Bab 5
Ketika aku terlelap. Aku terjaga dari tidurku setelah aku merasakan adanya sentuhan lembut di pipiku.
Aku membuka mataku perlahan, tampak Devano sedang berada di hadapanku sambil mengusap pipiku yang masih basah, mungkin karena aku menangis semalaman sambil terlelap dan tak sadar bahwa hari pun sudah pagi.
"Ma, mama nangis ya." Ia memeluk ku dengan lembut ketika aku membuka mata.
Aku perlahan bangun dan membalas pelukan Devano. "Mama gak papa kok sayang, mama semalam nonton sinetron, jadi ketiduran deh sambil kebawa mimpi."
Aku mencoba tersenyum dan menata hati untuk membuat Devano tidak ikut bersedih.
Ia pun mengangguk dan percaya dengan ucapan ku.
Lalu aku bersiap menyiapkan sarapan untuknya karena jam sudah menunjukan pukul 07:45. Aku tidak mau anakku terlambat sekolah gara-gara masalah orang tuanya.
Lalu aku bergegas mengantarkannya ke sekolah dengan menaiki angkutan umum. Aku bahkan tidak sempat berganti baju karena buru-buru.
Setelah sampai disekolah, aku dan Devano turun dan bergegas mengantarnya masuk, sampai aku lihat ia sudah masuk kedalam kelas.
Ketika aku hendak pulang, terlihat sekumpulan ibu ibu tengah berbisik, sepertinya mereka sedang membicarakan ku karena aku datang tanpa riasan dan memakai daster ala rumahan yang compang camping karena bangun tidur,
"Ihh ibu ibu lihat deh, ibunya Devano gayanya udan kaya ART aja." Celetuk salah seorang wanita yang memakai jilbab instan dengan dress panjang berwarna hitam.
"Iya, tuh pantesan aja semalam suaminya jalan sama wanita yang lebih seksi dan menggoda, ternyata istri dirumahnya gak pinter dandan." timpal seseorang disebelahnya.
Aku kaget dengan penuturan ibu ibu itu. Ia bilang mas Adi jalan sama wanita lain?. Aku langsung menghampiri kumpulan ibu ibu yang sedang membicarakan ku itu.
"Apa kalian bilang, mas Adi jalan sama wanita lain. Tahu dari mana ibu ibu ini." Tanyaku dengan penasaran.
"Kalo iya kenapa, lagian ibu Inara ini kenapa tidak bisa memanjakan mata suami. Jadi suaminya oleng deh sama wanita lain" celetuknya sambil menertawai ku.
Aku tidak peduli dengan hinaan mereka, aku hanya ingin tahu apakah omongan mereka tentang mas Adi itu benar adanya. Jika benar, aku tidak akan tinggal diam mas.
Aku bergegas pulang ke rumah. bersih-bersih dan bersiap untuk pergi ke rumah ibu mertuaku. Aku yakin mas Adi pasti ada di sana.
Jika memang omongan ibu-ibu itu benar. Maka aku akan meminta pertanggung jawaban nya sebagai seorang lelaki, dan akan ku buat perhitungan.
.....
Sesampainya di rumah mertuaku aku langsung bergegas turun dari angkutan umum lalu melangkah ke depan rumahnya.
Tapi, langkahku terhenti ketika aku mendengar suara ibu yang lantang sedang membicarakan ku, aku berhenti di depan pintu dan mencoba menajamkan pendengaran ku.
"Istrimu itu memang tidak tahu diri Adi. Seharusnya dari dulu kamu ceraikan saja dia. Sudah dikasih hidup enak dan layak dibandingkan di rumah orang tuanya, eeh dia malah ngelunjak.
Terdengar suara ibu sedang menjelekan ku dengan lantang sampai terdengar ke halaman rumah. Aku mendengarkan pembicaraan mereka dengan seksama, aku mengeluarkan ponselku lalu mulai merekam pembicaraan mereka, siapa tahu aku akan membutuhkannya.
"Iya bu, selama ini aku sudah terlalu sabar berpura-pura baik padanya. Aku bahkan pagi ini tidak bisa mengajak Luna jalan -jalan karena uangnya tidak dikasih sama Inara, ia bilang uangnya di kasihkan ke ibu."
