"Mama, itu bukannya papa." Aku terlambat, Ega tenyata sudah melihat papanya dengan wanita lain.
Aku bingung harus berkata apa, tentu tidak mungkin jika aku menjawab itu bukan papanya.
Kulihat bola matanya terus menatap ayahnya yang kini sedang menggenggam tangan wanita itu, mataku tidak bisa aku kontrol, tak ingin semakin sakit aku menarik tangan Ega keluar restoran. Bocah kecil ini menurut tanpa protes, mungkin dia merasa aneh melihat papanya menggenggam tangan wanita lain bukan tangan mamanya.
Ega hanya diam, terlihat jelas kalau bocah ini sedang bingung.
"Sayang kita makan di restoran lain ya." Ku pecah keheningan diantara kami, dia hanya mengangguk pelan tanpa berkata apa-apa.
Menyesal, ya itulah yang kini ada di dalam benakku, aku sungguh menyesal karena mengajak Ega keluar untuk mencari makan, seharusnya aku memasak saja untuk makan malamnya, sehingga anakku tidak bingung seperti ini.
"Ayok kita sudah sampai." Dia berusaha melepas sendiri sabuk pengamannya tanpa menunggu aku yang merasakannya.
Bukannya turun bocah ini malah berdiri dan meletakan kepalanya di atas dashboard, aku heran apa yang dia lakukan?
"Sayang, kamu kenapa?" tanyaku.
"Ega mau makan sama papa, ma. Kenapa papa malah makan dengan tante tadi bukannya sama Ega." Tak kusangka dia protes dengan papanya, lagi-lagi aku bingung harus menjawab apa, terus terang juga tidak mungkin.
Aku mengelus rambutnya, kemudian aku keluar dan pindah ke tempat duduk Ega. Ku pindahkan tubuh mungilnya di atas pangkuan aku.
"Sayang, papa kan sibuk nak, mungkin tante tadi adalah teman kerja papa." OMG, aku berbohong lagi, entah berapa kebohongan yang akan aku tanam.
"Tapi kenapa papa memegang tangan Tante tadi seperti memegang tangan mama," sahutnya.
Deg
Aku di skakmat oleh bocah sekecil ini, benar saja aku merasa bingung dan tak tau menjawab apa.
Untuk mengalihkan pembicaraan kami, aku segera mengajaknya masuk ke dalam dengan alasan kalau berlama-lama di mobil restoran bisa tutup.
**********
Wanita mana yang tidak sakit melihat suami tercintanya memiliki wanita lain, wanita mana yang tidak sakit di depan mata kepalnya sendiri menyaksikan suami tercintanya menggenggam erat tangan wanita lain, satu kata untuk Reza yaitu tega.
Aku menangis semalaman memikirkan nasib rumah tanggaku yang seperti ini, bertahan sakit pergi tak mampu. Bodoh, ya memang aku wanita bodoh yang ingin bertahan dengan rumah tangga yang tidak sehat seperti ini tapi banyak hal yang harus aku pikirkan jika aku berpisah dengannya.
Di sepertiga malam yang terakhir aku mengadukan semua keluh kesahku pada Rabb ku, mungkin aku ini manusia yang tak tau diri saat susah datang namun saat senang pergi.
Hingga pagi hari aku tidak bisa memejamkan mata, ku tunggu Reza, berharap dia pulang namun sampai sang fajar menyingsing dia tak kunjung datang.
Aku tersenyum menatap luar jendela, merasakan sakit hati yang kian terasa, lagi-lagi air mata kembali merembes keluar.
"Sakit," ucapku lirih sambil memegangi dada yang begitu sesak.
Tak ingin larut dalam kesedihan, aku keluar kamar menuju dapur. Aku ingin melupakan rasa sakit ku sejenak dengan memasak.
Seusai masak aku pergi ke kamar Ega, kulihat bocah kecil ini masih memejamkan matanya, tak ingin mengganggu tidurnya aku memutuskan untuk pergi mandi.
Saat asik mandi, terdengar suara pintu kamar mandi dibuka, ya siapa lagi kalau bukan Reza.
Dia langsung saja memelukku, meski aku telah dikhianati namun entah mengapa aku rindu belaiannya, rindi di sentuh oleh dia.
"Keluarlah mas," pintaku.
Sungguh ucapan dan bahasa tubuhku jauh berbeda, aku memintanya untuk pergi namun tubuhku merespon sentuhannya.
"Aku menginginkannya." Bibirnya berbisik padaku memintaku untuk melaksanakan kewajibanku sebagai seorang istri.
