Ibu Rohaya melihat calon menantunya begitu anggun dengan senyum simpul nan manis menghias di ujung bibir tipisnya. Cara dia berbusana dan make up tipis mencerminkan kepribadian sang calon menantu. Sepertinya dia bukan wanita yang suka neko neko, terlihat sederhana tapi sangat menawan. Meski begitu kecantikan Liona membuat siapa saja rak lepas dari wajahnya.
(Subhanallah, begitu cantik calon menantuku ini.Tidak hanya cantik tapi sepertinya dia juga lemah lembut. Pantas saja Zaky menjodohkan gadis ini dengan adiknya) tatapan kagum ibu Rohaya terlihat jelas.
Beliau menyenggol lengan Raditya "Nak coba lihat calon istri mu, dia terlihat cantik sekali, senyumnya sungguh manis. Ibu dengar dari kakak kamu kalau calon istrimu juga pandai sekali dalam bidangnya" bisik ibu Rohaya kepada sang putra. Sekilas Raditya melihatnya biasa saja lalu kembali membuang pandang. Seberapa cantik si wanita itu tidak akan berpengaruh apa pun padanya. Sebenarnya Raditya berat sekali menerima perjodohan itu, tapi dia tidak berani menolak permintaan sang kakak yang ingin dia segera menikah. Andai saja Raditya punya kebaranian untuk menolak, pastinya dia akan menolak perjodohan tersebut.
"Iya kan dia cantik?" Bisik sang ibu lagi.
"Apaan sih, buk. Menurutku dia itu biasa saja. Nggak ada istimewanya" Jawab Raditya dengan nada tidak suka.
"Ish....bicara apa kamu ini, seharusnya kamu ajak dia ngobrol. Sebentar lagi dia akan menjadi pendampingmu seumur hidup, harusnya kamu ajak dia ngobrol gih"
Raditya menatap sang ibu "Ogah...."
Sang ibu menepuk lengan sang putra "Hust....kalau bicara jangan sembarangan kamu"
(Kenapa waktu berjalan lambat sekali hari ini) sangking tidak mau berlama lama Raditya pun berbisik pada sang ibu "Udah yuk buk kita pulang. Toh aku sudah lihat wajah dia, untuk apa berlama lama lagi"
Sang ibu pun berbisik "Tunggu bentar, kita juga baru aja datang. Biarkan calon istrimu memperkenalkan diri terlebih dahulu, baru nanti kita pulang"
Liona tertunduk malu di hadapan calon suaminya. Etika baik dan budi pekerti luhur sudah Liona miliki sejak kecil. Ia langsung menckum tangan calon ibu mertua.
"Perkenalkan dia anak gadis kami, Liona. Insya Allah dia akan menjadi menantu .....
"Mohon maaf sebelumnya kalau boleh saya tanya selaku ayah dari Liona, mas Raditya ini bekerja di mana? Apa mas Raditya juga sudah punya rumah sendiri?" Pertanyaan itu sedikit mengusik Raditya. Baru saja ketemu tapi malah membahas seperti itu, seolah olah terlihat matre. Jelas seorang laki laki tidak akan suka jika di cecar dengan pertanyaan seperti itu. Para calon mertua seharusnya jangan menanyakan pasal seperti itu, sebab akan membuat calon menantu tidak suka.
Paman beserta ibu Rohaya saling bertatapan. Baru kali ini calon mertua lansung terang terangan menanyakan pasal rumah kepada calon menantu. Pantas saja Raditia langsung memasang wajah tidak suka.
(Orang macam apa mereka ini, baru bertemu sakali tapi sudah berani bertanya pasal rumah. Memang anaknya secantik itu sampaiharus di ratukan? Muka pas pasan saja belagu. Kalau pun bukan karena mas Zaky, aku tidak akan pernah mau menerima perjodohan ini)
"Alhamdulillah keponakan saja sudah mapan. Pekerjaan tetap dan rumah juga sudah punya, jadi bapak tidak perlu cemaskan hal itu. Insya Allah keponakan saya bisa memberikan yang terbaik untuk putri bapak" jelas sang paman.
"Saya hanya seorang pegawai biasa, pak. Rumah pun masih nyicil" ucapnya memberitahu.
