WLIM 05

"Benar kan kataku, Do?!"

Ana melirik Aldo yang baru saja masuk ke mobil dan membanting pintu keras-keras. Senyum wanita itu tersamar oleh suasana gelap dalam kabin mobil. Dia sengaja meminta Aldo untuk mengantar pulang, sebab dia tahu Nayra sedang bersama seseorang.

Ya, Aldo tadi sempat berhenti di bahu jalan sebelum kemari. Pria tersebut marah dan mengamuk pada udara di dalam kabin mobil. Aldo tampak frustrasi menghadapi Nayra yang menurutnya sudah kelewat batas. Memang Aldo bajingan sebab tak bisa menahan hasrat. Dia menjaga Nayra untuk malam pertamanya, bertekad untuk menjadi pria yang baik setelah menikah nanti.

Sebelum mengenal Nayra, Aldo lebih dulu mengenal Ana. Mereka semacam baby dan sugar momy, sampai suatu saat Aldo jatuh cinta pada Nayra, yang belakangan diketahuinya sebagai Ibu angkat Nayra. Awalnya Aldo ingin menyudahi hubungan mereka, meski Aldo harus kehilangan sumber uang yang melimpah, demi Nayra, tetapi Ana sama sekali tidak keberatan jika Aldo punya kekasih.

"Wajar kalau kamu ingin punya kekasih dan menikah dengan wanita yang kamu cintai, Aldo, tetapi Tante telanjur nyaman sama kamu. Kamu bisa tetap menyayangi pacarmu, sementara aku akan memuaskan dan nenyenangkanmu. Percaya sama Tante, hubungan percintaan tanpa sentuhan yang intim, akan banyak mengalami perselisihan. Dan kamu akan butuh Tante yang akan mengurai semua pusing di kepalamu."

Itu terdengar benar saat Aldo mengatakan iya pada Ana.

Dan memang benar, Ana yang lebih dewasa jauh lebih pengertian ketimbang Nayra yang egois. Tetapi karena wanita itu juga mau berusaha, Aldo mempertahankannya. Itu tidak apa-apa, kan? Toh nanti Nayra yang akan jadi satu-satunya di sisa hidup Aldo!

Wajah Aldo semuram malam yang mendung seperti malam ini. Ana bisa membacanya dengan sikap diam pria itu. Ini gawat, Aldo pasti sedang menimbang keputusannya meninggalkan Nayra. Ana sadar, sekarang harta peninggalan suaminya sisa tak seberapa itu tak mampu untuk menyenangkan Aldo, dia hanya bergantung pada jatah dari Nayra tiap bulan untuk keperluan pribadinya. Namun, tak bisa dipungkiri kulitnya mulai berkerut—meski dia rajin perawatan dan pernah operasi di beberapa bagian wajah, dan stamina Ana juga bisa menurun kapan saja. Kenikmatan yang dia sajikan untuk Aldo bisa tersaingi oleh Nayra yang masih segar jika benar Nayra mau tidur dengan Aldo.

Gadis itu cukup memukau. Mewarisi kecantikan ibunya, pastinya.

Ana mengerjabkan mata, lalu membuang napas berat sebelum dia siap membuka pintu. Dia harus tarik ulur dan seolah sangat perhatian pada Aldo.

"Tante turun aja, ya ... kita hang out lain kali. Sekarang tenangkan hatimu, jernihkan pikiranmu dulu. Tante nggak akan ganggu kamu malam ini." Sebelah tangan Ana dengan lembut mengusap telinga hingga ke pundak, sementara tangan yang lain mendorong pintu mobil hingga sedikit membuka, memberi celah untuk kakinya yang mulus beralas highheels runcing sepuluh senti, memijak tanah.

Dalam hati Ana berhitung, pada hitungan ketiga, Aldo pasti akan menahannya.

