POV. Author
Pagi ini seperti biasa, Kalisa menyiapkan sarapan untuk semua anak-anak panti.
Mereka terlihat berjejer rapi, Kalisa membagikan makanan itu kesetiap piring yang tersedia di depan mereka.
"Ayo anak-anak kita sarapan," ucap Kalisa.
"Iya bunda, terimakasih…," ucap semua anak dengan kompak.
Mereka makan dengan lahap, namun berbeda dengan Fino yang malah menatap makanan itu saja, tanpa menyentuhnya.
Kalisa berniat membujuk Fino agar mau makan dia menghampiri anak balita itu, "Fino… dimakan sayang..! Kasian nanti makanannya nangis karena gak dimakan sama kamu, kamu juga harus makan biar sehat ya..!"
"Iya Bunna," jawab Fino dengan mata berkaca-kaca.
Sebenarnya Fino bukan tidak mau makan, tapi dia baru menyadari kalau makanan sesederhana itu saja mampu membuat dia berselera makan karena makan secara bersama-sama lebih nikmat rasanya, terlebih itu makanan yang dibuat Kalisa dan rasanya memang sangat enak.
Kenapa dulu aku tidak pernah mau mencoba masakannya yang enak ini, aku memang bodoh karena pernah melewatkannya. Batin Fino (Rio)
Lain halnya saat dia menjadi Rio, memang banyak makanan enak dirumah, namun dia selalu merasa malas untuk makan dan tidak berselera sama sekali hingga dia sering melewatkan waktu makannya karena terlalu fokus bekerja juga, entah itu masakan sang asisten rumah tangga atau masakan Kalisa saat menjadi istrinya dia tidak pernah memakannya.
"Nah gitu dong, Fino anak yang pintar," ucap Kalisa saat melihat Fino mulai makan dengan lahap, Kalisa mengelus lembut rambut Fino.
***
Setelah selesai sarapan, ada beberapa anak yang bersiap-siap untuk pergi ke sekolah. Fino yang merasa bosan berada di panti seharian, dia pun meminta Kalisa untuk menyekolahkannya juga.
"Fino mau sekolah juga?" Tanya Kalisa.
"Iya Bunna, Fino mau sepelti meleka," jawab Fino sambil menunjuk ke arah anak-anak yang sedang menunggu bus jemputan mereka datang.
"Emm, baiklah… besok kamu mulai sekolah ya..!" Ucap Kalisa mencoba membujuk Fino.
"Bunna, aku maunya sekalang," protes Fino.
Akhirnya Kalisa membawa Fino bersama anak-anak yang lain, dia berniat mengenalkan Fino dengan lingkungan sekolah, lingkungan baru yang mungkin saja bisa membuat Fino tidak nyaman, Kalisa ingin melihat dulu apakah anak itu menyukainya atau tidak.
Anak-anak panti memang beragam usianya, bus itu mengantar semua anak dari yang mulai sekolah di taman kanak-kanak hingga SMA.
Saat Kalisa, Fino, dan anak-anak kecil turun di sebuah sekolah TK, semua teman Fino berlarian dan mereka langsung menaiki berbagai wahana permainan, sementara Fino terlihat sama sekali tidak tertarik.
"Kamu mau main Fino? Bunna temenin ya?" Tanya Kalisa, karena anak lelaki itu adalah anak yang paling kecil di panti, membuat Kalisa harus lebih mengawasinya.
"Emm, aku mau naik ayunan itu Bunna, tapi mau berdua sama Bunna," jawab Fino.
"Ok sayang, ayo…!" Ajak Kalisa sambil menggenggam tangan mungil itu.
Fino duduk dipangkuan Kalisa, mereka menaiki ayunan itu bersama, Fino terlihat tersenyum.
Aku baru sadar kalau Kalisa memang wanita yang lembut dan penyayang, batin Fino (Rio).
Saat bel berbunyi, semua anak menghentikan permainan mereka, terlihat mereka berlarian masuk ke dalam kelas. Kalisa pun membawa Fino melihat mereka belajar dari jendela, ya... mereka hanya mengintip saja.
"Lihatlah..! Mereka bernyanyi, dan belajar, apa kamu suka dan mau sekolah seperti mereka?" Tanya Kalisa.
