Terlihat mereka saling mendorong, dan Fino pun terjatuh, Fino memang memiliki pemikiran dewasa milik Rio namun cara bicara dan kekuatannya hanyalah kekuatan balita yang lemah milik Fino.
Astaga, ini sakit sekali, pikir Rio (Fino).
Seketika Fino menangis dengan kencang, meski Rio yang berada dalam tubuh Rio tidak ingin mennagis namun nyatanya dia tidak bisa menahan tubuh balita itu untuk menangis.
Jiwa mereka seakan saling tumpang tindih, mereka memiliki jiwa Rio dan Fino.
Kalisa langsung mengangkat tubuh Fino, dia mengecek bagian manakah yang sakit, tidak ada luka lecet ataupun darah.
"Fino, mana yang sakit? Sebelah mana sayang?" Tanya Kalisa dengan nada khawatir.
"Huwa…. Ini Bunna , kaki Fino," ucap Fino sambil mennagis, dia tidak bisa berhenti menangis.
"Apa kaki kamu terkilir ya?" Gumam Kalisa.
Dengan segera Kalisa mencari bantuan, dia membawa Fino ke klinik terdekat, karena daerah itu memang minim dengan pasilitas kesehatan dan jauh dari Rumah Sakit besar.
Fino menangis kesakitan, ternyata benar saja kakinya terkilir, sebisa mungkin dokter memeberikan penanganan terbaik, dan mereka pun akhirnya pulang, Fino belum bisa berjalan karena kaki kanannya masih terasa sakit.
"Apa kaki Fino masih sakit?" Tanya Kalisa.
"Masih Bunna, tapi yang tadi sakit sekali," jawab Fino.
"Kamu makan dulu ya, nanti minum obatnya..!," ucap Kalisa sambil membelai rambut balita lelaki yang sedih itu.
"Iya Bunna," jawab Fino.
Kalisa menyuapi Fino dengan sabar sampai makanan itu habis, lalu memberinya obat.
Kamu memang baik hati Kalisa, aku selalu salah menilaimu, aku selalu berpikir negatif tentangmu, aku menyesalinya, aku sangat menyesalinya, batin Fino (Rio)
***
Keesokan harinya, Fino bangun lebih pagi, dia mengeluhkan kakinya.
"Bunna, kaki Fino masih sakit," keluh Fino pada Kalisa.
"Yang benar? Bukannya kemarin sudah lebih baik?" Tanya Kalisa sambil mengecek kaki balita itu lagi, betapa terkejutnya Kalisa saat melihat kaki Fino yang membengkak.
"Astaga, kamu harus segera diperiksa lagi, kamu sarapan roti dan susu hangat ya, lalu kita pergi ke klinik lagi..!" Ucap Kalisa pada Fino, anak itu mengangguk dengan mata yang kemerahan menahan tangis.
Aku tidak boleh cengeng, aku tidak boleh membuat Kalisa khawatir! Batin (Rio)
Mereka pun akhirnya sampai di klinik kemarin, namun setelah diperiksa Fino mendapatkan rujukan ke Rumah Sakit besar yang ada dikota untuk melakukan rontgen pada kakinya.
Kalisa sempat kebingungan karena kendaraan di panti hanya ada satu, itupun akan dipakai setiap hari, sementara dia ke kota pasti memerlukan waktu beberapa hari agar tidak pulang pergi denga jarak yang sangat jauh.
***
Keesokan harinya Kalisa bernagkat bersama dokter yang ada di klinik kemarin, dokter itu bernama Riki, dia sangat baik dan ramah.
"Terimakasih Dok karena sudah memberikan tumpangan…," ucap Kalisa.
"Tidak masalah, kebetulan saya juga akan pergi ke kota, maaf ya karena di klinik alat-alatnya terbatas, kalian jadi harus jauh-jauh ke kota," ucap Riki
"Tidak apa-apa Dok, kami sudah terbantu kok," ucap Kalisa, Riki pun tersenyum memandang wajah manis Kalisa.
Ck.., dia benar-benar berusaha mencari perhaian Kalisa, batin Rio (Fino) yang merasa kesal sekaligus cemburu.
Riki mengantar Kalisa sampai dia mendapatkan nomor antrian, setelah itu dia pergi karena ada beberapa urusan.
"Kalisa saya pamit dulu ya, ini alamat kontrakan orang tua saya, kamu bisa pergi ke alamat itu, saya sudah menyiapkan kamar untuk kamu dan Fino, disana sudah lengkap tersedia barang-barang yang kalian butuhkan selama disini..!" Ucap Riki pada Kalisa, dia memberikan selembar kertas.
"Terimaksih banyak Dok, saya merasa tidak enak karena merepotkan dokter," ucap Kalisa malu.
"Tidak apa-apa, saya senang membantumu, Fino… cepat sembuh ya..!" Ucap Riki sambil membelai rambut Fino, namun Fino seakan enggan disentuh oleh Riki.
"Fino jangan begitu sayang..!" Ucap Kalisa yang tidak suka jika Fino bersikap tidak sopan pada Riki.
