Ega Sakit

"Maaf aku belum bisa keluar."

Aku sungguh kesal, bagiamana mungkin dia mempermainkan aku dan Ega seperti ini, apa yang harus aku katakan pada Ega? sedari tadi dia telah menunggu papanya.

Aku mengambil foto Ega dan mengirimkannya pada Reza, hanya balasan kata maaf yang aku terima.

"Kamu keterlaluan mas," batinku.

Melihat Ega yang sangat bahagia membuat aku tak sanggup jika harus mengatakan kalau papanya tidak bisa pulang, jelas dia akan sangat kecewa.

"Ya Tuhan, bagaiamana ini." Aku meremas ujung bajuku bingung harus bagaimana.

Satu jam berlalu, raut wajah yang bahagia kini berubah menjadi masam, Ega nampak sudah lelah menunggu papanya sedangkan papanya tak kunjung datang.

"Sayang, kita jalan-jalan sendiri yuk." Opsi inilah yang bisa aku berikan padanya mengingat aku tidak berani bilang yang sesungguhnya pada Ega jika papanya tidak bisa pulang.

"Kenapa papa bohongi Ega, papa jahat." Bocah kecil ini berlari masuk ke dalam.

Aku menghela nafas, tak hanya mentalku yang dirusak Reza namun mental Ega juga.

Dengan sedih aku menyusul Ega ke kamarnya, kulihat dia tengah menangis di bawah bantal.

Pemandangan yang sangat mencabik hatiku, anak sekecil ini sudah paham cara menyembunyikan tangis.

"Kamu harus bertanggung jawab akan mental Ega mas," batinku sambil berjalan mendekati Ega yang berbaring di tempat tidurnya.

Aku mengelus rambut hitamnya namun dia membuang tanganku.

"Ega nggak sayang mama lagi?" tanyaku.

Ega hanya diam, aku dengar dia terisak dan ini benar-benar membuat aku makin teriris.

"Ega kenapa?" tanyaku lagi.

Karena dia hanya diam aku pun mengangkat tubuh kecilnya nampak kalau wajahnya dipenuhi air mata.

Ku dekap tubuhnya, tak hanya Ega aku juga berlinang air mata sungguh tak tega melihat anakku menjadi korban keegoisan Reza papanya.

Setelah tenang aku menghubungi Reza namun panggilanku selalu ditolak, aku yang kesal terus menghubunginya hingga hal yang tidak terduga aku terima yaitu dia memblokir nomorku.

Aku melongo tak percaya, saat seperti ini dia malah memblokir nomorku, bagiamana aku bisa menghubunginya jika dia memblokir nomorku?

Hingga malam hari Reza tak kunjung pulang, aku juga tidak bisa menghubunginya karena nomorku masih diblokir.

Tak hilang akal aku mencoba membuka media sosial miliknya, aku mencari informasi tentang wanita yang kini menjadi istri simpanannya.

Viona, nama wanita itu. Dia dulunya adalah seorang TKW yang bekerja di negara Taiwan, dari segi penampilan dia lebih gaul daripada aku.

Entah apa yang dipikirkan oleh suamiku, hingga memilih wanita yang jauh lebih tua tujuh tahun darinya, apakah matanya sudah rabun? hingga mencintai wanita yang lebih tua? atau ada alasan lainnya? entahlah yang pasti bagiku dia sangat bodoh.

Aku terus mencari dan akhirnya aku mendapatkan nomor telpon dan alamat rumahnya.

"Aku harus menemuinya besok,"

Tepat pukul dua dini hari Reza baru pulang, aku yang belum bisa terlelap pura-pura memejamkan mata.

"Sudah dong sayang jangan ngambek, aku kan harus pulang, kasian Melati dan anak aku jika aku terus di sana." Sangat jelas terdengar suara Ega berbicara dengan istri simpanannya.

Aku yang kesal membuka mataku, melihatnya berdiri menghubungi istri simpanannya.

"Besok deh aku janji sepulang kerja aku langsung ke rumah kamu dan menginap di sana," katanya.

Aku tersenyum ketir dengan air mata yang merembes keluar, begini kah adil yang dia maksud? mana letak adilnya? dari waktu saja dia sudah tidak bisa adil, apalagi yang lainnya?

Setelah mengakhiri panggilannya, Reza berbalik dan dia nampak terkejut melihatku yang duduk sambil menatapnya.

"Kamu belum tidur?" tanyanya dengan gugup.

"Bagaimana aku bisa tidur, jika kamu bersikap seperti ini," jawabku.

Reza menatapku dengan tatapan tak biasa, mungkin dia merasa ambigu dengan ucapan aku.

"Apa maksud kamu Melati?" tanyanya lagi.

