Yana keluar dari kamarnya sebentar, dia mencari Febby. Ternyata Febby sedang asyik bermain bersama Kaila.
"Febby, kamu main apa?" tanya Yana.
"Aku main game dengan Kaila. Kami sedang bertanding nih, seru banget." jawab Febby.
"Ikut ke kamar yuk, temani aku tidur." ajak Yana.
"What? Masak iya, jeruk makan jeruk." jawab Febby.
"Yaelah Feb, aku tidak menyuruh kamu makan. Aku cuma mengajak kamu duduk-duduk sebentar." ujar Yana.
"Oalah, ternyata itu maksud kamu menyuruh aku tidur sini." jawab Febby.
Febby beranjak dari duduknya, sambil memukul bokong Kaila. Posisi anak itu, sedang tengkurap di atas sofa.
"Kak Febby, ngapain sih jail banget." gerutu Kaila.
"Biarin, memangnya Kakak pikirkan." jawab Febby.
Febby segera pergi bersama Yana, meninggalkan si Kaila yang masih asyik bermain.
"Febby, kamu jangan berjalan dengan cepat." ujar Yana.
"Memangnya kenapa sih, tidak masalah bukan." jawab Febby.
"Aku mau bicara sama kamu, tentang kartun marmut yang aku ciptakan." ujar Yana.
"Kamu sudah membuatnya, lihat dong hasilnya." jawab Febby.
"Iya, Bubu kelihatan imut loh." Yana tersenyum.
"Oke, mari kita lihat." jawab Febby.
Yana dan Febby dipanggil oleh Tasya, baru saja membuka pintu kamar.
"Eh, eh, kenapa tidur sama Febby?" tanya Tasya.
"Ini kan sudah kesepakatan dari awal Ma." jawab Yana.
"Iya kesepakatan, kalau kamu tidak satu kamar sama Chaka. Tapi bukan berarti, dia harus tidur di kamar pengantin. Apa kata orang, bila melihat kalian berduaan. Masak jeruk makan jeruk, sungguh aneh." tutur Tasya.
"Aku tidak mau tidur sendirian, biarkan aku sama Febby iya." jawab Yana memohon.
"Iya sudah, cepat masuk kamar. Mama tidak mau, bila ada yang melihat." ujar Tasya.
"Iya Ma." jawab Yana.
Yana segera masuk kamar, lalu mengunci pintu setelah Febby juga masuk. Yana duduk di atas ranjang tidur, bersamaan dengan si Febby.
"Benar-benar menyebalkan, memangnya siapa yang akan protes. Tidak banyak orang juga di sini, selain keluargaku dan kamu." ujar Tasya.
"Iya sih, mungkin Mama kamu khawatir." jawab Febby.
Chaka sedang sibuk, memeriksa laptopnya. Ternyata masih bisa dipakai, setelah kemarin sempat tidak mau hidup.
"Gawat nih, harus aku pindahkan berkasnya ke laptop baru. Kalau tidak, bisa hilang semuanya." monolog Chaka.
Tiba-tiba ponsel Chaka berbunyi, ternyata telepon dari Artha. Chaka menggeser menu berwarna hijau.
"Ya ampun Artha, ngapain sih nelepon malam-malam seperti ini. Tidak tahu apa, kalau aku ini pengantin baru." gerutu Chaka.
"Santuy bro, aku tidak bermaksud mengganggu waktu kamu dengan Yana. Aku hanya ingin menanyakan tentang Febby." jawab Artha.
"Kenapa dengan Febby?" tanya Chaka.
"Tidak ada apa-apa, aku hanya ingin berkenalan dengan dia." jawab Artha.
"Dia temannya Yana, bukan teman akrabku. Kalau mau kenalan, kamu bilang ke Yana saja." ujar Chaka.
"Kok aneh sih kamu, jelas-jelas kamu suaminya. Aku ingin kamu minta nomor ponselnya ke Yana." jawab Artha.
Chaka langsung mematikan sambungan teleponnya, tanpa berpamitan terlebih dulu. Chaka malas untuk meladeni si Artha.
"Sudah banyak tugas, si Artha cerewet lagi. Aku malas sekali, melihat dia seperti itu." monolog Chaka.
Chaka segera mematikan laptopnya setelah usai memindahkan data, karena tiba-tiba matanya mengantuk. Chaka melangkahkan kaki, untuk menaiki ranjang tidur. Chaka menarik selimut, lalu memejamkan kedua bola matanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 117 Episodes
Comments