Ketakutan yang terjadi

Beberapa bulan telah berlalu. Seperti yang diharapkan, akhirnya Tania dan Fredi pun menjalin kasih. Mereka begitu cocok dan saling mencintai. Tania beruntung mempunyai kekasih sebaik Fredi. Hari-hari mereka lalui dengan perasaan bahagia.

Hingga peristiwa nahas pun terjadi. Apa yang ditakutkan Tania kembali terulang. Fredi mengalami kecelakaan. Ia tertimpa reruntuhan bangunan yang sedang dihancurkan untuk lahan proyeknya.

Tubuhnya remuk, wajahnya hancur, hingga tak dapat diangkat dengan tangan kosong. Mereka mengangkut jenazah Fredi dengan kantong jenazah saat polisi sudah datang.

Tak ada yang dapat dilakukan. Fredi tewas dengan keadaan yang sangat mengerikan. Diketahui saat kejadian, anak buah Fredi tidak tahu bahwa ia berada dibelakang gedung. Saat itu kebisingan alat-alat berat membuat Fredi tidak dapat mendengar suara Tania dari telepon. Ia pun pergi ke belakang gedung agar suara berisik tidak menggangunya bertelepon ria dengan pujaan hatinya.

Ya, Fredi tewas saat ia sedang menelepon Tania. Padahal Tania sudah mewanti-wanti agar ia tidak sembarang pergi mencari keheningan karena sedang bekerja. Rupanya kekhawatiran Tania menjadi kekhawatiran terakhir baginya. Fredi telah meninggalkannya untuk selamanya.

Tania syok berat. Ia jatuh terduduk dilantai setelah Ayu, sahabat sekaligus sepupu Fredi mengabarkan bahwa Fredi meninggal dalam insiden itu.

Tania segera pergi ke rumah sakit. Disana, ia dapat melihat kesedihan keluarga Fredi. Ibunya pingsan, ayahnya terduduk lemas, sanak saudaranya menangis histeris. Bagaimana tidak, Fredi adalah anak yang sangat baik di keluarga itu. Ia juga merupakan kebanggaan keluarganya.

Sayang, ia harus tewas dalam kecelakaan tragis. Tak banyak yang bisa dilakukan. Prosesi fardhu kifayah dilakukan dirumah sakit mengingat tubuh Fredi yang sudah hancur. Sementara keluarga sedang menunggu diluar dengan duka yang begitu mendalam.

Tania menangkap sosok Ayu yang juga tengah menangis dipelukan ibunya. Saat melihat keberadaan Tania, Ayu langsung datang dan memelukny. Tangisan mereka pun pecah.

"Tan, Mas Fredi Tan. Dia meninggal!"

"Iya, Yu. Kenapa Mas Fredi pergi secepat ini Yu. Gue sayang banget sama Mas Fredi."

Keduanya terus menangis dalam keharuan dan duka mendalam. Hingga sampai prosesi penguburan jenazah Fredi, Tania masih setia mendampinginya. Bersama Ayu dan Sima, dua sahabatnya.

Perlahan keluarga meninggalkan makan tersebut. Tinggallah Tania, Sima dan Ayu. Mereka masih berada di makam Fredi dan saling bercerita.

"Padahal dia berencana mau ngelamar Lo, Tan. Dia udah minta gue supaya bantuin surprise dia nanti pas ngelamar Lo. Tapi kenapa dia malah pergi secepat ini."

Mendengar pernyataan Ayu, Tania langsung terdiam. Luka dihatinya bertambah besar. Ternyata Fredi berniat melamarnya namun maut membuat mereka harus terpisah.

"Gue yang salah, Yu. Pas kejadian Mas Fredi nelepon gue. Kalau aja gue nggak angkat, pasti Mas Fredi masih hidup sampai sekarang. Mas, maafin aku, Mas." Tania mengusap nisan Fredi. Air matanya terus mengalir deras.

"Semua ini udah takdir, Tan. Jangan salahkan diri Lo." Ayu mengusap punggung Tania.

"Iya, Tan. Lo harus kuat. Ini semua udah takdir." Sima menambahkan.

Puas mengeluarkan keluh kesah, mereka pun segera pulang.

*****

Tania merebahkan dirinya ke atas ranjang sambil memeluk foto Fredi yang berbalut bingkai kecil.

Ia masih menangis meratapi kepergian Fredi. "Kenapa harus kamu, Mas. Kenapa orang baik seperti kamu harus meninggal dengan cara seperti ini." Mengangkat foto Fredi ke depan wajahnya lalu menciumnya.

"Apa kamu tau, aku berharap kamu adalah calon pendamping hidupku, Mas. Kenapa kamu tinggalin aku. Kenapa kamu nggak dengerin nasihat aku untuk nggak menelepon disaat sedang bekerja." Meletakkan kembali foto ke atas nakas.

Ponsel Tania berdering. Ia melihat panggilan itu dari Tantenya.

"Halo, Tante."

"Tania, apa benar Fredi meninggal?"

"Iya, Tante. Mas Fredi udah meninggal. Udah dikubur siang tadi." Sebisa mungkin Tania menahan tangisannya agar tidak tumpah.

"Ya Allah, Innalillahiwainnaillahirajiun. Apa yang membuat dia meninggal, sayang? Kenapa?" Dari suaranya, Arum terdengar sedang menangis.

"Tertimpa reruntuhan bangunan, Tante." Akhirnya tangisan Tania pecah.

"Sayang, jangan menangis. Tante langsung otw kesana ya. Kamu tungguin Tante."

Telepon pun mati. Tania meletakkan ponselnya di atas nakas.

Ia menghela nafas panjang. "Pasti Tante bakalan nyuruh aku tinggal disana."

"Nggak, aku nggak mau. Aku akan tetap disini. Agar aku bisa menjenguk Mas Fredi sewaktu-waktu."

"Mas Fredi, kenapa kamu secepat itu meninggalkan aku." Tania kembali menangis. Karena kelelahan, akhirnya ia tertidur dengan air mata yang berada di sudut mata dan pipinya.

Hingga malam tiba, ia terbangun karena Arum sudah datang. Tangisan pun kembali pecah. Mata yang sudah sembab dan membengkak bertambah pedih karena ia menangis lagi.

Terpopuler

Comments

renita gunawan

renita gunawan

kasian banget tania😢😢.harus merasakan sekali lagi kehilangan orang yang dicintainya😭😭

2023-01-10

2

Suky Anjalina

Suky Anjalina

mungkin kah tantenya jahat

2022-12-26

1

Ayas Waty

Ayas Waty

syukurlah ayu dan keluarga nya tidak nyalahin Tania

2022-12-21

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!