Aku tertawa keras

"Kamu tau mas, semalam kami memergoki kamu bermesraan di restoran, pagi tadi Ega menunggu kamu berjam-jam di depan berharap papanya pulang lalu mengajaknya jalan-jalan." Air mataku terus mengalir dengan deras.

"Apa wanita itu lebih penting dari anak kamu?" kataku dengan penuh penekanan.

Reza hanya diam, entah dia paham kesalahannya atau membuat alasan untuk mencari cela membela diri.

"Mana mas keadilan yang kamu ucapkan, mana? janji kamu apa? jangan pura-pura amnesia sehingga lupa anak dan istri di rumah." Aku terus nerocos sehingga membuatnya semakin frustasi.

"Sudah cukup, kamu ini wanita yang nggak bersyukur, sudah bagus aku selalu pulang tiap hari lihatlah banyak istri di luar sana yang suaminya tidak pulang." Bukannya menyesal Reza malah memarahiku.

Aku tak percaya dengan ucapannya, dia malah membandingkan aku dengan istri diluar sana.

"Lihatlah keadaan kita saat ini, memiliki rumah besar, kamu punya mobil, makan nggak telat uang cukup, belajar bersyukur dong jangan nuntut suami untuk adil, aku juga punya urusan dengannya," sambung Reza.

Tangisku semakin pecah, kenapa jadi seperti ini? apa aku salah jika menuntutnya untuk berlaku adil? toh itu hak aku juga.

Tak ingin debat Reza langsung saja tidur dia menutup wajahnya dengan bantal dan meninggalkan pembicaraan ini sebelum menemukan titik terang atas masalah rumah tangga kami.

Malam cepat berlalu, pagi sekali aku sudah berkutat di dapur untuk memasak, saat asik mengiris sayur tiba-tiba Ega memanggilku.

"Ma." Suaranya sangat lirih.

Aku menghentikan aktivitasku lalu menoleh.

"Ega pusing ma." Tubuhnya tiba-tiba tergeletak di lantai.

Aku yang kaget sontak berlari, ku pindahkan tubuh kecil anakku ke atas pangkuanku.

"Ega, Ega, Ega kenapa sayang." Ku tepuk-tepuk pipinya berharap dia bangun namun matanya terus terpejam.

Aku berteriak sekeras kerasnya memanggil Reza, aku sungguh panik dan bingung harus berbuat apa.

"Mas Reza, mas!" Aku memanggilnya berulang kali hingga akhirnya dia keluar.

Melihat Ega dalam pangkuanku membuatnya panik juga, dia berlari dengan cepat menghampiri kami.

"Ega kenapa?" tanyanya dengan panik.

"Nggak tau mas saat aku masak dia memanggilku dan langsung pingsan," jawabku dengan menangis.

Reza langsung membawa Ega ke rumah sakit, sepanjang perjalanan aku terus saja menangis takut terjadi apa-apa dengan anakku.

Sesampainya di rumah sakit, Reza segera membawa Ega ke ruang UGD kebetulan dokter umum ada di sana.

"Tolong anak saya Dok." Kami barengan meminta bantuan Dokter.

Dokter langsung memeriksa Ega, dokter belum bisa memastikan sakit Ega karena perlu dilakukan tes lab namun dugaan sementara adalah Ega terkena sakit tipes.

Aku mundur selangkah, sangat shock dengan apa yang dokter katakan, bagaiamana bisa anakku terkena tipes?

Seusai diambil sampel darah, Ega dipindahkan ke ruang perawatan karena Ega harus dirawat inap mengingat keadaannya yang tidak memungkinkan.

"Melati aku harus pergi ke kantor sebentar." Aku tidak menjawab, mataku hanya menatapnya dengan tatapan tak biasa.

"Nggak sampai dua jam aku sudah kembali." Dia terus membujuk aku.

"Ke kantor kan? bukan ke tempat lainnya?" tanyaku dengan penuh penekanan.

Terpopuler

Comments

🦂⃟ғᴀᷤᴛᷤᴍᷫᴀ 🕊️⃝ᥴͨᏼᷛN⃟ʲᵃᵃ࿐📴

🦂⃟ғᴀᷤᴛᷤᴍᷫᴀ 🕊️⃝ᥴͨᏼᷛN⃟ʲᵃᵃ࿐📴

Reza kamu itu udah salah malah nyalahin melati..mending tinggalin aja Reza melati daripada terus dibuat sakit hati

2023-01-22

1

🍁𝐀𝐑𝐀❣️💋🅚🅙🅢👻ᴸᴷ

🍁𝐀𝐑𝐀❣️💋🅚🅙🅢👻ᴸᴷ

kasihan Ega karena keegoisan ayahnya dia kena dampaknya

2023-01-21

4

🍭ͪ ͩSUHU🐝₆₉🔵

🍭ͪ ͩSUHU🐝₆₉🔵

utk apa bertahan dengan rumah tangga seperti ini.. kasian Ega

2023-01-12

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!