mau pulang!" Teriakan Xin-chi dan dia sudah berjalan lumayan jauh.
"Eh... Gimana dengan teman mu!? Woi! Xin-chi!"
Teman itu kamu! Dasar Joni bodoh! Aduh... Kenapa aku jadi sangat emosi? Batin Xin-chi.
"Uwek! Uwek...!" Joni pun memuntahkan semua makan dari bekalnya Xin-chi.
Aduh, sial ... Pasti temanya Xin-chi tidak ikhlas aku memakan bekal yang seharusnya dia dapatkan ... Makanya aku jadi mual-mual seperti ini batin Joni.
Kakek-kakek tadi sudah memakan rotinya dan hanya menyisakan beberapa potong. Dia menyusun potongan roti tersebut hingga membentuk tulisan, SMA.
Joni sudah mulai kembali bersekolah, meskipun dia tidak mengikuti pembelajaran selama satu Minggu. dia memiliki teman sejati untuk menyalin catatan selama seminggu. Saat ini, Joni berada di ruangan kelas.
"Leo, pinjaman catatan mu dong" Kata Joni.
"Eh? Ah... Maaf, catatan ku tidak begitu lengkap selama seminggu ini ... Coba tanya Brody, mungkin dia lengkap" kata Leo. Padahal sebenarnya, dia tidak mencatat apapun selama seminggu ini.
Joni pun mendatangi Brody "Brody, pinjam catatan mu dong"
"Maaf Joni, selama seminggu ini aku tidak mencatat apapun" jawab Brody.
"Lah, Apa yang kamu lakukan selama seminggu ini?"
"Pergi ke warung ... Leo yang mengajak ku ke warung"
Hebat juga kalian tidak dikeluarkan dari sekolahan batin Joni.
Joni pun meminjam buku orang lain, untungnya orang itu memperbolehkannya dan catatan orang itu pun lengkap.
Sampai pulang sekolah, Joni belum selesai. Dia meminta untuk bukunya dibawa pulang dan orang tersebut gak masalah.
Brody dan Leo, berjalan mendatangi Joni. "Joni, Pergi nongkrong yuk" Ajakan Brody.
"Sekalian untuk mengakhiri chapter kali ini" kata Leo.
"Boleh, lagi pula sudah lama kita tidak nongkrong bertiga" Joni pun setuju dengan ajakan mereka berdua.
Mereka berkendara dengan motor, pergi ke pegunungan terdekat, disana mereka ingin melihat pemandangan kota dan matahari tenggelam.
selama setengah jam perjalanan "Wow, baru kali ini aku pergi kesini" Leo sangat kagum.
"Kota kita kalo dilihat dari atas, lumayan juga ya?" kata Joni sambil melihat pemandangan kota.
"Hahaha, Bersyukur lah kalian punya sahabat seperti aku" kata Brody dengan berlagak sombong.
Mereka bertiga membeli pop mie dan segelas es teh yang dijual oleh pedagang kaki lima. Sambil makan, mereka duduk di bangku yang menghadap ke matahari tenggelam.
"Brody, Dari mana kamu tau tempat ini? Tanya Joni.
"Mungkin kalian tidak akan percaya, aku berlari dari rumah ku untuk datang kesini ... Sebenarnya aku juga tidak sengaja menemukan tempat ini ...
Tapi lama-lama aku jadikan tempat ini sebagai batas maksimal pelarian ku" Penjelasan Brody.
Dia hanya mengarang cerita ... Sejak kapan dia mulai lari-lari? Batin Joni.
Bohongnya kelihatan banget batin Leo.
Yang dikatakan batin Joni dan Leo adalah benar. Brody tidak pernah sekalipun berlari jarak jauh, meskipun dia mencintai olahraga. Sebenarnya Brody menemukan tempat ini dari postingan sosial media.
"Oh, mataharinya dah mulai turun!" Kata Leo.
Mata mereka bertiga sedang sangat fokus ke matahari tenggelam. Mereka sangat menikmati momen tersebut, sampai-sampai.
"Aduh... Mataku rasa sangat perih" Kata Joni sambil menunduk, dia menangis karena perih.
"Aku juga ... Rasanya ada banyak pasir di mataku" Leo juga sama seperti Joni, Brody juga sama.
Ingat, Kalo melihat matahari, meskipun matahari tenggelam atau pun terbit. Pakailah kacamata hitam untuk melindungi mata kalian. Kalo tidak percaya, coba sendiri tanpa pakai kacamata. Jangan salahkan aku kalo kalian mengalami hal yang sama seperti Joni dan teman-temannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 29 Episodes
Comments
nord
ini pasti othor pernah kejadian
2023-05-05
1