Zahra berjalan ke arah dapur sedangkan sang ibu mertua mengantarkan Liona sampai ke depan pagar rumah. Ketika dengan santainya Zahra berjalan Tiba tiba saja ia di tarik sang kakak ipar, sampai masuk ke dalam kamar. "Aaaaa...." pekiknya sedikit terkejut.
Sigap Raditya membungkam mulut Zahra dengan tangan kiri dan tangan kanan berada di atas bahu Zahra "Sttttt.....kecilkan suaramu, jangan sampai ada yang mendengarnya"
Dengan mulut di bekap Zahra mengangguk kepala. Tak lama kemudian Raditya meleaps bekapan tersebut.
"Aku tidak mau menemui wanita itu" Tatapan Raditya membuat Zahra berdebar bedar. Baru pertama kali ia melihat kakak iparnya sedekat ini bahkan sampai membawanya ke dalam kamar. Jangtungnya seakan mau copot, bagaimana tidak kalau di depan matanya ada sosok laki laki tampan seperti Raditya. Di banding dengan suaminya tentu Raditya lebih dari segalanya hingga pikiran kotor mulai melintas di otaknya. Pandangan keduanya bertemu. Tanpa sengaja Zahra menggerakkan kepala hingga mengenai tangan Kanan Raditya, membuatnya menekuk siku dan tanpa sengaja dia mencium kening Zahra. Zahra pun terperanjat mendapat ciuman dari Raditya hingga kedua bola matanya membulat sempurna.
(Astaga......apa aku sedang bermimpi?) Beberapa saat Zahra masih belum percaya kalau keningnya baru saja di cium oleh sang kakak ipar.
Raditya sendiri merasa situasi semakin canggung. Awalnya ia tidak ada niatan sedikit pun untuk melakukan hal seperti itu, namun entah kenapa semua terjadi seolah olah seperti dunia menginginkan itu terjadi.
"Ah....maaf aku tidak sengaja...." Raditya langsung melepaskan diri. Mengalihkan pandang agar tidak terlalu tenggelam dalam kecanggungan.
(Apa yang telah aku lakukan?) Antara malu dan tidak enak hati, tidak sepatutnya seorang ipar mencium kening adik iparnya sendiri. Sunggu kejadian di luar dugaan, niat hati hendak menghindari Liona justru sekarang Raditya terjebak dalam situasi.
Zahra masih mebisu sambil memegang kening yang di cium oleh Raditya (Ya Tuhan rasanya seperti mimpi. Andai saja.......) dalam hati Zahra sangat senang. Entah kenapa hasrat terpendam mulai menjalari diri sampai lupa dengan siapa ia berhadapan sekarang.
"Tadi....tadi tangan ku terpeleset" Ucap Raditya sembari membuang muka. Tentu saja Raditya merasa canggung karena biar kbagaimana pun Zahra adalah istri dari adik kandungnya sendiri.
Zahra tersenyum melihat sang kakak ipar salah tingkah. Raditya yang merasa canggung langsung berbalik badan sambil memijat kening "Apa yang aku lakukan? Ceroboh sekali aku ini...." Umpatnya sembari geleng kepala.
Karena saling canggung akhirnya Zahra keluar dari kamar Raditya, seraya menyentuh dada "Kenapa jadi deg degan gini ya...." Sembari tersenyum senyum sendiri "Dari dulu sampai sekarang mas Raditya terlihat tampan sekali, jadi goyah imanku ini"
Tidak lama setelah itu ibu Rohaya kembali masuk, beliau melihat menantunya bersandar di depan pintu Raditya. "Zahra ada apa, nak?" Sembari berjalan mendekat.
Sontak Zahra terkejut "Itu bu....emmmm..." belum sempat Zahra bicara Raditya lebih dulu membuka pintu kamarnya hingga badan Zahra tersentak ke belakang. Sigap Raditya menopang tubuh sang adik ipar. Lagi lagi keduanya saling berpandangan.
(Kalau di lihat lebih dekatbZahra cantik juga) Bisikan setan mulai menggerayangi pikiran Raditya.
"Ehem....." ibu Rohaya berdehem hingga membuat Zahra langsung melepaskan diri "Maaf mas aku nggak sengaja......" ucapnya sembari menundukkan kepala.
