Sudah setahun Tania masih betah sendiri. Ia masih trauma dengan kejadian yang menimpa Fredi. Ayu dan Sima masih setia bersamanya meski sudah tak sesering dulu. Alasannya karena mereka sudah sibuk dengan pekerjaan masing-masing. Sehingga waktu untuk berkumpul semakin sedikit.
Hari ini genap setahun Fredi meninggalkan dirinya serta keluarganya. Tania datang ke rumah Fredi yang sudah terdapat banyak orang yakni saudara dan keluarga Fredi.
"Assalamualaikum." Terdengar suara dari depan pintu. Dia adalah Tania yang datang sendirian karena Ayu sudah berada di sana ikut membantu.
"Waalaikumsalam," sahut mereka serempak.
"Kamu yang waktu itu ikut ke pemakaman Fredi, kan?" tanya ibu Fredi, ingin meyakinkan.
"Iya, Tante. Saya Tania." Ia menyalim tangan ibu Fredi.
"Jadi kamu gadis yang dulu sering Fredi ceritakan? Cantik sekali. Sayang, Fredi sudah mendahului kita sehingga kalian nggak berjodoh." Ibu Fredi mengusap punggung Tania dengan lembut.
"Semua ini sudah takdir, Tante." Tania berusaha tersenyum.
"Ya sudah, ayo masuk, sayang." Ibu Fredi mempersilahkan Tania masuk.
Di dalam, banyak sanak saudara Fredi yang memperhatikan dirinya. Bukan hanya karena dia mantan pacar Fredi, melainkan karena wajahnya yang sangat cantik. Ayu menemani Tania yang sedang duduk di ruang tamu.
"Sayang banget ya, Rin, dia nggak jadi menantumu." Seorang wanita separuh baya yang merupakan kakak dari ibu Fredi berceletuk.
"Ah, Mbak sudahlah, jangan mengungkit yang sudah lewat. Mau bagaimana lagi? Allah lebih sayang sama Fredi." Erin yang merupakan nama ibu Fredi itu menjawab.
"Tapi kamu kan masih punya satu anak laki-laki lagi."
"Maksdud Mbak, Doni?"
"Ya siapa lagi. Doni kan adiknya Fredi. Umurnya juga sudah mantap. Sudah bisa menikah. Apalagi coba. Kamu tau kan Fredi itu bukan orang yang sembarang jatuh cinta. Kalau Tania dia sukai, artinya Tania ini gadis yang baik."
"Mbak ini asal ngomong aja. Apa dia mau? Dia itu baru kehilangan Fredi, lho. Nanti takutnya dia makin sedih."
"Ngebiarin dia sendiri kayak gini pasti lebih menyakitkan buat dia. Ayolah, Rin. Mbak yakin Doni pasti mau sama Tania. Cantik begitu siapa yang nggak mau."
"Nanti deh Mbak, aku coba tanya sama Doni. Dia lagi istirahat di kamarnya. Kasihan pasti dia capek karena perjalanan jauh dari Amerika."
"Eeemmhh Ma, ngapain sih." Suara seorang laki-laki mengagetkan mereka.
"Wah kebetulan kamu udah bangun." Kakak Erin yang bernama Anin menyahut.
"Kenapa, Tante." Doni mengucek matanya yang masih kurang tidur itu. Bagaimana ia bisa tidur? Rumahnya yang dipenuhi sanak saudaranya membuatnya tidak bisa memejamkan mata dalam waktu yang lama.
"Kamu lihat gadis itu." Erin menunjuk Tania yang sedang mengobrol dengan Ayu.
"Siapa, Ma?"
"Cantik nggak?"
"Cantik sih, tapi siapa, Ma?" Doni menjadi penasaran.
"Itu mantan pacar Mas Fredi."
"Mas Fredi punya pacar dulu, Ma? Dia 'kan susah banget kalau soal cewek."
"Karena dia istimewa makanya Mas Fredi pacaran sama dia."
"Terus?" Doni menanti jawaban.
"Kamu udah punya pacar belum?"
"Kok malah nanya kesana?"
"Jawab aja kenapa sih, Don. Ini anak sudah banget sih diajak ngomong," omel Anin.
"Nggak ada, Ma, Tante."
"Kalau sama dia gimana? Mau nggak?" Anin mencolek lengan Doni.
"Tante sama Mama apaan sih. Kenal juga enggak malah main jodohin aja."
"Ya kalau dia mau, kamu mau nggak?"
"Mama apaan sih. Nggak jelas banget. Ya mau lah. Cantik gitu."
"Huh dasar, malu malu mau," cibir Erin.
