Uang Nafkah atau Titipan ?

Bab 2

"Inara buka pintunya, keluar kamu."

Suara teriakan dari luar teras, membuatku kaget dan terpaksa harus bangkit dari sofa.

"hufft.."

Tentu saja aku tahu suara siapa itu.

Aku mematikan siaran ku dan segera beranjak ke luar. Lalu ku buka kan pintu.

Ternyata dugaan ku benar, itu adalah suara ibunya mas Adi, ibu mertuaku.

"Ibu kenapa teriak-teriak begitu.

Malu dilihat tetangga nanti".

Ucapku dengan nada yang sebisa mungkin aku rendahkan, walau sebenarnya aku emosi melihatnya datang dan langsung marah-marah seperti itu.

Tanpa basa basi ibu langsung masuk kedalam dan menodong ku dengan sebuah pertanyaan

"Dari mana saja kamu dan Adi kemarin".

"Kamu sengaja ya ingin menghindar dari ibu".

Ibu menunjuk ku dengan penuh emosi.Tampak nya dia kesal karena kemarin ia datang kesini dan tidak mendapati siapapun di rumah ini.

Aku yang sedikit terdorong karena ibu yang tiba-tiba masuk, sedikit meringis dan berbalik menatap ibu

Ya, ternyata itu alasannya kenapa ibu datang hari ini sambil marah-marah.

Ibu memang selalu datang kesini, tepat di hari dan tanggal mas Adi menerima gaji. Mungkin karena kemarin kami sedang ada keperluan, jadi ibu pulang kembali kerumahnya dengan kesal.

Ia datang untuk meminta hak nya dari sebagian gaji mas Adi yang diberikan kepadaku. Padahal, tanpa diminta pun setiap bulan kami sering memberikan ibu uang dengan jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan nya. Kenapa hari ini ibu tampak sangat kesal hanya karena aku terlambat memberikan nya.

" Kenapa kamu diam saja. Ayo bicara..

Kamu sengaja kan mengajak Adi keluar rumah agar ibu tidak datang kesini, iya?".

Ibu benar-benar sangat emosi saat ini. Aku mencoba untuk tenang menghadapi ibu

"YaAllah Bu, kenapa harus marah-marah begini.

Lagi pula, kemarin aku dan mas Adi pergi ke rumah orang tua ku. Ibuku sedang sakit, jadi kami pergi ke sana untuk menjenguk nya.

Lagi pula kenapa ibu harus emosi seperti ini".

Penjelasan ku membuat wajah ibu semakin memerah.

"Ooh jadi benar kemarin kamu pergi ke rumah orang tuamu.

Memang licik kamu ya.

kamu senagaja membawa Adi ke sana agar kamu bisa memberikan ibumu uang lebih.

sedangkan pada ibu, kamu akan beralasan agar ibu tidak dapat bagian. iya".

Aku kaget dengan penuturan ibu. Kenapa ibu bisa berpendapat seperti itu. Padahal baru saja aku menjelaskan padanya bahwa ibu ku sedang sakit.

"Kenapa ibu berfikir seperti itu. Aku bahkan tidak memberikan sepeser pun uang pada ibu ku saat itu. Aku dan mas Adi hanya membawa sedikit cemilan sebagai buah tangan.

Aku memang memaksa mas Adi untuk menjenguk ibu kemarin. Karena Devano yang tidak berhenti merengek ingin bertemu neneknya yang sedang sakit. Tapi bukan berarti aku ingin menghindar dari ibu.

Lagi pula apa salahnya jika aku ingin ke rumah orang tua ku, mereka kan juga orang tuanya mas Adi."

Jelas ku dengan panjang kali lebar kali tinggi, berharap ibu mengerti dan segera pergi dari rumah ini.

"Halah,palingan juga ibu kamu pura-pura sakit. Biar bisa dijenguk dan diberikan uang oleh anak ku. Tapi untungnya Adi lebih pintar dari kamu dan ibumu. Cihh"

Ibu berdecak sambil melipatkan tangannya. Ucapannya membuat ku benar-benar muak, emosiku yang tadi nya aku redam, karena mengingat ia adalah orang tua yang masih harus di hormati akhirnya meledak.

"Cukup Bu. sejak tadi aku mencoba menahan amarah, karena aku masih ingin menghormati ibu sebagai orang tua dari suamiku. Tapi kali ini aku tidak bisa menahannya. Jika hanya karena uang ibu datang kesini, aku akan memberikan nya pada ibu sekarang juga."

Aku melangkah menuju ke kamar ku dengan penuh emosi,

lalu aku keluar dan membawa bebearapa lembar uang berwana merah untuk diberikan kepada mertuaku yang tempramental itu.

Aku menyodorkan uang itu dengan kasar ke hadapan nya.

"Silahkan ibu ambil uang ini dan pergi dari sini."

Ibu melotot, karena biasanya aku akan memberi nya uang lima ratus ribu, dan dua ratus nya lagi aku berikan pada ibuku. Tapi kali ini aku benar-benar dirundung emosi, jadi aku mengambil uang itu asal, entah berapa banyak uang yang aku ambil dari dalam dompet ku.

"Dan satu lagi, jangan pernah ibu menjelekan keluarga ku. Satu kata pun aku tidak akan ridho. Jika ini terulang lagi aku akan membawa ibu ke penjara."

Aku benar-benar geram kali ini.

Lalu ibu dengan kasar mengambil uang itu tanpa rasa malu sambil menggerak gerakan bibirnya persis seperti kera yang sedang makan.

"Dasar menantu kasar. Tak tahu diri, sudah dinafkahi oleh anak ku malah berlaku seperti itu."

Ibu terus saja mengumpat. Seakan tak puas, ia keluar dengan mendorong ku kasar sehingga tangan ku yang pertama kali mendarat kelantai jadi terkilir.

"Aww.."

Pekik ku

aku meringis kesakitan , tapi ibu seakan tak melihat dan seolah-olah tak sengaja menyakitiku.

Ia tersenyum sinis lalu keluar dari halamanku dengan wajah tanpa dosa dan rasa malu.

Terpopuler

Comments

Ganuwa Gunawan

Ganuwa Gunawan

ini nih mertua yg slu ikut campur sari urusan anak mantu nya...

2023-01-19

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!