Sebenarnya aku lebih suka masa kuliah daripada masa kanak-kanak, batin Fino yang mengeluh namun dia tidak mungkin menjadi mahasiswa di kampus dengan badan semungil itu.
"Fino sayang …," panggil Kalisa lembut.
"Ah iya Bunna," jawab Fino yang kaget karena tiba-tiba dipanggil saat dia sedang melamun.
Karena jawaban iya dari Fino itulah, Kalisa menganggap Fino suka dan akan mendaftarkannya di sekolah itu.
Namun karena kelalaian Kalisa, Fino malah masuk ke dalam kelas saat pintu itu terbuka, dia dengan berani mengisi semua soal di papan tulis.
Semua orang takjub dengan kemampuan Fino yang masih berumur 3 tahun itu.
"Fino, kita keluar yu…, Jangan gangguin kakak-kakak yang lagi belajar..!" Ucap Kalisa yang baru kembali dari toilet.
"Iya Bunna…," jawab Fino melangkah pergi menuju keluar.
Namun beberapa guru di sana menghentikan Fino dan mengajaknya belajar bersama di dalam kelas, membuat Kalisa menunggu sendirian di luar kelas.
Akhirnya pelajaran telah usai, semua anak sudah bisa pulang.
"Terimakasih Bu telah mengizinkan Fino belajar hari ini, sepertinya saya akan menyekolahkan Fino disini," ucap Kalisa.
"Maaf Bu, tapi sebaiknya Fino coba langsung daftar ke sekolah Dasar saja, kemampuan Fino sungguh luar biasa, dia sudah bisa berhitung dan membaca." Jawab salah satu guru itu, tentu saja Kalisa kaget, karena setahu dia di panti pun Fino hanya bertingkah layaknya balita pada umumnya, Kalisa hanya menceritakan dongeng dan belum mengajarkan anak itu membaca.
***
Sesampainya mereka di panti asuhan, Kalisa mengajak Fino berbicara serius, "Fino kamu belajar membaca dan berhitung dari mana? apa ada yang mengajarimu?"
"Fino tahu saja isinya belapa, Fino gak belajar dari siapapun," jawab Fino dengan wajah polos dan ketidaktahuannya.
"Hmm, coba Bunna tanya ya…, kalau perkalian, 5 dikalikan 5, berapa hasilnya?" Tanya Kalisa dengan menaikan lima jarinya ke atas.
"25 Bunna, itu soal mudah Bunna, coba tanya soal yang lebih sulit..!" Jawab Fino yang mampu membuat Kalisa merasa takjub.
"Hmm, nanti Bunna coba bawa kamu ke sekolah dasar ya, kebetulan sebentar lagi pergantian semester dan kenaikan kelas kakak-kakak kamu di panti," ucap Kalisa.
Fino mengangguk senang, namun Kalisa masih belum memahami ini semua.
Dia bahkan baru pertama kali ikut ke sekolah, apa dia selama ini selalu melihat kakak-kakaknya belajar ya? apa dia belajar diam-diam? Dan kemampuan belajar Fino dalam memahami pelajaran memang lebih cepat dari anak normal lainnya, Batin Kalisa bingung.
***
Saat sore hari, Kalisa melihat Fino yang bermain bola basket dengan anak lain, dari kejauhan dia melihat Fino yang bertengkar dengan anak lain, bahkan usia anak itu dua kali lipat dari Fino.
Kalisa menghampiri mereka dengan berlari, dia takut kalau pertengkaran itu membuat mereka terluka.
Tak disangka, dari kejauhan terlihat Fino dengan berani melawan anak yang lebih besar, Kalisa mulai cemas, "Fino…, kalian jangan bertengkar..!" Teriak Kalisa.
Bersambung….
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 68 Episodes
Comments
ᴍ֟፝ᴀ Odette🏁
minta flashback nya dong, kenapa Rio bisa jadi Fino
2022-12-27
2
ᴍ֟፝ᴀ Odette🏁
Omo Omo 🙈🙈🙈🙈🙈
Daebak sekali 👏👏👏👏👏
Next.....
Semangat buat kelanjutan ceritanya ya....
Semangat....
2022-12-27
2