"Ya udah, buruan mandi sana. Dandan yang rapi, yang wangi, yang ganteng." Erin mendorong Doni masuk ke dalam kamar agar ia segera mandi dan membersihkan diri.
Selesai mandi dan berdandan rapi, Doni keluar kamar. Ia bersama ibu dan tantenya menemui Tania.
"Tania, maaf ya. Tante tadi lagi sibuk di belakang." Erin duduk di samping Tania.
"Yu, awas kamu!" Anin menggeser tubuh Ayu agar pindah dari sana. Jadilah Anin yang duduk di samping Tania.
"Apaan sih Tante, dateng-dateng malah main gusur aja," cibir Ayu.
"Udah, diem." Anin mengisyaratkan agar Ayu diam saja.
"Tania, kenalin sayang. Ini Doni, adik Alm Mas Fredi." Erin menunjuk Fredi yang masih berdiri di sampingnya.
Doni mengulurkan tangannya ke Tania. "Kenalin, aku Doni."
"Aku Tania, Mas."
"Kalian ngobrol aja dulu ya. Tante, Tante Anin, sama Ayu ada perlu di belakang," ucap Erin.
"Loh, tadi kan Ayu udah bantu-bantu, Tan. Sejak tadi malem juga. Masa,,,,,"
"Udah, Yu. Mulut kamu diem. Ayo ikut." Anin menarik tangan Ayu menuju ke belakang.
Di belakang, mereka masuk ke dalam sebuah kamar tempat Doni tidur tadi.
"Tante, Ayu capek. Terus Tania gimana!" Ayu menatap kedua tantenya dengan kesal.
"Ya udah kalau capek, tidur di sini." Anin menunjuk sebuah ranjang yang ada di dalam kamar itu.
"Tadi katanya suruh bantu-bantu di dapur. Gimana sih."
"Iya, bantu kami supaya kamu nggak gangguin Doni sama Ayu," ucap Anin.
"Hah? Maksudnya gimana sih, Tan. Ayu nggak ngerti."
"Ih, nih anak. Makanya jangan taunya pacaran aja. Denger ya, kami bermaksud mau jodohin Tani dengan Doni."
"Apa?" Ayu terkejut mendengar ucapan Erin.
"Kenapa sih, Yu. Biasa aja dong. Lagian 'kan Tania temen kamu," ucap Anin.
"Bukan gitu Tante. Masalahnya temen Ayu ada yang naksir sama Mas Doni. Ya dia temen Tania juga."
"Maksud kamu Sima? Nggak ah, dia itu kan anaknya rentenir. Sering disumpahin orang. Tante nggak mau anak Tante kena bala karena pacaran sama anak renternir."
"Tante gimana sih, kan orang tuanya. Sima enggak."
"Yu, kamu nggak kasihan sama Tania. Dia lebih butuh Doni daripada Sima. Lagian Tante lebih suka Tania yang kalem daripada Sima yang bar bar itu. Tante masih ingat yang kalian berdua pulang dalam keadaan mabuk. Dasar anak bandel." Erin memelototi Ayu.
"Tapi, Tante."
"Diem. Atau kamu mau Tante aduin perihal kamu mabuk ke papa kamu?" ancam Erin.
"Eh, nggak Tante. Jangan." Ayu menggeleng cepat.
"Makanya diem! Lagian Doni sendiri yang bilang kalau dia mau dijodohin sama Tania. Udah kalah telak kamu!" Erin membuat Ayu semakin bungkam.
"Iya,,,,iya." Ayu mengangguk pasrah.
'Aduh, gimana jelasin sama Sima ya kalau gue nggak bisa comblangin dia sama Mas Doni. Dia pasti kecewa, apalagi orang yang akan dijodohkan sama Mas Doni itu Tania.' Batin Ayu.
Sementara itu, Doni dan Tania tampak mengobrol dengan akrab. Tidak ada rasa risih di dalam diri Tania maupun Doni meski mereka baru pertama kali ini bertemu. Obrolan semakin jauh sampai akhirnya Doni dan Tania bertukar nomor ponsel.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 36 Episodes
Comments
renita gunawan
duh,jika doni juga meninggal pasti keluarga fredi akan menganggap tania pembawa kutukan kematian.karena kedua anak lelaki mereka meninggal pada saat akan melamar tania.jangan-jangan shima akan memusuhi tania karena merasa tania telah mengambil cowok yang disukainya
2023-01-10
2
Suky Anjalina
next
2022-12-26
1
Ayas Waty
kaihan ortunya ferdi n Doni... nanti klo Doni meninggal mereka kehilangan 2 anaknya....duh ntar Sima jg jadi benci sama Tania klo dia jadian sama Doni
2022-12-21
1