Keesokan harinya, Yana bersiap-siap dengan baju pengantin. Yana benar-benar cantik, meski dengan make up yang sederhana.
"Wah, kamu cantik sekali sahabatku." ujar Febby.
"Terima kasih iya sahabat, kamu juga cantik." jawab Yana.
"Eh Yana, kamu sudah siap belum?" tanya Tasya.
"Sudah Ma." jawabnya.
"Ayo, kita ke ruangan depan Kak." sahut Kaila heboh.
"Iya adikku, yang paling ceriwis." Yana bercanda.
Yana, Tasya, dan Kaila keluar dari kamar. Mereka hendak berjalan, menuju ruangan depan.
"Kak, mau dong viral, menumpang masukin video ke channel YouTube Kakak." pinta Kaila.
"Hari ini Kakak malas berdebat, terserah kamu." jawab Yana.
"Hore, hore, hore." Kaila menyatukan telapak tangannya, dengan telapak tangan Kaihan.
Yana duduk di samping Chaka, pria yang sebentar lagi menjadi suaminya. Chaka terlihat tampan, dengan balutan jas mahalnya.
"Bagaimana, apa kalian sudah siap?" tanya Devin.
"Iya Pa, sudah siap." jawab Chaka dan Yana.
Penghulu mulai membacakan kalimat ijab qobul, diikuti oleh Chaka dengan lantang. Semua orang tersenyum bahagia, menyaksikan pernikahan mereka.
"Bagaimana para saksi?" tanya penghulu.
"Sah." jawab semuanya.
Mereka berdoa bersama, setelah itu tamu undangan dipersilahkan menikmati hidangan. Mereka senang karena disajikan makanan enak dan lezat.
"Kak, selamat iya sudah jadi istri Kakak tampan." Kaila cekikikan.
"Selamat Kak Chaka, akhirnya sudah bisa peyukan." goda Kaihan.
Kaila mencubit pinggang Kaihan, hingga si empu meringis kesakitan. Kaihan mengerucutkan bibirnya, karena pacarnya galak.
"Kalian ini kenapa masih jail, diacara resmi seperti ini." Yana protes.
"Maaf Kak." Mereka berdua segera berlari.
Febby menghampiri Yana sambil tersenyum. Febby menyalami tangan Yana, pertanda ucapan selamat karena menempuh hidup baru.
"Selamat iya Yana." ucap Febby.
"Terimakasih Febby." Yana memeluknya, dibalas pula oleh Febby.
"Chaka tidak menyangka, kalau kamu tiba-tiba menikah." Artha menepuk pundak Chaka.
"Iya sepupu ku, aku juga tidak menyangka." jawab Chaka.
"Loh, kok kamu malah bilang seperti itu?" tanya Artha heran.
"Ini tidak seperti yang kamu pikirkan. Aku tidak merencanakan hal ini, semua terjadi mendadak. Karena keadaan kritis, maka ini semuanya terjadi." tutur Chaka.
"Maaf iya Chaka, aku tidak tahu." Artha melihat Chaka, yang tampak memendam kesedihan.
"Iya tidak apa-apa." jawab Chaka.
Artha menoleh ke arah Febby, karena dia dan Yana sedang berpelukan. Artha sempat menyebar senyuman sekilas, lalu mendapat balasan dari Febby.
'Apa dia teman dari istrinya Chaka. Hmmm.... Cukup cantik dan baik.' batin Artha.
Pada malam harinya Yana membawa pistol mainan, lalu mengarahkannya pada Chaka. Pria itu terheran memandang sifatnya yang aneh.
"Pria dilarang masuk kamar." ucap Yana.
"Ini kamarku juga." jawab Chaka.
"Laki-laki dan perempuan harus jaga jarak, pakai masker, dan cuci tangan." ujar Yana.
"Kamu pikir, ini lagi musim wabah." jawab Chaka.
"Cepat sana keluar." teriak Yana.
"Iya, iya, aku keluar." jawab Chaka.
Chaka segera keluar, dengan lari tunggang langgang. Bisa gila, bila lama-lama mempunyai istri seperti Yana.
"Sebenarnya memang salahku, harusnya aku ingat. Bahwa kami berdua, tidak akan satu ranjang tidur. Chaka, Chaka, kamu ini aneh." monolog Chaka.
"Chaka, kamu jangan terlalu dimasukkan hati. Kamu tahu sendiri, bagaimana kondisi Yana." sahut Devin.
"Iya Pa, aku tadi hanya lupa. Soalnya kamar itu dihias, aku malah mikirnya untuk kami berdua." jawab Chaka.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 117 Episodes
Comments