Kepalaku menggeleng namun dia terus menyentuhku semakin dalam sehingga aku tidak bisa menolaknya lagi.
Dia membawaku keluar kamar mandi, dengan tubuh yang masih basah dirinya mulai mencumbu aku dengan lembut. Harus aku akui, caranya memperlakukan aku di ranjang sangat lembut sehingga membuat aku ketagihan belaiannya.
Saat hendak melakukan penyatuan, ponselnya berbunyi dan benar saja dia langsung beranjak untuk menerima panggilan telponnya.
"Berilah waktu sejenak aku dengan anakku." Samar-samar aku mendengar ucapan Reza.
Beberapa waktu kemudian dia kembali, aku kira dia akan melanjutkan gulat panas yang sempat terjeda namun dia kembali untuk segera memakai pakaiannya kembali.
"Melati maaf, aku harus segera pergi," katanya.
Air mataku langsung tumpah dia anggap aku ini apa, kalau tidak berniat memberikan nafkah batin tidak usah membuat orang terbuai.
"Kamu baru pulang Lo mas, kenapa pergi lagi." Aku protes padanya, belum juga bertemu Ega sudah pergi lagi.
Inikah yang dinamakan adil???
Jika seperti ini jelas dia bukan lagi seorang madu namun lebih condong ke pelakor, yang ingin menguasai Reza seutuhnya.
"Ada urusan mendadak tapi secepatnya aku akan pulang, kamu dan Ega siap-siap saja kita akan pergi jalan-jalan." Reza langsung bergegas pergi.
Aku memukul-mukul tempat tidur, apa selalu seperti ini? istri pertama selalu kalah dengan istri simpanan.
"Kamu menghancurkan aku mas, tidak sadarkah kalau selama ini kamu telah menyakiti aku?" Ku tumpahkan air mataku.
Puas menangis aku kembali mandi, ku guyur seluruh tubuhku dengan air, ku gosok semua bekas kecupan Reza.
Seusai mandi ku lihat ponselku, ada pesan dari Reza, dia menegaskan ucapannya tadi kalau akan mengajak kami jalan-jalan.
Sebenarnya aku malas mengingat apa yang telah dia lakukan namun Ega sangat menginginkan momen seperti ini.
"Sayang." Aku mendekati Ega yang tengah bermain.
Anak ini hanya melihatku kemudian bermain lagi, aku nampak heran nggak biasanya dia seperti ini.
"Ega kenapa? mama berbuat salahkah?" tanyaku.
Dia menggeleng tanpa menatap aku, dia terus memainkan mobil-mobilannya.
"Baiklah, jika mobil-mobilannya lebih penting daripada mama." Aku pura-pura merajuk untuk mendapatkan perhatiannya.
Sontak Ega meletakan mobil-mobilannya kemudian dia memelukku.
"Ega ingin papa ma, tadi Ega lihat pergi lagi," katanya.
Aku tersenyum ketir inilah alasan kenapa dia merajuk.
"Papa habis ini kembali lagi kok, tadi papa bilang mama kalau ingin mengajak kita jalan-jalan jadi lebih baik kita bersiap." Matanya seketika berbinar, dia berdiri dan lonjak-lonjak kegirangan.
Melihat senyumnya, melihat kebahagiannya yang seperti ini sanggupkah aku egois dan memilih perpisahan?? tentu aku tidak akan melakukan hal itu. Ega adalah segalanya bagiku, apapun akan aku lakukan untuk melihatnya bahagia.
Satu jam kemudian aku dan Ega sudah rapi dengan pakaian keluar kami, Ega sangat antusias menunggu papanya di depan teras, setiap beberapa detik dia selalu menanyakan papanya dan ini membuat aku lelah menjawab pertanyaannya.
Satu jam menunggu namun yang ditunggu tak kunjung datang, hingga sebuah pesan singkat aku terima.
"Maaf aku belum bisa pulang,"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments
🦂⃟ғᴀᷤᴛᷤᴍᷫᴀ 🕊️⃝ᥴͨᏼᷛN⃟ʲᵃᵃ࿐📴
pie tho Reza kok malah ditinggal..pingin gue bejek" tu punyamu😡
2023-01-22
2
🍁𝐀𝐑𝐀❣️💋🅚🅙🅢👻ᴸᴷ
dasar pembohong, sampai kapan kamu bisa berubah, waktunya kamu membela diri melati
2023-01-21
4
🍭ͪ ͩSUHU🐝₆₉🔵
antara kewajiban dan rasa jijik sih ini.. klo aku memilih menolak
2023-01-12
1