Menutup Luka

Waktu terus berlalu hingga akhirnya luka kehilangan Andi pun sudah mulai tertutup. Tania sudah bisa menerima kepergian Andi. Sang Tante juga selalu datang setiap seminggu sekali demi memantau keadaannya hingga akhirnya kini ia sudah ceria kembali.

"Tan, udah lima bulan nih elo ngejomblo. Gue ada kenalan cowok tajir banget. Ganteng lagi." Ayu yang sedang makan siang bersama Tania di sebuah cafe berceletuk.

"Ah, males gue. Masih takut."

"Yaelah, elo gimana sih. Mana mungkin cowok selanjutnya bakalan mati. Lagian dia kakak sepupu gue. Selalu hati-hati kalau melakukan apapun."

"Bukan itu, Yu. Gue cuma takut aja menjalin cinta sama orang lain lagi. Ya gue juga takut kalau nggak cocok. Ntar kalau putus, kan persahabatan gue sama Lo jadi berasa ada yang janggal."

"Alah, elo terlalu pesimis. Optimis dong Tan. Kakak sepupu gue itu orangnya baik banget. Dia itu manager lho. Emm sebenarnya udah sejak lama dia nanyain tentang Lo ke gue. Karena dulu Lo masih berkabung ya gue nggak mau lah. Tapi sekarang 'kan Lo udah baikan, Tan. Ayolah, kenalan aja dulu. Kalau nggak cocok, ya udah, gampang 'kan?" Ayu menatap Tania dengan penuh permohonan.

"Lo jangan natap gue kayak gitu dong. Ya udah, gue mau. Tapi kenalan aja ya." Tania menghela nafas pasrah.

"Yess gitu dong. Ini baru namanya sahabat gue."

Setelah itu Ayu memberikan nomor Tania kepada kakak sepupunya.

*****

Tania sudah berada di rumah. Ia merebahkan dirinya ke atas ranjang.

"Benar kata Ayu, kayaknya aku memang harus membuka hati untuk orang lain untuk melengkapi hari-hariku," gumam Tania.

Ting

Sebuah pesan masuk ke ponsel Tania.

Hai, kenalin aku sepupunya Ayu. Namaku Fredi.

Tania melihat foto profil wahtsApp orang yang bernama Fredi itu. Benar yang dikatakan Ayu. Fredi sangat tampan. Ia berpose dengan setelah jas yang membuatnya terlihat sangat gagah. Ia mengetikkan sebuah pesan balasan.

Halo kak, aku Tania. Salam kenal.

Jangan panggil Kak dong. Panggil aja Mas Fredi.

Tania tersenyum melihat isi balasan Fredi.

Oh iya, Mas Fredi. Diikuti emoticon senyum.

Langsung saja Tan, kapan nih kita bisa kopi darat?

Tania menutup mulut saat melihat isi pesan yang berupa ajakan kencan itu.

Gimana kalau besok, Mas. Besok 'kan hari Minggu. Tapi jangan dijemput. Kita ketemuan aja di lokasi.

Oke deh, jam sepuluh di cafe Cemara, ya.

Tania pun membalas dengan tanda jempol diikuti emoticon senyuman.

*****

Keesokan harinya, Tania dan Fredi sudah bertemu di cafe Cemara. Fredi yang duluan sampai, lalu Tania. Ia duduk lalu Fredi menjabat tangannya.

"Hai, aku Fredi."

"Tania." Membalas jabat tangan Fredi.

"Ternyata aslinya lebih cantik dari yang difoto."

Mendengar ucapan Fredi, pipi Tania langsung merah merona. "Mas Fredi bisa aja."

"Kan memang kenyataan begitu. Benar kata Ayu, kamu suka merendah."

"Udah ah, Mas. Ayo pesen makan aja."

Mereka pun memesan makanan. Sambil makan, mereka mengobrol ria. Saling bercerita tentang diri sendiri. Hobi, cita-cita, hingga apa yang mereka sukai.

*****

"Tan, makasih buat hari ini ya. Aku harap ini akan menjadi awal dari pertemuan kita selanjutnya. Dan aku berharap bisa jemput kamu."

Tania hanya tersenyum dan mengangguk pelan.

Setelah puas mengobrol, mereka pun pulang ke rumah masing-masing.

Tania begitu bahagia. Jujur, ia mengakui bahwa Fredi sangatlah tampan. Baik, ramah, dan perhatian.

Ting

Terdengar bunyi pesan. Tadinya ia kira Fredi, namun ternyata Ayu.

Tan, gimana kencan tadi? Mas Fredi baik 'kan?

Cepet amat sih udah nanya-nanya. Kepo banget Lo.

Udah jawab aja, gimana?

Baik banget, Yu. Ganteng lagi, hihihi.

Wah apa gue bilang. Lo pasti suka. Apalagi yang Lo tunggu Tan. Jangan kasih cela. Kalau Mas Fredi ngajak jalan lagi langsung gas.

Kok jadi Lo yang nggak sabaran. Udah ah, bawel banget Lo. Gue mau mandi, jangan chat gue Mulu.

Yaelah, galak amat. Ya udah buruan mandi sana. Mas Fredi nggak suka cewek males mandi. Diikuti emoticon tertawa.

Tania meletakkan ponselnya di atas nakas. Ia langsung menuju kamar mandi dan membersihkan dirinya.

Selesai mandi, ia bersiap makan malam. Pembantunya yang bernama Bi Erna tengah menyiapkan makanan di atas meja makan.

"Ayo, dimakan, Non."

"Makasih, Bi. Wah kayaknya enak nih." Tania langsung menyerbu makanan yang ada di atas meja makan.

'Kayaknya Non Tania udah lebih ceria sekarang. Syukurlah.' Batin Bi Erna.

Ia masih ingat bagaimana kondisi Tania saat baru kehilangan Andi. Dirinya seperti orang depresi. Sering melamun,menangis, dan tidak nafsu makan. Namun sekarang semua berbeda. Tania tampak baik-baik saja. Ia bahkan sudah ceria kembali seperti saat pertama kali jatuh cinta.

Semoga saja, Fredi adalah jodoh yang dikirim Tuhan untuknya. Semoga maut tidak lagi memisahkan mereka. Semoga saja.

Terpopuler

Comments

renita gunawan

renita gunawan

semoga fredi tidak meninggal seperti andi.dan tania bisa merasakan kebahagiaan

2023-01-10

2

Ayas Waty

Ayas Waty

kok sayang ntar klo si Ferdi meninggal.... tampan..baik..ramah..tajir pula...

2022-12-21

1

🕊⃟🍁F1R4

🕊⃟🍁F1R4

ish aq malah ikutan deg degan sebab Kaka sepupunya temannya Tania takutnya nanti malah nyalain Tania lagi si temannnya itu kalo terjadi lagi ma Fredi🤭😂🤣

2022-12-20

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!