Terdengar suara orang berbincang di depan rumah Mentari yang baru saja bangun dari tidur siangnya merasa terusik. Tidur siang yang jarang sekali dia dapatkan karena larangan dari sang Ayah. Jika Ayahnya tengah tugas luar kota maka Mentari akan dengan senang hati istirahat dengan perintah sang Ibu.
"Ada tamu ya Bi?" Tanya Mentari pada pekerja rumahnya.
"Eh, iya Non. Katanya dari showroom." Bi Mia.
"Wuuuiiih... Ayah beli mobil lagi ya?" Ucap Mentari yang sudah terbiasa dengan rasa sakit hatinya dikala Ayah atau Kakaknya mendapatkan hal baru.
"Bukan Non. Bukan untuk Bapak." Bi Mia.
"Tumben? Ayah beli untuk Ibu?" Mentari.
"Bukan juga." Bi Mia.
"Lah, terus ngapain orang showroom kesini?" Mentari.
"Bapak belikan mobil keluaran terbaru untuk Non Gadis." Ucap Bi Mia sedikit ragu.
"Astaga! Anak sultan mah bebas ya Bi. Mobil lecet dikit langsung ganti baru hahahaha..." Celoteh Mentari sambil menyambar apel di atas meja makan.
"Non Tari coba minta ke Bapak." Usul Bi Mia.
"Huh! Sudah bisa bernafas bebas saja saya bersyukur Bi. Masih banyak angkutan umum di luar sana yang bisa saya tumpangi juga." Mentari.
"Non ini. Apa ya ga mau belajar menyetir?" Bi Mia.
"Ga usah Bi. Nanti supir angkot ga ada kerjanya." Mentari.
Bi Mia pun melanjutkan pekerjaannya. Mentari pergi ke depan melihat mobil baru Gadis yang di belikan Ayah mereka. Sarah Ibu mereka berdua merasa tak enak hati ketika Mentari menghampirinya begitu juga dengan Gadis.
"Wuuiiii.... Jangan lupa traktirannya Kak.." Mentari.
"Kamu ini." Gadis.
"Santai Bu. Tari ga apa-apa." Bisik Mentari sambil memeluk sang Ibu.
"Maafkan Ibu Nak." Sarah.
"Ibu sehat saja bagi Tari sudah lebih dari cukup." Mentari.
"Besok ke kampus bareng Kakak ya Dek." Ajak Gadis.
"Siap Kak." Mentari.
Jangan bayangkan Mentari akan duduk manis bersama Gadis sedari rumah. Mentari akan menunggu sang Kakak untuk memberikannya tumpangan di halte seperti biasanya. Karena sang Ayah akan melarang Mentari menumpang di mobil Gadis. Karena menurutnya Mentari hanya akan mengotori mobil Gadis.
Sakit hati? Tentu iya. Jangan kalian fikir Mentari baik-baik saja. Mentari berusaha terlihat baik-baik saja demi sang Ibu. Ketika Nenek dan Kakeknya datang makan mereka akan memanjakan Mentari dan tak ada rasa cemburu di hati Gadis. Karena memang dirinya pun memanjakan Mentari.
"Kalo begitu kami permisi Bu. Mobil sudah di tangan Kakaknya. Mobil lama kami bawa." Orang showroom.
"Iya Mas. Terima kasih." Ibu Sarah.
"Sama-sama Bu." Pamit petugas showroom.
"Kakak ga tes drive?" Mentari.
"Sudah Dek tadi sekalian isi bahan bakar." Gadis.
"Canggih memang Kakakku.. Bangga deh. Muach.." Ucap Mentari tulus.
"Makasih Dek." Gadis.
"Ayo masuk. Kalian mandi sana Ibu siapkan makan malam kalian." Ibu Sarah.
"Ayah ga pulang Bu?" Mentari.
"Kata Om Bono lusa Ayah pulang." Ibu Sarah.
Om Bono adalah asisten pribadi Tuan Wibisana Ayah dari Mentari dan Gadis. Segala informasi Sarah dapatkan dari Bono asistennya. Wibisana tak pernah sekalipun berkomunikasi dengan Sarah sejak kehadiran wanita di masa lalu Wibisana. Wibisana akan berbicara pada Sarah seperlunya saja atau sebatas menjawab ucapan Sarah.
"Bu, ibu bahagia?" Tanya Gadis.
"Kamu ini bicara apa. Sudah sana kalian pergi mandi." Usir Sarah.
"Dek, bagaimana cara agar Ayah dan Ibu kembali hangat. Begitu juga dengan kamu." Gadis.