"Oh begitu ya, Sebelumnya saya minta maaf sudah bertanya perihal seperti itu, bukan apa apa sih, cuma saya tidak akan melepas putri satu satunya kalau hanya di buat menderita" memang pedas sekali mulut bapak tersebut hingga membuat Raditya ilfil.
"Insya Allah bersama keponakan saya ini, putri bapak akan bahagia" sambung pamannya.
"Iya, pak. Kami juga pasti akan tanyakan perihal yang sama jika mengenai putra putri kami yang hendak di persunting" sambung sang ibu memecah kediaman beberapa orang.
"Oke, oke, saya juga suka tipikal calon mantu setampan mas Raditya ini. Tidak hanya tampan tapi juga mapan. Saya percaya bersama dengan nak Raditya putri kami akan bahagia " pujian tersebut tidak berpengaruh sedikit pun olehnya.
"Nak ambilkan calon suami kamu minum" titah sang ayah. Liona pun mengangguk penuh senyum.
Mereka pun berbincang bincang sebelum Liona kembali datang dengan membawa sebuah nampan berisikan air minum dan beberapa makanan ringan.
"Silahkan di minum" ucap Liona lembut.
Ibu Rohaya mengusap kepala calon menantunya ketika ia menunduk menyuguhkan segelas air untuk calon mertua. Liona menatap ibu Rohaya sambil tersenyum simpul.
"Terima kasih, nak."
"Sama sama, buk." Tutur Liona seraya kembali duduk di tempat semula.
Setelah percakapan dan lain lain, tiba saatnya pihak wanita memperkenal calon istrinya.
"Sepertinya kalian harus memperkenalkan diri lebih lanjut. Liona sayang ajak calon suami kamu melihat lihat sekitar halaman rumah. Kalian bisa berbincang lebih dalam lagi" titah sang ayah.
"Baik, pak"
Dengan malu malu Liona pun bangkit lalu mengajak Raditya keluar rumah "Mari mas...." ujarnya dengan anggun. Raditya nampak kurang suka melihat sosok calon istrinya tersebut, bukan karena kurang cantik atau apalah itu, tqpi Liona tidak masuk kriteria wanita yang ingin ia nikahi. Dengan malas Raditya bangkit lalu mengekor Liona (Kalau bukan karena terlanjur, maka aku tidak sudi berduaan dengan perempuan ini) gerutu Raditya sambil terus melihat pundak si calon istri. Sesaat kemudian Liona mengajak Raditya duduk sejenak di halaman samping rumah yang terdapat taman kecil "Silahkan, mas" Ujarnya sambil mempersilahkan sang calon suami. Beberapa saat mereka duduk berdua akhirnya Liona membuka obrolan terlebih dahulu.
"Emmm.....mas Raditya saya minta maaf jika pertanyaan bapak tadi terlalu tidak berkenan di hati." Dengan santai Raditya menjawab "Tidak masalah"
Liona bingung kenapa Raditya tidak mau menatap dirinya malah asik dengan ponsel di tangannya.
"Kalau boleh saya tanya mas kerja di mana?" Liona berusaha terus menguak jati diri sang calon suami. Bukannya jawaban malah yang ia terima hanya tatapan mata.
(Apakah aku terlalu lancang sudah bertanya seperti itu)
Terlihat Raditya memasukkan ponsel ke dalam saku celana "BUMN. Sudah terlalu sore saya harus segera pulang" Raditya pun segera kembali masuk ke dalam rumah.
Raditya melihat sang wanita, tatapan Raditya membuat Liona semakin jatuh lebih dalam. Sebelum pertemuan terjadi, Ia lebih dulu tau wajah Raditya dari Kinanti. (Astaga....jantung ini).
"Mas tunggu sebentar..." meraih lengan Raditya.
Raditya pun terhenti seraya melihat lengannya. Tatapan risih Raditya membuat Liona segera menarik kembali tangannya "Maaf, mas. Saya cuma mau minta nomor hp mas saja" Liona langsung menunduk malu.
Raditya segera mengeluarkan kartu nama "Ini" setelah Liona menerima kartu tersebut, Raditya langsung kembali masuk.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 27 Episodes
Comments