"Nayra?!" Leo begitu terkejut melihat Nayra, salah satu dokter yang bekerja di rumah sakit yang sama dengannya. "Kenapa kamu disini?"
Bergegas Leo mendekati Nayra dan membantu wanita itu berdiri. "Maaf aku nggak lihat kalau itu kamu."
Nayra tersenyum lemah, seraya terus menunduk. Dia tak mau wajahnya yang berantakan terlihat oleh rekan kerjanya. "Nggak apa-apa, kok, Dok."
"Lagian ngapain kamu malam-malam ada di sini? Hujan-hujanan lagi ...." Leo memandang sekeliling lalu kembali menatap Nayra yang berusaha menepi. "Kamu naik apa ke sini?"
Mengingat jarak dari rumah sakit ke sini sangat jauh. Dan Leo tak melihat ada taksi, mobil, atau motor yang terparkir dalam jarak yang mampu dijangkaunya. Dia kenal Nayra, tapi tidak dekat. Dia hanya dokter umum sementara Nayra dokter spesialis anestesi yang jam kerjanya jarang mengharuskan keduanya saling bertemu.
Tapi bukan tidak kenal sama sekali. Leo dan Nayra saling tahu masing-masing.
"Akh!" Nayra memekik tertahan saat kakinya kembali terasa ngilu. Tubuhnya terhuyung dan nyaris jatuh lagi jika saja Leo tidak menahannya.
"Hati-hati, Nay ... kaki kamu luka?"
Nayra menoleh, menatap Leo yang selama ini dikenal sebagai pria pendiam. Pria itu menunduk, memeriksa kaki Nayra.
"Tadi terkilir, Dokter ... nggak apa-apa, kok. Bentar lagi juga baikan." Ketika Leo ingin menyentuh kaki Nayra, dia menggesernya menjauh. Sungkan atas kebaikan Leo yang belum dikenalnya dengan baik.
"Biar aku periksa dulu." Leo kembali menegakkan tubuh, dan membawa Nayra duduk di kursi panjang depan bengkel.
"Serius nggak apa-apa, Dok—ah."
"Ke rumah sakit, ya? Kayaknya kakimu harus diperiksa sama ahlinya." Bisa dilihat dengan jelas oleh Leo, Nayra sedang menahan sakit yang luar biasa.
Nayra meringis seraya memegangi pergelangan kakinya. "Nggak usah Dok."
Leo menghela napas, ternyata benar ... Nayra memang tertutup dan keras kepala seperti kata beberapa rekan kerjanya. Hanya saja, Leo yang kurang peduli pada lingkungan, tak pernah benar-benar memikirkannya.
"Tapi kalau boleh, aku minta tolong Dokter buat anter pulang." Nayra mempertimbangkan bajunya yang basah, dan jika naik taksi, dia takut kalau akan mendapat perlakuan buruk.
"Oke ... tapi sesampai di rumah, biar aku periksa kaki kamu, ya. Aku takut kamu gak bisa jalan karena aku." Leo balik memberi syarat. "Kalau nggak mau, ya ... aku nggak mau anter kamu pulang."
Dia paham apa yang dikhawatirkan Nayra, jadi jika mengatakan penolakan itu sama sekali tidak berguna. Yang dia tahu hanya menerima, sebab Nayra akan mengambil resiko besar jika tidak menuruti apa kata Leo.
Nayra setuju untuk sementara, tetapi nanti setelah sampai di rumah, dia bisa beralasan apa saja. Pelahan Nayra berdiri, mengulurkan tangan seolah dia dan Leo sudah saling mengenal sejak lama.
Leo tersenyum melihat refleks Nayra. Dan entah mengapa dia merasa sangat bahagia.
Leo dengan langkah ringan memapah Nayra ke mobil yang dia parkir sembarangan di bahu jalan, lalu mengantarkan Nayra ke rumahnya.
***
Rumah Nayra berada di perumahan sederhana yang agak kurang pas dengan bentukan Nayra yang cukup mapan.
Nayra dokter dengan gaji besar, tinggal di apartemen mewah sekalipun, tak akan membuat Leo berpikir macam-macam, tapi ini ...?
"Makasih, ya, Dokter—"
"Leo saja, nggak usah pakai dokter. Kaya pasien aja, mentang-mentang aku abis periksa kondisi kaki kamu." Leo mengukir senyum saat berkata, tangannya sibuk mengemas beberapa peralatan yang dia gunakan untuk membebat pergelangan kaki Nayra.
Hening sejenak, Nayra terdiam, sementara Leo—yang merasa aneh dengan perasaannya pada Nayra, penasaran akan jawaban dari wanita tersebut, mendongak sehingga dijumpainya Nayra yang sedikit terbengong.
"Kamu nggak sedang menderita sakit lain, kan?" Leo berkelakar.
"Hem?!" Nayra tersentak, matanya sejenak bertatapan dengan Leo. Sentuhan Leo adalah sentuhan yang dia harapkan dari Aldo. Sekalipun, Aldo belum pernah memperhatikannnya saat sakit, bahkan hanya saat Nayra merasa pegal di seluruh badan, Aldo tak pernah sedikit saja memberi Nayra satu kata penghiburan. Ah, pria itu ... kemana perginya dia tadi?
