Beberapa hari kemudian....
Liona sering mengirim pesan singkat via whatsapp, namun Raditya jarang sekali membalasnya, paling hanya sekedar di baca. Baginya semua itu tidak berarti apa pun hanya membuang waktu berharganya saja "Membuang buang waktu saja" Kesal Raditya sembari meletakkan kembali telepon genggam miliknya. Setiap kali menerima pesan singkat yang bermaksud berbasa basi, membuat Raditya muak.
"Kenapa mas Raditya tidak pernah mau membalas pesan singkatku? Padahal aku ingin mengenalnya lebih jauh lagi" Lirih Liona dengan terus memandang layar ponsel. Dia yang tengah berbaring di atas ranjang lalu tengkurap sambil sesekali membenamkan wajah pada bantal "Apa susahnya tinggal balas pesan ku saja"
"Kenapa sih harus berurusan sama wanita seperti dia itu, sebelum dia datang dalam hidupku semua nampak baik baik saja, tapi setelah dia datang dunia ini seolah runtuh" Ucap Raditya bergegas keluar kamar. Menyebut nama wanita tersebut bisa membuat mood hancur apa lagi harus berhadapan langsung, tentu tidak akan baik jadinya.
Di suatu hari tepat hari minggu pagi Liona datang ke rumah Radutya, sekedar bersilahturahmi. Kebetulan di rumah sedang ada Zahra yang kebetulan berkunjung ke rumah, mumpung hari libur. Zahra, istri dari adik laki lakinya. Hari ini sang ipar datang sendiri karena suaminya tengah pergi ke rumah teman. Begitulah suami Zahra selalu mementingkan teman dari padi pada menemani istri. Terkadang hal tersebut bisa memicu pertengkaran hebat antara keduanya.
Saat ini Zahra tengah duduk bersama dengan mertuanya di ruang tamu, tengah melihat tv. Untuk sesekali ngobrol kecil dan selebihnya mereka diam. Zahra duduk sambil bersila dengan bermain sebuah ponsel.
"Assalamualaikum...." suara lembut itu langsung membuat semua yang ada di dalam rumah menoleh ke arah sumber suara.
"Siapa yang datang, buk?" Tanya Zahra sembari menyingkap sebuah tirai jendela. Ibu Rohaya pun lalu mengintip dari balik jendela "Oh dia itu adalah....."
"Assalamualaikum....." Salam kembali terucap, sampai Ibu Rohaya langsung keluar.
Ketika Zahra hendak keluar rumah tiba tiba saja seseorang membuat langkahnya terhenti "Eh dek sini dulu...." meraih lengan Zahra lalu membawanya menuju pintu dapur.
Dengan penasaran Zahra bertanya "Ada apa, mas? Kelihatannya gugup gitu" Heran Zahra. Melihat mimik wajah sang ipar jelas terlihat gugup saat itu. Entah gerangan apa yang membuatnya sampai seeprti itu "Yang di luar itu....."
Belum sempat selesai berucap, Raditya langsung mengacungkan jari telunjuk dekat bibir Zahra "Sttttt....jangan keras keras. Tolong bantu aku ya, please"
Zahra semakin tidak paham permintaan apa yang iparnya inginkan "Memangnya mas mau minta tolong apa?" Kedua bola mata Zahra seolah mencari jawaban dari tatapan mata Raditya.
"Bilang sama tuh cewek kalau aku nggak ada di rumah.....oke?" Raditya nampak begitu enggan untuk sekedar menemui tamu tersebut. Jelas sekali kalau Raditya tidak menginginkan kehadiran si wanita.
"Astaga, mas. Tak pikir apaan ternyata cuma nggak mau ketemu sama tuh cewek, memang dia itu siapa sih?" Zahra menahan tawa namun Raditya tak perduli, Ia malah langsung berlari ke dalam kamar.
"Loh mas emangnya dia itu siapa?" Tanya Zahra lagi tapi tidak sempat Raditya jawab karena ibu mertua dan si wanita sudah masuk ke dalam rumah. Sebagai menantu yang baik Zahra pun menghampiri keduanya.
"Nak perkenalkan dia menantu ibu, Zahra" Ibu Rohaya memperkenalkan menantunya kepada Liona.
Zahra pun mengulurkan tangan di sambut hangat oleh Liona "Saya Liona, Kak. Salam kenal" setelah berbasa basi mereka pun duduk di ruang tamu. Terlihat mata Liona seolah mencari sesuatu. Ya, sesuatu tersebut tidak lain adalah Raditya.