Ck, padahal aku suaminya, tapi malah orang lain yang dibela, pikir Rio (Fino).
***
Mereka menunggu hampir satu jam, akhirnya giliran mereka masuk, Fino melakukan serangkaian pemeriksaan dan untuk hasil Rontgen belum bisa keluar hari ini, Kalisa harus menunggu dua hari berikutnya.
"Bagaimana kalau Fino dirawat disini saja bu?" Usul sang dokter.
Kalisa sebenarnya ingin yang terbaik untuk Fino, namun dia bingung dengan biaya yang akan dia tanggung, dia tidak memiliki uang untuk perawatan di Rumah Sakit berhari-hari.
"Maaf Dokter, saya akan mengambil rawat jalan saja," ucap Kalisa dengan terpaksa.
"Baikalah, tapi besok kesini lagi ya untuk pemeriksaan lagi..!" Ucap sang Dokter.
Kalisa mengangguk, dia pamit dan memberi hormat pada Dokter itu.
Saat Kalisa hendak pulang berniat mencari alamat kontrakan yang diberikan Riki, dia menabrak seseorang.
"Aw…, hati-hati dong, jalan pake mata!" Teriak wanita itu.
Felisha, batin Kalisa yang kaget dia tidak menyangka akan bertemu wanita itu lagi.
"Kalisa, hmm… kamu sudah punya anak sekarang? Apa kamu sudah pernah melahirkan sebelum menikah dengan Rio? Hahaha… mengejutkan, atau ini anak suamimu yang baru?" tuduh Felisha.
"Kamu tidak perlu tahu urusanku," ucap Kalisa, dia berniat pergi karena tidak mau berdebat dengan Felisha, dia juga tidak mau kalau sampai bertemu Rio, karena itu hanya akan membuatnya sakit hati.
Namun dia malah bertemu ibu mertuanya, jelas dia kaget, dia bingung harus bersikap pura-pura tidak mengenalnya atau menyapanya seperti biasanya.
"Mamah…, apa kabar Mah? Siapa yang sakit?" Tanya Kalisa yang memilih menyapa, meski dia merasa bersalah karena kabur dari rumah.
"Kamu sungguh tidak tahu malu Kalisa, sudah pergi dengan selingkuhanmu, sudah membuat Rio anakku celaka dan koma, sekarang kamu menunjukan wajahmu dengan anak selingkuhanmu itu hah? Mana, mana selingkuhanmu itu? Apa dia lebih baik dari Rio anakku? Sehingga kau mampu membuatnya menderita," cerca Bu Riani emosi pada Kalisa.
Kalisa tidak mengerti dengan semua ini, kenapa ibu Rio bisa semarah itu, bisa menuduhnya dengan berbagai tuduhan yang sama sekali tidak dia lakukan.
"Sabar Mah, sabar…!," Ucap pak Gerhana.
"Mamah gak bisa sabar Pah, dia wanita ular Pah," ucap Bu Riani menunjuk ke arah Kalisa.
Kenapa mamah bisa memarahi Kalisa, kenapa semuanya menjadi begini? Yang selingkuh kan Felisha, kenapa semua jadi kesalahan Kalisa, aku yang salah Mah, dan Felisha yang membuatku kecelakaan, batin Rio (Fino)
Ingin rasanya Fino membela Kalisa, namun dia tidak mampu.
"Jangan sakiti Bunna..! Bunna wanita baik hati sepelti malaikat," ucap Fino.
"Lihatlah Kalisa, bahkan anakmu menganggapku malaikat, dia tidak tahu betapa berbisanya dirimu," ucap Felisha.
"Kamu tidak berhak berkata begitu!" Ucap Kalisa pada Felisha.
Sementara pak Gerhana mencoba menenangkan istrinya, mengajak Bu Riani duduk dan minum air mineral agar lebih tenang.
Felisha terus saja menuduh Kalisa, membuat wanita itu tidak tahan dan pergi secepat mungkin.
Kalisa memilih pergi ke toilet untuk membasuh wajahnya, dia membiarkan Fino duduk menunggu dirinya sampai dalam keadaan lebih baik dan lebih tenang.
Tiba-tiba Kalisa teringat ucapan ibu mertuanya, Apa mas Rio koma dan dirawat di Rumah Sakit ini? Apa yang sebenarnya terjadi padanya? Tunggu, aku tidak boleh memikirkan lelaki itu lagi! Stop Kalisa!.. batin Kalisa.
Namun hatinya masih saja peduli, dia penasaran dengan keadaan Rio, dia juga kini khawatir dengan pria yang pernah hidup satu tahun bersamanya, dia merindukan wajah lelaki itu.
Aku harus memastikan dulu keadaanya..! Pikirnya.
Bersambung….
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 68 Episodes
Comments
Merry Dara santika
ternyata rio koma. Dan jiwa nya masuk ke badan fino
2023-01-06
1
ᴍ֟፝ᴀ Odette🏁
Omo Omo 🙈🙈🙈🙈
Semoga Rio cepat bangun dari koma nya
Next....
Semangat buat kelanjutan ceritanya ya....
Semangat....
2022-12-29
3