"Kakak hanya perlu menjaga hati ibu tidak perlu fikirkan bagaimana Tari." Mentari.
"Kenapa begitu? Kamu adik Kakak. Kamu anak Ayah kenapa Ayah selalu bersikap seperti itu?" Gadis.
"Kakak sudah tau jawabannya jadi jangan selalu bertanya seperti itu. Kita saling menguatkan saja dalam segala hal. Tari rasa Ayah pun merasakan itu hanya saja rasanya tertutup oleh rasa bersalahnya." Mentari.
"Uuuu... Makin sayang deh sama Adikku ini.." Ucap Gadis memeluk Mentari.
"Kakak... Iiih,,,,. bau acem..." Teriak Mentari.
"Ish... Memangnya kamu ngga. Kamu juga bau acem." Ucap Gadis menutup hidungnya.
Sebuah kehangatan yang tercipta di kala Wibisana tak berada di rumah. Dan keheningan akan tercipta di kala Wibisana berada di rumah. Hanya ada suara benda-benda yang saling bersentuhan. Derit pintu ketika terbuka dan tertutup. Tak ada teriakan Mentari ataupun Gadis yang saling bersenda gurau.
🌼🌼🌼
"Bu, hari ini Tari ada kuliah sore." Pamit Mentari.
"Baiklah. Ponselmu sudah terisi baterai penuh?" Ibu Sarah.
"Sudah." Mentari.
"Nanti biar Kakak jemput lagi aja Dek." Gadis.
"Jangan merepotkan Kakak ku sayang." Mentari.
"Jangan menolak." Gadis.
"Baiklah... Baiklah.." Mentari.
"Tari pamit Bu." Pamit Mentari.
"Gadis juga Bu." Pamit Gadis.
"Baiklah. Kalian hati-hati ya. Terutama kamu, hati-hati jangan sampai menabrak lagi." Ibu Sarah.
"Iya Bu. Gadis ga akan kasih temen Gadis nyetir lagi." Gadis.
"Kasian Ayah kalian masa harus terus mengganti mobil kamu." Ibu Sarah.
"Siap komandan." Ucap Gadis seperti tengah upacara bendera.
Keduanya pun memasuki mobil baru Gadis. Ya, Mentari bisa ikut serta sejak dari rumah karena tak ada pengawasan Wibisana. Bukan tak bisa mengendarai mobil hanya saja Mentari selalu menolak mengendarai mobil milik keluarganya apalagi milik Ayahnya.
Mentari pernah beberapa kali mengendarai mobil Gadis. Gadis pun dengan senang hati memberikan mobilnya untuk di pinjam Mentari. Karena baginya miliknya adalah milik adiknya juga. Pernah Gadis bekerja sama dengan pemilik toko elektronik demi mendapatkan satu buah laptop untuk sang adik.
Walaupun tak sama seperti miliknya Gadis meminta pemilik toko menaikkan harga laptop yang di belinya untuk mendapatkan sebuah laptop lagi untuk Mentari. Karena kasian pemilik toko pun memberikan diskon fantastis demi menolong Gadis yang kala itu masih SMA. Mentari pun senang bukan main ketika Sang Kakak memberikan sebuah laptop untuknya walaupun dirinya harus menyembunyikannya dari sang Ayah.
"Makasih ya Kak." Ucap Mentari ketika mobil Kakaknya sudah terparkir di halaman parkir kampusnya.
"Sama-sama Adek. Nanti sore di jemput jam berapa?" Gadis.
"Jam empat ya Kak." Mentari.
"Siap! Belajar yang benar ya. Kakak ke kampus dulu." Pamit Gadis yang memang berkuliah di kampus yang berbeda dengan Mentari.
"Wuidiiih... Siapa tuh? Keren amat mobilnya." Nina sahabat baik Mentari.
"Kakak gue." Mentari.
"Astaga! Anak sultan. Kenapa lagi mobil dia yang kemarin?" Nina.
"Nambrak motor katanya." Jawab Mentari santai.
"Adududu... Bisa masuk penjara tuh kalo lu yang bikin." Goda Nina.
"Bukan masuk penjara tapi di gantung." Mentari.
Hahahaha... Keduanya pun tertawa dengan ocehan mereka. Nina memang dekat dengan Mentari sejak mereka duduk di bangku sekolah menengah atas. Jadi, bukan hal yang aneh lagi apapun yang terjadi pada Gadis dan Mentari.
🌹🌹🌹
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments
susi 2020
😘🙄😘
2023-06-25
0
susi 2020
😍😍🥰
2023-06-25
0
shania
pilih kasih..harusnya adil
2022-12-19
0