(Astaga situasi macam apa ini?) Raditya pun memutar otak bagaimana supaya bisa mengalihkan pandangan penuh selidik sang ibu berganti dengan pandangan biasa saja. Raditya pun melebarkan senyum sembari mengusap kepala Zahra "Tak apa....santai saja. Makanya jangan suka bersandar sama pintu. Untung saja pintuku ini kokoh, kalau tidak sudah rusak gara gara keberatan" Celetuk Raditya mencairkan suasana.
"Idih di kirain aku gendut? Badan slim kaya begini di bilang keberatan"
Ibu Rohaya langsung menjadi penengah antara mereka "Sudah, sudah. Kalian ini sudah seperti tom and jarry saja"
"Lah itu mas Radit ngatain Za gemuk, buk.Za nggak terima lah" Prores Zahra lagi.
"Jangan di gubria omongan kakakmu ini, biar saja diabicara begitu, nanti kalua pas sudah nikah terus istrinya hamil, baru dia tau gemuk yang sesungguhnya" Ucapan ibu seketika msngheningkan percakapan mereka saat itu.
"Kalau begitu Zahra ke dapur dulu ya, buk. Mau ambil minum sekalian mau ke kamar lacil" ucap Zahra.
Ibu Rohaya mengangguk "Jangan lupa bawa sekalian ikan dari Liona tadi" titah sang mertua.
"Dia pikir kita nggak mampu beli ikan? Ngapain jauh jauh ke sini demi memberikan ikan, kaya orang nggak mampu saja. Kalau cuma membeli ikan saja uangku lebih dari cukup" melempar pandang pada sebuah plastik hitam dibatas meja ruang tamu. Kesombongan Raditya mulai keluar karena ia sangat tidak menyukai Liona atau apa pun darinya.
Melihat ekspresi sang kakak ipar, Zahra mulai nakal "Sebenarnya bukan masalah ikan ini tau mas, tapi demi kamu, mas. Dia sampai rela repot datang ke sini demi kamu lho, itu artinya dia......." Zahra menggoda Raditya membuat mereka saling kejar di depan ibu Rohaya.
"Hey.....sudah sudah kalian ini malah main kejar kejaran kaya anak kecil saja. Zahra sudah, nak. Tolong bantu ibu siapkan makan siang....."
Zahra pun langsung memungut plastik hitam itu lalu berjalan ke arah dapur"Baik, buk. Nanti biar Za masakin ikan ini buat mas Raditya, khusus dari sang wanita pujaan" Belum semapat Raditya menangkapnya, Zahra sudah berlarian menuju dapur.
"Dasar anak itu nakal sekali......" Raditya duduk di sofa seraya melihat punggung Zahra tenggelam di balik pintu dapur. Senyumnya melebar indah. Entah saat ini ada sesuatu dalam dirinya yang terasa aneh. Gejolak maha dasyat membuat jantung berdetak kencang seketika.
"Kamu ini masih saja suka bercanda sama Zahra, udah kaya adik kandung saja. Ingat, dia iru hanya iparmu, tidak sepantasnya kamu seperti itu sama dia" timpal sang ibu.
"Hubungan yang baik itu ya seperti itu kan bu. Harusnya antara ipar tidak ada batas, jadi aku memperlakukan dia layaknya adik sendiri...." Jawab Raditya.
"Iya ibu tau tapi jangan bercanda kelewat batas, banti jatuhnya malah timbul rasa. Memang dia iru adik ipar kamu, tapi dia juga wanita kalau nanti dia sampai suka sama kamu, bisa jadi dosa besar lho, nak."
Raditya bangkit sebab tidak menyukai ucapan sang ibu "Ibu ini apa sih nggak usah mikir seperti itu, dari dulu ibu tau kalau aku ingin punya adik perempuan. Lalu apa salahku kalai menganggap Zahra seperti adik sendiri? Radityatidak suka kalau ibu sampai mikir kejauhan seperti itu" Guratan pada kening Raditya tergambar jelas.
"Bukan begitu,bak. Maksud ibu itu cuma mengingatkan kamu saja. Maaf ya ibu sudah mikir terlalu jauh' Ujar beliau sembari bangkut lalu mengusap lengan sang putra. Ibu Rohaya berusaha tidak begitu mempermasalahkan hal kecil itu lalu keduanya saling berbincang kembali.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 27 Episodes
Comments