"Kamu nggak kesurupan setan bengong, kan?" Akhirnya, Leo melepaskan kalimat yang sejak tadi ditahannya. Ekspresinya menyakinkan sekali sampai Nayra bingung dibuatnya.
Nayra menggeleng buru-buru. "Enggak ... kenapa memangnya, Dok—eh, Leo?"
Leo berdiri dari posisi berjongkok dan mengawasi kaki Nayra. "Jangan banyak gerak dulu lah, sampai besok paling tidak."
Nayra yang sedikit heran dengan ucapan Leo akhirnya ikut memandang ke arah kakinya yang di balut perban elastis. "Aku nggak apa-apa."
"Kakimu yang kenapa-napa!"
Nayra mendongak saking kagetnya mendengar ucapan Leo yang sedikit membentak. Tangan pria itu terulur untuk membantu Nayra, mungkin ke kamarnya, sebab di sini, dia tidak melihat siapapun yang mungkin akan membantu Nayra pindah. Nggak mungkin kan, Nayra tidur di sofa semalaman?
"Aku bantu ke kamar ... kalau nggak mau aku gendong." Leo melihat seberapa parah luka di kaki Nayra. Jika orang lain, pasti sudah menyerah dan memilih rebahan saja. Tapi Nayra masih kukuh berjalan sendiri sejak tadi.
Nayra ragu-ragu, tetapi desakan Leo membuatnya—yang memang butuh bantuan, menyerah. Tangan Nayra memegang lengan Leo—alih-alih di telapak tangan.
"Oh, jadi begini kelakuan kamu, Nay!"
Nayra terlonjak hingga tubuhnya yang susah payah berdiri, kembali siap terjatuh, tetapi Leo sekali lagi menahannya dengan sigap sehingga kini Nayra berada di dekapan Leo.
"Mas ...." Nayra membeliak.
Aldo masuk dengan mata yang bersilak penuh amarah, lalu berkata dengan sarkas pada Nayra. "Jadi dia orang yang membuat kamu berat nepatin janji ke aku?!"
"Mas ... ini nggak seperti yang kamu lihat! Aku tadi ditolong Leo saat terjatuh." Nayra membela diri seraya melepaskan diri dari Leo dan menghadap Aldo. Tetapi Leo tak pernah sedetikpun melepas pegangannya pada Nayra.
"Aku hanya—"
"Stop berbohong, Nay!" sentak Aldo seraya memindai tangan Leo yang tampak protektif memegangi Nayra. "Aku nggak bisa percaya lagi sama kamu, Nay! Padahal tadinya aku kembali untuk memberi kamu kesempatan memperbaiki diri, tapi nggak taunya kamu begini sama laki-laki lain!"
"Mas—"
Aldo menepis tangan Nayra yang berusaha menggapainya. "Jauhi aku, Nay ... mulai sekarang kita benar-benar harus berakhir!"
"Mas ... kamu salah paham!" Mata Nayra sudah penuh dengan air mata yang sebagian besar telah jatuh membasahi pipi. Bagaimana bisa, dia menjalani hidup sendiri setelah bersama Aldo sekian lama? Cobaan yang begitu banyak telah Nayra hadapi untuk menahan Aldo di sisinya selama hampir enam tahun terakhir. Sejak dirinya bukan apa-apa, sampai sekarang telah menjadi seseorang sesuai dengan apa yang dia cita-citakan.
Aldo mendengus sinis, lalu berbalik badan dengan cepat meninggalkan Nayra setelah memberi Nayra tatapan penuh kebencian.
"Mas ...!" Nayra melepas tangan Leo dengan mudah, dan berjalan tertatih mengejar Aldo.
"Nay-Nay!" Leo dengan cepat menghentikan Nayra yang lupa kalau kakinya terkilir. "Jangan kejar dia!"
Badan Nayra yang cukup kurus itu dengan mudahnya terpelating dan memutar menghadap Leo saking kerasnya Leo menyentak Nayra. "Tapi—"
"Pria kalau pas marah, nggak pernah denger penjelasan apapun dari orang lain. Kamu tunggu aja besok, ya ... pas kemarahannya udah reda, pas otaknya mulai bisa berpikir jernih."
Kenapa mendengar itu, hati Nayra merasa tentram? Kepala Nayra bahkan mengangguk. Ah, Leo ....
*
*
*
Kata kak Linda, kok bukan Leo😅 Yaudah, karena di novel ini gak ada niatan yang khusus, jadi okelah namanya aku ubah😅
Fiks, ini jadi spin off ye😅 spin off dari Kristal😅
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments
Mommy Tresna
Aku juga mikirnya spin off, over all bagus sih. semangat thor😍
2022-12-25
0
Mommy Tresna
Ini sih yg paling bener😘
2022-12-25
0
Mommy Tresna
Nay, udh deh plis
2022-12-25
0