'Luna.' batinku. Aku terkejut saat mendengar nama perempuan di sela obrolan mereka berdua. Ternyata memang benar, mas Adi ada main di belakangku. Dan ia sering meminta kembali uang yang dia sebut nafkah itu untuk bersenang-senang dengan perempuan lain. "dasar munafik" umpat ku pelan.
"Uang, uang apa maksud kamu, ibu tidak menerima uang dari istrimu."
"Inara bilang ibu datang ke rumah dan meminta uang pada Inara, lalu ia memberikan semua uangnya ke ibu."
Mas Adi bertanya penuh keheranan. Tak disangka, ibu bahkan tidak mengakui bahwa ia menerima uang dariku. Ibu justru malah memfitnah ku mengusirnya dari rumah dengan kasar. Padahal aku sudah sangat menahan amarahku kemarin.
Karena sudah tidak tahan dengan ocehan mereka. Aku akhirnya memberanikan diri masuk ke dalam rumah tanpa permisi.
"Cukup Bu, sudah cukup ibu memfitnah ku."
Ibu dan mas Adi serempak menoleh kearah ku dengan wajah yang terkejut. Mereka berdua saling bertatap lalu kembali menatap ke arahku.
"Sejak kapan kamu berada di sini Inara."
tanya ibu sambil refleks berdiri dari sofa.
"Aku sudah tahu semuanya. Kalian memang keluarga yang tidak punya hati. Ibu bahkan sudah tahu perselingkuhan mas Adi dengan wanita lain dan ibu mendukungnya. Kenapa kalian melakukan semua ini pada ku. Apa salahku."
Aku berteriak sambil terisak. Tak terasa air mataku jatuh dan tak bisa di bendung lagi.
"Kamu itu harusnya sadar diri Inara. Semenjak kamu melahirkan Devano, kamu sudah tidak menarik lagi. Bahkan aku tidak pernah selera melirik mu yang gayanya compang camping seperti pembantu. Aku bahkan harus berpura-pura baik dihadapan Devano padamu,karena kelak setelah aku menikah lagi dengan kekasihku, hak asuh Devano akan jatuh ke tangan ku."
Aku sontak melebarkan mataku."Sampai selama itu kamu mengkhianati pernikahan kita mas. Bahkan semenjak aku melahirkan?.
Dan dengan entengnya kamu menginginkan hak asuh anak setelah apa yang kamu lakukan padaku. Itu tidak akan pernah terjadi mas, bahkan seujung kuku pun aku tidak akan membiarkan Devano diasuh oleh keluarga licik sepertimu. Camkan itu."
Aku berlalu pergi meninggalkan ibu dan anak itu. Tapi langkahku terhenti saat mas Adi menarik tangan ku kasar sampai aku hampir terjatuh.
"Jangan so kamu ya, kamu itu hanya anak miskin yang tak tahu apa-apa, jadi jangan harap kamu bisa menang melawanku Inara."
"Sudah cukup Adi. Biarkan saja di pergi dari rumah ini, lagi pula kita lihat saja apa yang akan dia perbuat setelah ini."
Aku melepaskan cengkraman mas Adi dengan kasar. Tatapan nya penuh dengan kebencian. Entah kesalahan apa yang pernah ku perbuat pada keluarga ini hingga mereka begitu tega menghina dan memperlakukan ku seperti ini.
Aku melangkah setengah berlari menuju jalan raya. Air mata ku tak henti hentinya keluar dengan derasnya.
Rasa sakit di hati ini, sungguh tidak bisa aku ungkapkan dengan apapun. Teringat dengan ucapan ibu tadi, apa yang akan aku perbuat setelah ini. Ya, aku akan membuat perhitungan terhadapmu mas.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 36 Episodes
Comments
Ganuwa Gunawan
laki ma mertua sebelas dua belas..
udah pisah aja..
2023-02-14
1
Isma adawiyah
seru, buat si Adi menyesal thor dan dapat karma, jgn mau kalau dah pisah balikan lagi
2022-12-25
1