"Aku butuh Tante!" Aldo menarik tangan Ana dalam dua kali hitungan yang dilakukan Ana. Bibir wanita itu tersenyum saat dia memandang Aldo. Matanya dibuat sesayu mungkin, dan hal itu membuat Aldo menarik Ana tak sabaran.

Dagu Ana sepenuhnya dalam kekuasaan Aldo, pun dengan bibir merah merona milik Ana, kini telah menjadi pelampiasan Aldo.

Seakan lupa tempat, Ana membalas ciuman Aldo dengan panasnya. Tangan wanita itu melingkar di leher Aldo, meski posisi mereka masih berjauhan.

Aldo dengan mudah memposisikan Ana setengah berbaring di atas kursi mobil. Menggagahinya, dengan bantuan Ana yang membuka celana jeans milik Aldo.

Gerakan lembut Ana pada miliknya, membuat Aldo segera mencium wanita berusia 50 tahun, tetapi masih sangat cantik, itu lebih ganas. Membuat suasana dalam mobil seperti tertimpa bara.

"Oh, come in, Aldo! Tante udah nggak tahan lagi." Dengan napas memburu, Ana menyiapkan dirinya untuk menerima milik Aldo yang panjang dan keras itu. Terlalu sering melakukannya di dalam mobil, Ana mudah memposisikan tubuhnya ke sudut yang nyaman.

Mata pria itu berkabut. Yang ada dalam kepalanya hanya bayangan Nayra dan Leo yang begitu mesra.

Saat memasukkan miliknya, Aldo mengumpati Nayra dengan umpatan paling kotor dan kasar. Sampai Ana seakan tak mampu menahan serangan Aldo.

"Aldo, easy ...!"

Kepala Ana mendongak. Sentakan di bawah sana membuatnya merasakan sakit sekaligus nikmat. Mata wanita itu terpejam, senyumnya terukir puas.

Namun di tengah-tengah kegiatan mereka, pintu mobil yang lupa Aldo kunci itu terbuka. Menampakkan Nayra yang berwajah pias.

"Hentikan perbuatan kotor kalian!" Nayra berteriak dengan air mata bercucuran.

Aldo menarik tubuhnya yang hampir saja mencapai puncak, wajahnya yang begitu terkejut menatap Nayra gugup. "Nay ...!"

Mata Nayra basah, suaranya bergetar menahan kemarahan dan kecewa, tangannya mengepal. Dia memandang dua orang yang kini ketakutan itu dengan ketegaran yang dipaksakan.

"Kamu minta putus, Mas? Baiklah ... malam ini aku kabulkan!" Nayra memutar badannya, memaksakan kakinya kuat untuk menuju Leo.

"Nay ... tunggu, Nay!" Aldo sibuk mengancingkan celananya. Kancing berat itu seakan mengecil dan melupakan lubang dimana seharusnya dia mengancing.

Aldo mengutuk dirinya sendiri yang lupa diri saat kepalanya ingin meledak. Nayra yang abai dan Ana yang akan meninggalkannya membuat isi kepala Aldo tidak sinkron lagi. Dia tidak bisa membedakan yang mana yang harus dia utamakan. Nayra dengan kesucian cintanya, atau Ana dengan segala kemewahan dunia.

"Baby ... jangan seenaknya pergi, dong!" secepat kilat menahan lengan Aldo, membuat pria itu sejenak berhenti. Lalu sedetik kemudian, Aldo melepaskan tangan Ana dengan kasar untuk kemudian mengejar Nayra—tanpa mengucap satu katapun.

"Aldo ... Aldo—mau kemana?" Tatapan Ana menjadi gelap dan rumit menatap kepergian Aldo, tubuhnya yang setengah terbuka itu berdiri mengikuti gerak tubuh Aldo yang semakin dekat mengejar Nayra.

"An**** bangsad!" umpat Ana frustrasi.

