Pada malam harinya, Chaka duduk di ruang makan bersama keluarga Yana. Tasya sengaja menyiapkan semuanya, untuk membicarakan pernikahan.
"Chaka, ada hal yang ingin Tante sampaikan." ujar Tasya.
"Apa itu Tante?" tanya Chaka.
"Tante dan Mamanya Chaka sudah lama bersahabat, kami juga berencana besanan. Tapi hari ini Tante tidak menyangka, bahwa Tera meninggal." jawab Tasya.
"Lalu, mau bagaimana lagi Tante. Mama juga sudah tidak ada." ujar Chaka.
"Mama kamu memang sudah tidak ada, tapi kamu masih ada. Kami akan menjaga kamu, seperti anak kami sendiri. Maka dari itu kami harap, kamu mau menikah dengan Yana." jawab Tasya.
Chaka melihat ke arah Yana, yang dari tadi hanya menunduk. Yana terdiam, tanpa mau menoleh. Kaila menyenggol lengan Yana, sambil mencubit tangannya.
"Kak, dari tadi Kak Chaka lihatin Kakak tuh." bisik Kaila cekikikan.
"Dasar iblis penggoda." jawab Yana.
Kaila terus tersenyum, melihat Chaka yang menimang-nimang permintaan Tasya. Setelah dipikir baik-baik, baru Chaka menggangukan kepalanya.
"Kamu setuju?" tanya Tasya, dengan raut wajah semringah.
"Iya Tante, aku setuju." jawab Chaka.
"Baiklah, persiapkan diri kalian. Lusa, kita akan mengadakan acara pernikahan." ucap Devin.
"Apa secepat itu Pa?" Yana bergidik ngeri, melihat Chaka.
"Iya Yana, Chaka sedang ada masalah." jawab Devin.
"Pa, tapi aku tidak mau satu kamar dengan pria." ujar Yana.
"Kamu tenang saja, kamu memang sengaja tidak dibiarkan bergaul dengan pria." jawab Devin.
'Chaka, sebenarnya kamu adalah penolong kami. Sudah lama, kami menantikan saat kamu menjadi menantu kami. Membebaskan rasa takut Yana, terhadap para pria. Dia harus tahu masih ada laki-laki baik, selain Papa kandungnya.' batin Devin.
Keesokan harinya, Yana duduk di dekat kolam ikan. Dia mengelus kelinci putih kesayangannya.
"Kamu cantik sekali kelinci, kamu sudah bersih iya karena sudah mandi." ucap Yana.
"Yana, kamu sedang apa?" sahut Febby.
Yana menoleh ke belakang, ternyata Febby sahabatnya yang menyapa.
"Aku sedang mengumpan ikan." jawab Yana.
"Oh gitu iya, aku dapat undangan nih dari Papa kamu." Febby mengedipkan matanya.
"Eh Febby, kamu jangan salah paham. Ini bukan keinginan aku, ini keinginan kedua orangtuaku. Mereka ingin membantu Chaka, dalam menyelidiki kasus kematian Tante Tera." tutur Yana panjang dan lebar.
"Oh gitu iya, aku kira kamu memang ada tujuan." ujar Febby.
"Tujuan apa, aku bahkan hampir tidak mau menikah." jawab Yana.
"Sudah, jangan bad mod. Lebih baik, kita buat konten kreator lagi." ujar Febby.
"Eh iya, aku ingin bikin kartun kelinci kesayangan aku." jawab Yana.
Chaka memperhatikan Yana, dari tempat yang tidak jauh dari mereka. Chaka sudah tahu, bila menikah dengan Yana tidak akan ada cinta. Hanya sedikit sih, yang dia tahu dari orangtuanya. Tapi Chaka tahu, bahwa Yana pasti memiliki sebab.
"Kak Yana!" seru Kaila.
"Halo." tambah Kaihan.
"Iya Kaila." jawabnya.
Kaila dan Kaihan memang nakal, mereka membawa ketapel ke sekolah. Sekarang tertawa kecil, sambil berkacak pinggang. Yana menutup tangannya, dia malas untuk menoleh Kaihan.
"Kakak tenang saja, aku tidak akan mengganggu." ujar Kaihan.
Kaila menjewer telinganya. "Kamu itu jangan membuat Kakakku takut."
"Maaf beb, aku tidak tahu." ujar Kaihan.
"Masak lupa sih, aku 'kan sudah bilang." jawab Kaila ketus.
"Terasa mau muntah dan sakit mata, lihat hubungan kalian." Febby mengejeknya.
"Biarin, daripada Kakak jomblo ngenes." Kaila menggoyangkan bokongnya.
"Sudah sana pergi sekolah, nanti terlambat." ucap Febby.
"Tenang saja, hari ini diantar Kakak tampan." jawab Kaila, mengingat wajah Chaka.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 117 Episodes
Comments