Ibu Rohaya melihat arah di mana Liona memandang "Kamu pasti mencari calon suami kamu ya, nak?"
Dengan wajah menunduk Liona pun tersipu malu "Ti....tidak buk bukan begitu. Saya hanya....."
"Kalau begitu biar ibu panggilkan dulu " Ujar beliau sembari bangkit. Namun, ketika hendak bangkit Zahra menggapai tangan ibu mertua "Ibu lupa ya mas Raditya kan nggak ada di rumah....." dengan mata berkedip kedip beberapa kali. Tentu saja Ibu Rohaya bingung padahal ia tau putranya ada di rumah.
"Tapi tadi..." ibu Rohaya masih saja mengulik keberadaan sang putra yang jelas jelas tadi masih di dalam rumah.
"Aduh ibu ini pasti lupa lagi....maaf ya mbak ibu mertua saya pelupa" Tanpa tunggu lama Zahra langsung merangkul pundak sang mertua "Ibu pasti lupa kalau mas Raditya baru saja keluar, katanya sih mau ke rumah teman kalau tidak salah, iya kan buk?'
Zahra terus memberi kode pada ibu mertuanya sampai akhirnya beliau mengerti bahwa sang putra tidak ingin bertemu dengan calon pengantinnya.
"Tidak apa apa, mbak. Kedatangan saya ke mari hanya untuk silahturahmi...."jelasnya sambil tersenyum. Senyumnya tampak setengah hati, mungkin dia kecewa. Niat hati ingin lebih dekat dengan calon suami justru malah harapan kosong yang harus ia telan.
"Oh iya, bu. Tadi bapak saya ada titipkan ikan hasil panen untuk ibu dan keluarga" Menyerahkan plastik hitam yang ia taruh di meja. Ikan hasil panen yang sudah ia masak terlebih dahulu.
"Pantas saja baunya harum....."Sambung Zahra.
"Iya mbak itu masakan ibu saya, kalau saya sih jujur tidak bisa memasak" Ujarnya seraya menunduk malu. Hampir setiap hari belajar memasak tapi ia sangat kesulitan dalam satu hal tersebut.
Setiap orang ada kekurangan dan kelebihan masing masing, tidak semua orang bisa melakukan hal yang sama.
Zahra terkejut mendengar pengakuam Liona. Padahal di dalam keluarga suaminya atau lebih tepatnya keluarga besar ibu mertua, rata rata menantunya bisa memasak semua. Begitu saja terkadang sang ibu mertua masih kurang puas dengan hasil masakan para menantu, lalu bagaimana kalau sampai Liona menjadi menantunya? Apa iya beliau mau menerima semua itu, atau malah akan menolak. Entahlah, Zahra hanya bisa mengira ira kemungkinan yang akan terjadi. Pernah dulu ketika Zahra baru saja masuk dalam keluarga suaminya ia di haruskan bissa dalam urusan dapur dan mengurus rumah. Tuntutan itu selalu menjadi prioritas utama dalam keluarga ibu Rohaya.
"Masalah masak nanti biar ibu ajarkan sama kamu, nak. Ibu itu dulunya jualan nasi seperti warteg gitu, tapi karena bapak meninggal dunia akhirnya ibu memutuskan ikut anak anak saja." Ibu Rohaya bicara panjang kali lebar sampai Raditya kesel.
"Kenapa sih dia belum pulang juga? Ganggu orang mau istirahat saja" Raditya memutuskan mengirim pesan singkat pada adik iparnya mengenai kapan pulangnya si wanita itu. Sontak Zahra tersenyum melihat pesan dari kakak iparnya "Ada apa nak?" Tanya ibu Rohaya sembari melihat ke layar ponsel sang menantu. Beliau membaca pesan sang putra yang membuatnya menahan tawa "Nak Liona mohon maaf bukannya mau ngusir tapi ibu mau ada arisan di kampung sebelah"
"Kalau begitu saya pamit pulang ya buk. Besok saya main ke sini lagi" buru buru Liona pamit pukang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 27 Episodes
Comments
@C͜͡R7🍾⃝ᴀͩnᷞnͧiᷠsͣa✰͜͡w⃠࿈⃟ࣧ
wah Raditya keterlaluan banget ya
2022-12-24
2