Ana Ana yang sempat mencicipi puncak walau hanya sepersekian detik, merasa kesal karena Aldo lebih memilih Nayra. Dia sendiri tidak peduli dengan Nayra. Ketahuan sekarang atau besok sama saja kan? Yang penting dia bisa mencapai kenikmatan yang dia bayar mahal.

Leo berdiri kaku di sebelah mobilnya. Ingin rasanya menghampiri Nayra dan memboyongnya ke ... ke ... kemanapun Nayra mau, toh yang membuat Nayra sampai melihat hal menjijikkan itu adalah dirinya. Ponsel Leo tertinggal—ini murni takdir, sebab Leo tak berniat meninggalkannya. Namun, saat melihat mobil bergoyang, Leo terpaku sesaat hingga Nayra yang sebelumnya minta ditinggalkan sendiri keluar dan mengantar ponsel tersebut padanya.

Belum sempat Leo menyadari apa yang terjadi, Nayra sudah melesat ke arah mobil itu dan membukanya. Astaga, mereka ceroboh sekali.

Dan begitulah semua terjadi, hingga kini Aldo dan Nayra bertengkar hebat di depannya. Ya, di depan mata Leo.

"Stop, Do! Satu langkah saja kamu berani dekat aku, maka aku pastikan kamu tidak akan bisa memakai burungmu yang kecil itu dengan wanita itu!" Nayra mengacungkan tinju ke muka Aldo.

"Dan ingat satu hal ... jangan pernah panggil namaku dengan bibir dan suaramu yang bau comberan itu!" Mata Nayra berubah menjadi bengis dalam waktu beberapa menit usai berderai air mata yang seakan tak pernah habis. Kilatan penuh amarah itu mengecam Aldo, dan membuat pria itu benar-benar berhenti.

Entah karena dia menarik diri dan menunggu amarah Nayra reda, atau ... Dia beneran takut burung yang Nayra sebut kecil itu tidak berfungsi lagi.

Nayra berbalik, menyambar tangan Leo dengan cepat. Kakinya berjalan sangat normal, seakan wanita itu tak pernah kesleo sebelumnya.

"Bawa aku pergi dari rumah sialan ini, Leo!" Nayra menyeret langkahnya masuk ke mobil, membanting pintu seakan itu adalah mobil miliknya sendiri.

Leo disini merasa terjebak sendiri, meski dia tidak menyesal membuat Nayra memergoki kebejatan Aldo. Tapi, Nayra mau di bawa kemana? Dia masih tinggal dengan ayahnya. Dan semua apartemen juga rumah telah disewakan. Apa dia harus beli apartemen baru lagi?

"Astaga ... bisnisku berkembang tiap kali aku nolong orang yang bermasalah sama pasangannya." Leo membatin dengan kesal. Dulu, Rega menempati apartemen yang baru dibelinya, sekarang malah lebih parah, harus membeli apartemen untuk menampung gadis malang lebih dulu.

"Tuhan, apa ini cobaan untuk jadi kaya? Atau kutukan karena aku terlalu kaya dan baik hati?!"

*

*

*

Ini out of the outline, gess. Awalnya tokoh bukan Leo, ya ... Tapi ada nama lain🤣 sesuaikan sedikit2 sesuai karakter Leo yang mirip-mirip sama tokoh ku yang lain. Cuek-cuek ngangenin🤣

Otewe ngetik Om Nuga, ya ... Ini karena hape mati, sinyal ilang, listrik mati, seharian ... mulai dari tadi malam sampai sore tadi jam 4 an🙃

Terpopuler

Comments

Dewi Fuzi

Dewi Fuzi

uh.... seneng nya langsung tercyduk lg ena"lanjut thor jgn bertele-tele

2023-01-26

1

Riri Ernita

Riri Ernita

😂😂 mamposss...dikatain burungmu kecil

2023-01-03

0

Ita Yuswandari

Ita Yuswandari

wkwkwkwk.... sa ae lu dokter leo 😂

2022-12-26

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!