Subuh ini menjadi subuh yang sangat sial bagi Aleya.
Gadis itu sedari tadi jungkir balik menahan rasa sakit di dalam perutnya. Ia merintih tertahan karena rasa sakit yang sangat menyiksa dirinya.
Aleya datang bulan. Sudah menjadi rutinitas Aleya datang bulan, yaitu merasakan sakit yang luar biasa sakit di perutnya.
Rasanya, ingin sekali gadis itu tidak sekolah pagi ini. Namun, sialnya pagi ini ia akan ada ulangan matematika di kelasnya. Terpaksa Aleya harus sekolah pagi ini dengan menahan rasa sakit di perutnya.
Aleya berjalan menuruni tangga lalu menghampiri maminya yang sedang berada di dapur. Ya walaupun maminya memiliki pembantu yang siap membantu dalam urusan apapun itu, namun maminya tetap kekeuh tak ingin di bantu jika dalam hal memasak.
Aleya berjalan mendekati maminya. Saat gadis itu hendak menghampiri maminya, maminya mengernyit lalu bertanya mengapa Aleya terlihat lemas sekali.
"Kamu kenapa, sayang? ".tanya mami Leya.
Aleya menggeleng lemah sambil terus memegang perutnya yang terasa sangat sakit.
Maminya yang paham pun segera berlalu mengambil sesuatu dari dalam lemari makanan lalu menyerahkan pada Aleya.
"Untung mami punya persediaan jamu datang bulan, nih bawa". Ujarnya sambil menyodorkan sebotol jamu pereda nyeri haid.
" Makasih mi". ujar Aleya.
Gadis itu meletakkan botol berisi minuman pereda haid itu di kantong roknya. Kemudian berlalu meninggalkan maminya di dapur.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Sejak sampai di sekolah hingga menjelang istirahat, Aleya sama sekali tak berkutik. Gadis itu setia dengan posisi kepala di telungkupkan di lipatan tangannya.
Tari paham dengan apa yang Aleya alami. Gadis itu tak sengaja melihat sebotol minuman pereda haid di saku tas Aleya.
"Mau gue bawain makanan, Le?". Tanya Tari.
Aleya menggeleng dengan tetap pada posisinya.
"Atau mau gue bawain cemilan?"-tanyanya lagi. Dan jawaban Aleya tetap sama, hanya gelengan kepala.
BRAKKK!.
Pintu kelas mereka terbuka. Memperhatikan Satya dan keempat sahabatnya datang ke kelas Aleya dengan wajah dinginnya yang terkesan menyeramkan, namun itu justru terlihat menjengkelkan di mata Aleya.
Aleya kembali Menelungkupkan kepalanya di atas lipatan tangannya.
Satya melirik kearah Aleya lalu menghampiri gadis itu diikuti oleh keempat sahabatnya.
"Kenapa lo, lemes banget hari ini?". Tanya Satya sambil memasukkan kedua tangannya disaku celananya.
Aleya tak menjawab. Gadis itu masih setia pada posisinya.
Satya tak sengaja melihat sebotol minuman berwarna coklat seperti teh di samping meja Aleya, dan itu terlihat menyegarkan bagi Satya.
Satya segera mengambilnya membuat Tari terkejut, sedangkan Aleya langsung menegakkan kepalanya.
"Balikin, Sat". Seru Aleya namun tak dihiraukan oleh Satya.
Pria itu terus menjunjung botol minuman Aleya setinggi mungkin, membuat Aleya kesusahan menjangkaunya.
Satya beralih menaiki meja disebelahnya. Diikuti dengan Aleya yang terus melompat-lompat untuk menggapai botol yang berada di genggaman Satya.
Keempat sahabat hanya diam menyaksikan aksi Satya yang memperebutkan botol dengan Aleya. Sedangkan Tari, gadis itu hanya menggeleng heran dengan tingkah Satya yang jauh berbeda jika dengan murid yang lainnya.
"Balikin Satya".- Ucap Tari yang mulai jengah dengan tingkah Satya.
"Ogah". Ucap Satya sambil terus menjauhi Aleya yang mengejarnya.
Satya membuka tutup botol itu dan langsung menegak isinya sambil sesekali melirik Aleya yang melotot.
Tari yang tak kalah terkejut. Gadis itu melotot, heran dengn apa yang Satya lakukan. Sedangkan keempat sahabatnya hanya diam menyaksikan dengan raut wajah bingung.
Satya meneguknya hingga tersisa setengah bagian. Setelahnya, pria itu menyeringai ke arah Aleya seolah-olah dirinya telah menang melawan Aleya.
"Sat, itu sebenarnya minuman pereda nyeri haid". Ucap Aleya santai.
Satya beserta keempat sahabatnya melotot. Tentu saja mereka terkejut, ternyata Satya meminum minuman pereda nyeri haid?.
" Huekkk huekkk". Satya mencoba memuntahkan kembali minuman itu namun hasilnya nihil.
Satya menggosok-gosok lehernya, seolah jijik dengan apa yang diminumnya.
"Mampus kan lo kena getahnya". Ucap Bima sambil tertawa terbahak-bahak.
Tari hanya menggelengkan kepalanya, tidak habis pikir dengan tingkah Satya yang sangat jahil.
"Terus gue gimana dong, gue gak akan ikut-ikutan haid jugakan?". Tanya Satya membuat Bima dan Tari semakin kencang ketawanya.
Aleya hanya memutar bola matanya malas. Rasanya, ingin sekali dia pergi menenggelamkan Satya ke sumur.
...****************...
Next
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments